BAB II LANDASAN TEORI. Terdapat beberapa definisi mengenai auditing. Salah satunya dikemukakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam suatu perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun besar memerlukan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

KEBUTUHAN EKONOMIS akan AUDITING

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha menuntut pimpinan perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II TINJAUAN PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang cepat dalam lingkungan bisnis yang semakin

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeriksaan intern adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. dialihbahasakan oleh Amir Abadi Jusuf adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat dan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Hal ini tentu sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Audit Pengertian Audit

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin pesat dalam berbagai bidang atau sektor kehidupan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring pertumbuhan dunia usaha yang semakin kompetitif dengan persaingan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Tinjauan Umum Atas Sistem Informasi Akuntansi. Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian, perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian pengendalian intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Setiap pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Sistem, Informasi, dan Data

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia usaha kini semakin meningkat bukan saja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem merupakan istilah dari bahasa Yunani yaitu system yang artinya adalah

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL PERSEDIAAN BARANG DAGANG PADA TOKO BIMA KOMPUTER PEKANBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, pemerintah Indonesia berusaha meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Setiap perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

menyimpang dalam mengambil keputusan, manajemen membutuhkan informasi mengenai aspek atau keadaaan perusahaan. Informasi merupakan alat bagi

Pengendalian Persediaan. Fungsi Persediaan (2) Fungsi Persediaan 11/18/2015

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. INTI (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perencanaan dan pengendalian Produksi. Menurut Ilmu Ekonomi, pengertian produksi adalah kegiatan menghasilkan

Buku Wajib: Standar Profesional Akuntan Publik, 2007, Ikatan Akuntan Indonesia

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi Auditing menurut beberapa ahli: vol. 47) memberikan definisi auditing sebagai :

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

BAB II LANDASAN TEORI. ahli, Boynton, Ziegler dan Kell (2007) mendefinisikan sebagai berikut Operational

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi

Audit 2 - Sururi Halaman 1

Bab 1 PENDAHULUAN. pembangunan di segala aspek kehidupan masyarakat. Salah satu aspek yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Auditing dan Internal Auditing. memahami pengertian auditing menurut Arens dan Loebecke (2000 : 9) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

2.1.2 Jenis-jenis Persediaan Menurut Carter (2006:40) Jenis-jenis persediaan pada perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perekonomian sekarang ini, perusahaan dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengendalian Intern. Pengendalian intern merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak

Auditing dan Profesi Akuntan Publik. Rahmawati Hanny Y., S.E., M.Si.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tetapi laba yang besar belum merupakan ukuran perusahaan itu telah bekerja secara

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Pengendalian Intern

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT?

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai definisi akuntansi terlebih dahulu. Penjelasan mengenai definisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Judul Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Sistem Akuntansi Persediaan

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Audit Terdapat beberapa definisi mengenai auditing. Salah satunya dikemukakan oleh ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts) yang mendefinisikan auditing adalah sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi buktibukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan. Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2012:4), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan auditing adalah sebagai berikut: Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Menurut Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J. Elder (2011:4) definisi auditing adalah sebagai berikut: Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person.

7 Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan yang sistematis untuk memperoleh dan menilai informasi dari bukti-bukti secara objektif oleh pihak yang kompeten dan independen, mengenai tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi terhadap suatu entitas ekonomi yang dapat diukur, sehingga dapat menentukan dekat tidaknya atau sesuai tidaknya antara tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan dan melaporkan serta mengkomunikasikan melalui laporan tertulis mengenai informasi yang dimaksud kepada pihak-pihak yang berkepentingan. B. Jenis-jenis Audit Ditinjau dari tujuan dilaksankannya audit, menurut Kell dan Boyton, audit dapat diklasifikasikan kedalam tiga kategori, yaitu: 1). Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat, apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan sesuai kriteria yang telah ditentukan sebagaimana prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). 2). Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Audit kepatuhan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun operasi

8 dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang telah ditentukan. 3) Audit Operasional (Operational Audit) Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis). Setelah diatas telah dijelaskan mengenai jenis-jenis audit, perlu diketahui juga bahwa dalam pelaksanaanya, auditor sendiri dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan kelompok dan pelaksanaan audit, yaitu: 1). Auditor Ekstern Auditor ekstern atau auditor independen adalah auditor yang bekerja untuk kantor-kantor akuntan publik yang statusnya diluar dari struktur perusahaan yang mereka audit dan tidak boleh dipengaruhi oleh pihak klien (independen). Umumnya auditor ekstern menghasilkan laporan atas finansial audit. 2). Auditor Intern Auditor intern adalah auditor yang merupakan pegawai dari suatu entitas (bekerja untuk perusahaan yang mereka audit). Oleh karena itu umumnya tugas internal auditor adalah audit manajemen yang termasuk dalam jenis compliance audit.

9 3). Auditor Pemerintah Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk pemerintah dan bertugas untuk membantu lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi pemerintah dalam kegiatan operasinya. Salah satunya menilai kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintah. Selain itu audit ini juga dilakukan untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan ekonomisasi dalam operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah. C. Konsep Dasar Audit Operasional Banyak nama atau istilah yang dipergunakan untuk merujuk pada pengertian jenis audit ini. Istilah paling sering digunakan adalah performance audit, value for money audit, audit manajemen, dan audit kinerja. Sedangkan pengertian audit operasional itu sendiri menurut Arifin Wirakusumah dan Sukrisno Agoes (2003:3), pemeriksaan operasional adalah: Operasional audit adalah suatu penelitian atas sesuatu bagian prosedur-prosedur dan metode-metode operasi perusahaan untuk tujuan menilai efisiensi dan efektivitasnya. Lazimnya hasilnya ialah rekomendasi untuk memperbaiki operasi. Menurut Arens dan Loebbecke (2008:4) audit operasional didefinisikan sebagai berikut: An Operational audit is review of any part of an organization's operating precedures and methods for the purpose of evaluating efficiency and effectiveness.

10 Berdasarkan pengertian-pengertian audit operasional diatas, maka dapat disimpulkan bahwa audit operasional (pemeriksaan operasional) adalah pemeriksaan audit untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasinya semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu organisasi. Sehingga audit operasional dapat menjadi sebuah alat bagi manajemen yang efektif dan efisien dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil dari audit operasional itu sendiri adalah berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit ini lebih merupakan alat konsultasi manajemen. a) Tujuan Audit Operasional Audit operasional dimaksudkan sebagai pemberi petunjuk bagi manajemen dalam melakukan tindakan-tindakan korektif yang mengarah kepada perbaikan organisasi. Tujuan dari audit operasional adalah: 1) Mengungkapkan kekurangan dan ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk menunjukan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang terbaik dari operasi yang bersangkutan. 2) Membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien. 3) Mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang pengetahuan tentang pengelolaan yang efisien.

11 4) Membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka. b) Tahapan Audit Operasional Dalam pelaksanaannya audit operasional dapat dibagi kedalam lima tahapan, antara lain: 1). Tahap mendefinisikan ruang lingkup audit Pihak manajemen dengan auditor melakukan musyawarah dan perjanjian tentang tujuan dan ruang lingkup audit operasional. 2). Tahap perencanaan, persiapan, dan pengorganisasian Pada tahapan ini auditor mulai menyusun suatu perencanaan pelaksanaan audit agar lebih dipahami secara keseluruhan dan tujuannya yang akan dicapai. Perencanaan harus memuat target yang akan dicapai pada setiap tahapan dan mempersiapkan dokumen-dokumen yang menunjang. 3). Tahap pengumpulan dan pemutakhiran data relevan Tahap ini auditor memulai pengumpulan data yang relevan dengan audit yang sedang dilaksanakan. Selanjutnya data tersebut didokumentasikan dan dimutakhirkan setiap memperoleh data baru.

12 4). Tahap analisa dan riset Tahapan ini auditor mulai menganalisa dan mengadakan penelitian serta mengevaluasi data-data yang relevan. Maksud dari menganalisa disini adalah membandingkan kriteria yang ditetapkan dengan kondisi awal. 5). Tahap pelaporan Tahap pelaporan audit adalah tahap dimana hasil perbandingan antara kriteria dengan aktual. Sebuah laporan audit operasional merupakan ringkasan dari kegiatan audit yang dilaksanakan dalam bentuk rekomendasi perbaikan operasional perusahaan. D. Pengendalian Intern Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebecke (2008:315), definisi pengendalian intern adalah sebagai berikut: Internal control is a process designed to provide reasonable assurance the achievement of management's objectives in the following categories: a. Reliability of financial reporting, b. Effectiveness and efficiency of operations, c. Compliance with applicable laws and regulation. Dari kutipan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pengendalian intern adalah menekankan pada: 1) Laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan dapat dipercaya.

13 2) Tujuan perusahaan yang ditetapkan akan dapat dicapai. 3) Kegiatan perusahaan sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian intern dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan. Sedangkan pengendalian intern menurut Romney dan Steinbart (2009:229), adalah sebagai berikut: Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan handal mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan handal dalam mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi mencapai tujuannya, serta mendorong keseuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Berdasarkan tujuannya, sistem pengendalian intern tersebut dapat dibagi kedalam dua macam, yaitu: 1) Pengendalian intern akuntansi (internal accounting control) Pengendalian intern akuntansi, merupakan bagian dari pada sistem pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran

14 yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditor yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. 2) Pengendalian intern administratif (internal administrative control) Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. E. Pengertian Persedian Istilah persediaan atau inventori menunjukan aset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi persediaan adalah harta lancar yang dimiliki untuk dapat langsung dijual atau untuk diproses lebih lanjut terlebih dahulu dalam kegiatan perusahaan. Istilah yang digunakan untuk menunjukan barang-barang ataupun persediaan yang dimiliki perusahaan tergantung pada jenis usaha masing-masing perusahaan. Dari setiap tingkat perusahaan, baik itu perusahaan kecil, menengah, maupun perusahaan yang besar sekalipun, persediaan sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan mesti dapat memperkirakan jumlah persediaan yang ada, karena jumlah persediaan yang terlalu banyak atau terlalu

15 sedikit akan dapat memepengaruhi biaya yang akan dikeluarkan. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2012, PSAK No.14), persediaan yaitu: Persediaan adalah aset: 1) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa 2) Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut, atau 3) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Definisi persediaan menurut Stice dan Skousen (2009:571) sebagai berikut: Persediaan adalah istilah yang diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal perusahaan atau aktiva yang dimasukan secara langsung atau tidak langsung ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual. Maka dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan pos-pos aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat dijual dalam operasional bisnis, atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang tertentu yang akan dijual. Persediaan memiliki beberapa fungsi yang cukup penting bagi operasional bisnis perusahaan, yaitu: 1) Agar dapat mengantisipasi permintaan yang akan terjadi. 2) Untuk menyeimbangkan distribusi dengan produksi. 3) Untuk memperoleh keuntungan dari potongan harga, karena membeli dalam jumlah banyak.

16 4) Untuk perubahan harga dan hedging inflasi. 5) Untuk berjaga-jaga menghindari kekurangan pasokan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca, mutu dan ketidaktepatan pengiriman. Masalah menentukan besarnya persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan, karena persediaan mempunyai efek langsung terhadap untung ruginya perusahaan. Jika dalam menentukan besarnya investasi dalam persediaan terjadi kesalahan, maka akan menekan keuntungan perusahaan. Semua pengeluaran, baik yang langsung, maupun yang tidak langsung, yang berhubungan dengan persiapan dan penempatan persediaan, serta pembelian untuk dijual adalah termasuk dalam biaya persediaan. Biaya persediaan barang atau bahan baku yang diperoleh untuk dijual kembali, harga pembelian, pengiriman, penerimaan, penyimpanan, dan seluruh biaya yang terjadi sampai barang siap untuk dijual termasuk dalam biaya. Adapun biaya yang timbul karena persediaan menurut Hansen dan Mowen (2006:585) adalah: 1) Biaya penyimpanan Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan makin banyak. 2) Biaya pemesanan Suatu kali suatu bahan baku dipesan, perusahaan harus menanggung biaya pemesanan. Biaya pemesanan total per periode sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per pesanan.

17 3) Biaya penyiapan Biaya penyiapan diperlukan apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri. Biaya penyiapan total per periode adalah jumlah penyiapan yang dilakukan dalam satu periode dikali biaya per penyiapan. 4) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi permintaan proses produksi. Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktek terutama dalam kenyataan bahwa biaya ini merupakan opportunity cost yang sulit diperkirakan secara objektif. F. Jenis-jenis Persediaan Dalam suatu perusahaan, jenis-jenis persediaan dapat dibedakan menurut fungsinya, yaitu: 1) Bath Stock atau Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Keuntungan dari persediaan ini dapat potongan harga, terjadi efisiensi produksi, dan penghematan biaya angkutan. 2) Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. 3) Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan atau permintaan yang

18 meningkat. Sedangkan dalam perusahaan industri atau manufacture, jenis persediaan dapat dibedakan berdasarkan posisi barang produksi adalah sebagai berikut: 1) Persediaan Bahan Baku (Raw Materials), yaitu barang yang diperoleh untuk dipergunakan dalam proses produksi. Meskipun istilah bahan baku secara luas dipergunakan dalam proses produksi, namun sebutan ini sering kali dibatasi dengan barang-barang yang secara fisik dimasukan dalam produk yang dihasilkan. Istilah bahan penolong atau pembantu (factory supplies) digunakan untuk menyebut bahan tambahan yaitu bahan baku yang diperlukan dalam proses produksi yang tidak secara langsung dimasukan ke dalam produk. 2) Barang Dalam Proses (Work in Process), yang juga disebut pekerjaan dalam proses, terdiri dari bahan baku dalam proses produksi sebelum menjadi barang jadi. 3) Barang Jadi (Finished Goods), merupakan produk atau barang yang telah melalui proses produksi atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual. Harus dipahami, barang jadi dari suatu perusahaan mungkin saja dianggap sebagai barang setengah jadi bagi perusahaan lain, karena proses produksi perusahaan tersebut hanya sampai disitu. Atau dapat saja barang jadi bagi suatu perusahaan, namun perusahaan lainnya menganggap bahan baku. Sehingga, untuk menentukan apakah persediaan yang diproduksi oleh suatu perusahaan adalah barang baku, barang setengah jadi, ataupun barang jadi dapat dilihat apakah

19 persediaan tersebut sebagi input atau output dalam proses produksi suatu perusahaan. G. Metode Penilaian Persediaan Penilaian persediaan memiliki pengaruh penting terhadap pendapatan yang dilaporkan pada posisi keuangan suatu perusahaan. Maka itu penilaian persediaan harus sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga persediaan tersebut memang menunjukan jumlah atau nilai yang wajar dicantumkan dalam laporan keuangan perusahaan. Metode penilaian persediaan yang umum digunakan salah satunya menurut Stice dan Skousen (2009:667), yaitu: identifikasi khusus, First-In,First-Out (FIFO), Last-In,First-Out (LIFO), dan biaya rata-rata (Average). 1) Identifikasi khusus Dalam metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. 2) Metode First-In,First-Out (FIFO) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode

20 identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode. 3) Metode Last-In,First-Out (LIFO) Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan demikian, LIFO cenderung memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam perolehan barang-barang dengan harga jual yang meningkat, dengan menggunakan LIFO persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka perbedaan antara nilai dan persediaan saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

21 4) Metode Biaya Rata-Rata (Average) Metode ini, setiap unit dibebankan biaya rata-rata yang sama. Didasarkan pada asumsi mengenai barang yang telah terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, dimana rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli ke tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir. H. Metode Pencatatan Persediaan Dalam sebuah perusahaan, persediaan dapat mempengaruhi neraca maupun laporan laba rugi, karena persediaan bersifat sangat penting dalam menentukan hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu. Pada dasarnya metode pencatatan persediaan dibedakan menjadi dua, yaitu metode periodik (sistem fisik) dan metode perpetual. 1) Metode Periodik (Sistem Fisik) Metode pencatatan model ini berkaitan dengan persediaan yang tidak dilakukan secara kontinu atau berkelanjutan, sehingga persediaan barang dagangan akhir dihitung secara fisik yang ada di gudang yang nantinya akan dibuat jurnal penyesuaian. Setiap terjadi transaksi penjualan yang dicatat adalah pendapatan, tidak berikut dengan harga pokok penjualan. Metode periodik ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang jenis persediaannya banyak, tetapi nilai persediaan per unitnya relatif kecil.

22 Menurut metode ini, akun persediaan tidak boleh di debit untuk mencatat transaksi pembelian, dan begitu pula ketika terjadi transaksi penjualan persediaan barang tidak boleh di kredit. Maka, dalam menggunakan metode ini ketika terjadi transaksi pembelian akan dicatat dengan mendebit akun pembeliaan, dan untuk transaksi penjualan akan dicatat dengan mengkredit akun penjualan. 2) Metode Perpetual Model pencatatan model ini berkaitan dengan persediaan yang dilakukan secara kontinu, sehingga ketika terjadi transaksi pembelian akan menambah persediaan, dan ketika terjadi transaksi penjualan akan mengurangi persediaan. Dalam metode ini transaksi pembeliaan persediaan barang akan dicatat pada akun persediaan barang, begitu pula saat terjadi transaksi penjualan dengan dibuatkan ayat jurnal tambahan atas persediaan yang terjual untuk mencatat harga pokok penjualan. Metode perpetual umumnya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya tidak banyak, tetapi nilai persediaan per unitnya besar. Dalam metode ini, transaksi pembelian persediaan barang dagang akan dicatat dengan mendebit akun persediaan barang seharga beli (harga perolehan), dan begitu pula sebaliknya saat transaksi penjualan persediaan barang akan dicatat dengan mengkredit akun persediaan barang sebesar harga pokoknya. I. Tujuan dan Pentingnya Audit Operasional atas Persediaan Salah satu bagian dalam suatu perusahaan yang perlu dilakukan audit operasional adalah mengenai pengelolaan persediaan barang dagang, karena

23 seperti penjelasan mengenai persediaan barang dagang diatas sebagai bagian utama dalam neraca dan laporan rugi laba yang sering kali nilainya cukup besar dan membutuhkan modal yang cukup besar pula, sehingga ikut berperan mempengaruhi hasil operasi perusahaan. Menurut Sukrisno Agoes (2012:177), tujuan dilakukannya pemeriksaan operasional adalah: a) Untuk menilai kinerja atau performance dari manajemen dan berbagai fungsi perusahaan. b) Untuk menilai apakah berbagai fungsi sumber daya (manusia, mesin, dan dana) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis. c) Untuk menilai efektivitas perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. d) Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, prosedur operasional perushaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, ekonomis dari kegiatan operasi perusahaan. Sedangkan menurut Bayangkara (2008:10-14), tujuan pemeriksaan operasional adalah mencapai 3E, yaitu: a) Efektivitas adalah suatu tingkat keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya, baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, maupun target batas waktu. b) Ekonomis merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program yang dikelola. Artinya jika perusahaan mampu memperoleh sumber daya yang digunakan dalam operasi dengan pengorbanan yang kecil, berarti perusahaan telah mampu memperoleh sumber daya secara ekonomis. c) Efisiensi merupakan ukuran proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasi perusahaan.

24 Dari penjelasan di atas, tujuan dilakukannya pemeriksaan terhadap persediaan adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi pada struktur pengendalian intern, untuk mengecek apakah penilaian persediaan dan sistem pencatatannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan apakah dalam laporan keuangan penyajian persediaan telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dilakukannya audit operasional terhadap persediaan barang adalah untuk mengevaluasi efektivitas, artinya pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dan dapat memberikan manfaat yang telah ditetapkan, sedangkan tujuan dilakukannya audit operasional terhadap persediaan barang adalah untuk mengevaluasi afisiensi, artinya pengadaan barang dan jasa diusahakan menggunakan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dengan waktu yang sesingkat-singkatnya. J. Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan Pada umumnya prosedur pemeriksaan dibagi atas beberapa prosedur, diantaranya: 1) Complience Test (Menguji Ketaatan) Compliance test adalah cara menentukan apakah kontrol sesuai dengan prosedur dan kebijakan manajemen. Jika hasil tes memberikan bukti bahwa kontrol berfungsi dengan baik, bukti yang mendasari dianggap dapat ditingkatkan.

25 Tiga prosedur pemeriksaan yang biasanya digunakan dalam pengujian ini: a) Penyelidikan personil mengenai kinerja tugasnya. b) Mengamati atau mengawasi tindakan personil. c) Memeriksa dokumentasi untuk bukti kinerja karyawan dalam melaksanakan fungsinya. 2) Analitycal Review (Tinjauan Analitis) Tujuan utama diterapkannya prosedur analitycal review adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya akun-akun pada laporan keuangan yang kewajarannya dilakukan, dan juga sebagai langkah awal untuk memeriksa perubahan yang luar biasa dan masih dipertanyakan sebab akibatnya. Bagian dalam prosedur analitycal review adalah: a) Membacakan bukti-bukti penting dan menganalisis perkiraan, serta akibat terhadap laporan keuangannya. b) Meninjau ulang kegiatan dalam suatu perkiraan, yaitu antara perkiraan sementara dengan perkiraan akhir tahun. c) Membandingkan perkiraan neraca saat periode berjalan dengan periode sebelumnya. 3) Substantive Test (Pengujian Substantif) Substantive test adalah pengujian integritas pengolahan yang dirancang untuk memperoleh bukti mengenai kelengkapan, keakuratan dan keabsahan data-data yang dihasilkan secara aktual. Berikut tiga bentuk pengujian

26 substantif: a) Menguji transaksi yang dilakukan bersamaan dengan compliance test (pengujian kepatuhan). b) Mengumpulkan bukti-bukti kebenaran dari penerapan akuntansi mengenai transaksi dan saldo yang ada. c) Melakukan pengujian analitik mengenai kewajaran hubungan di dalam setiap pos laporan keuangan dan mengungkapkan berbagai gejala. Di dalam pemeriksaan terhadap persediaan terdapat fungsi-fungsi yang terkait yang berhubungan dengan siklus produksi atau persediaan. Fungsi-fungsi tersebut adalah: 1) Perencanaan dan Pengendalian Produksi Fungsi ini dalam kegiatan produksi melakukan tugasnya berdasarkan order yang diterima dari konsumen atau pelanggan. Dalam perusahaan yang kegiatan produksi barang secara massal, fungsi ini terkait perencanaan produksi sesuai dengan hasil analisis proyeksi penjualan dan dibandingkan dengan jumlah persediaan barang jadi yang ada. Selain itu pertanggungjawaban fungsi ini terkait atas pengawasan penggunaan material selama proses produksi yang dilakukan berdasarkan order dari konsumen atau pelanggan. 2) Penyimpanan dan Pengeluaran Bahan Baku Fungsi ini berkaitan dengan bagian gudang yang bertanggung jawab dalam penyimpanan bahan baku (material). Untuk mengeluarkan bahan baku harus

27 berdasarkan slip pengeluaran bahan baku dari departemen produksi. Setiap slip yang diterima bagian gudang harus ditandatangani supervisor dari departemen produksi. 3) Pengolahan Bahan Baku Menjadi Bahan Jadi Fungsi ini berkaitan dengan inspeksi atau pemeriksaan kualitas produk dan keseuaian produk dengan kualifikasi barang yang dipesan oleh konsumen. Apabila produk tersebut sesuai kualifikasi dan dinyatakan lolos inspeksi, produk tersebut selanjutnya dikirim ke gudang barang jadi dan supervisor gudang barang jadi menandatangani kartu pemindahan barang sebagai bukti bahwa barang jadi telah diterima. 4) Penentuan Biaya dan Harga Pokok Produksi Fungsi ini berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan berikut: a) Pembebanan tenaga kerja langsung, bahan baku dan biaya overhead pabrik. b) Mencatat harga pokok atau biaya antar departemen yang berkaitan dengan proses produksi. c) Mencatat biaya produksi yang telah diselesaikan menjadi barang jadi. 5) Menjaga Ketepatan Saldo Persediaan Fungsi ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pokok, yaitu: a) Melaksanakan pemeriksaan atau audit independen secara periodik mengenai keseuaiaan master file persediaan bahan baku, persediaan

28 barang dalam proses, dan persediaan barang jadi dengan buku besar. b) Membandingkan kuantitas yang didapatkan dari master file persediaan tersebut dengan jumlah kuantitas persediaan yang dinyatakan oleh pemeriksa atau auditor independen secara periodik terhadap persediaan di gudang. K. Rerangka Pemikiran Dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap persediaan barang jadi, unsur penelitian atau variabel selama melakukan proses penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel bersifat kualitatif, adapun variabel-variabel yang digunakan adalah audit operasional, persediaan barang jadi, serta efektivitas dan efisiensi. 2. Definisi Variabel-variabel yang Digunakan Adapun definisi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a) Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu pengkajian serta mengevaluasi efektivitas dan efisiensi dari kegiatan operasional organisasi yang dilakukan terhadap prosedur operasi yang telah ditenukan.

29 b) Persediaan Barang Jadi Persediaan barang jadi merupakan aktiva lancar yang terdapat dalam perusahaan yang aktif bergerak menjadi faktor utama dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan. c) Efektivitas dan Efisiensi Efektivitas merupakan suatu tujuan yang direncanakan sebelumnya, baik dalam segi waktu, maupun segi kualitas dan kuantitas hasil kerja didalam kegiatan operasional perusahaan. Sedangkan efisiensi merupakan suatu tujuan yang direncanakan untuk meminimalisasi terjadinya pemborosan atau kerugian didalam kegiatan operasional perusahaan.