Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.33/Menhut-II/2007

KOMPOSISI, STRUKTUR, DAN KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI DI JALUR WISATA AIR TERJUN WIYONO ATAS TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya kerusakan hutan Paliyan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri. Kehutanan Nomor 171/Kpts-II/2000 tanggal 29 Juni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 1 No. 1. September 2013 (9 16)

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

Struktur dan Komposisi Jenis Agroforestry Kebun-Campuran pada Berbagai Luas Pemilikan Lahan Di Desa Pattalikang Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

Isi Materi. Tujuan Pemilihan Jenis Faktor Pertumbuhan Tanaman Strategi Pemilihan Jenis

ESTIMASI KARBON TERSIMPAN PADA HUTAN RAKYAT DI PEKON KELUNGU KABUPATEN TANGGAMUS

Lampiran 1. Perhitungan Biomassa dan Karbon Tersimpan

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota

VANDALISME DALAM KEGIATAN WISATA HUTAN DI TAMAN KUPU-KUPU GITA PERSADA BANDAR LAMPUNG

*) Diterima : 5 Desember 2007; Disetujui : 28 Agustus 2008

Pengalaman Melaksanakan Program Restorasi di Hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONDISI EKOSISTEM DARAT KORIDOR SUNGAI TERHADAP DANAU RAWA PENING

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman

Daerah Aliran Atas: Pohon: -Pinus (Pinus mercusii) Semak: -Pakis (Davillia denticula) -Kirinyu (Cromolaena odorata) -Pokak

2 Tropenbos International. Jl.Gunung Batu No.5 PO Box 165;Telp ;Fax Bogor

V. HASIL 5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku

I. PENDAHULUAN. Hutan pada hakekatnya mempunyai karakteristik multi fungsi yang bersifat

KESESUAIAN TEMPAT TUMBUH JENIS-JENIS POHON DI DAS PEMALI JRATUN, JAWA TENGAH

DINAMIKA KOMUNITAS TUMBUHAN PADA EKOSISTEM BATAS CAGAR ALAM GUNUNG AMBANG

SKRIPSI. Oleh Prawitha Mardining Hasanah NIM

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Tinjauan Aspek Pengembangan Hutan Rakyat

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI KAYU RAKYAT PADA KEBUN CAMPURAN di DESA PESAWARAN INDAH KABUPATEN PESAWARAN

Perlindungan, Rehabilitasi dan Konservasi Areal Hutan Pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (HP- STIK) Aceh

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

REKAYASA VEGETATIF UNTUK MENGURANGI RISIKO LONGSOR

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang

- 2 - Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundan

DIREKTORI PENGHASIL BIBIT POHON BUAH-BUAHAN, BUAHAN, KAYU-KAYUAN, KAYUAN, DAN PERKEBUNAN

POTENSI TEGAKAN SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KEBERHASILAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERHUTANI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VEGETASI KAWASAN RESAPAN MATA AIR DESA AIK BUKAK LOMBOK TENGAH

KARBON TERSIMPAN PADA KAWASAN SISTEM AGROFORESTRY DI REGISTER 39 DATAR SETUJU KPHL BATUTEGI KABUPATEN TANGGAMUS

II. TINJAUAN PUSTAKA. alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

HUTAN TANAMAN RAKYAT Oleh : Agus Budhi Prasetyo PENDAHULUAN

Peluang dan Tantangan bagi Pemilik Sumber Benih Bersertifikat (Pasca Ditetapkannya SK.707/Menhut-II/2013)

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

PENERAPAN ANALISIS VEGETASI DI HUTAN MBEJI DAERAH WONOSALAM JOMBANG

KEANE SKRIPSI. Disusun oleh: FAKULTAS

SKRIPSI. Pemetaan Flora dan Pola Pemanfaatan Lahan Pertanian di. Sekitar Daerah Gua Ngguwo Gunungkidul Sebagai Daerah. Ekowisata

PEMILIHAN JENIS POHON LOKAL UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

KENYAMANAN HUTAN KOTA LINARA BERBASIS KERAPATAN VEGETASI, IKLIM MIKRO DAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KOTA METRO

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, arif dan bijaksana untuk kesejahteraan manusia serta dijaga

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DALAM SISTEM AGROFORESTRI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) MULTI STRATA DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN LAMPUNG

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Hutan Gaharu (Aquilaria malaccensis) pohon Aquilaria yang sangat berharga terutama karena wangi, dapat digunakan

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

AVIFAUNA DI AREA REKLAMASI PT ADARO INDONESIA

Tugas Makala Agroforestry. Oleh (A ) SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS VEGETASI DI KAWASAN AGROWISATA GUNUNG TUMPA

PEMILIHAN JENIS POHON LOKAL UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA VEGETASI TEGAKAN HUTAN DI AREAL HUTAN KOTA GUNUNG SARI KOTA SINGKAWANG

PEMANFAATAN SUMBERDAYA HUTAN DI HUTAN LINDUNG KECAMATAN ALU KABUPATEN POLMAN PROPINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

-1 DUA,.( KESATU. KEPUTUS_AN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor :.SK. 877 /Menhut-II/2O14 TENTANG PENETAPAN HARGA PATOKAN BENIH TANAMAN HUTAN

Perlakuan Benih Sebelum Disemai untuk Beberapa Jenis Tanaman Prioritas Kehutanan, Multiguna, Buah-buahan, dan Perkebunan

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 8 Penilaian Kriteria Standar Pohon Sebagai Pereduksi Angin

JENIS TANAMAN, KERAPATAN, DAN STRATIFIKASI TAJUK PADA HUTAN KEMASYARAKATAN KELOMPOK TANI RUKUN MAKMUR 1 DI REGISTER 30 GUNUNG TANGGAMUS, LAMPUNG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 4 No.3, Juli 2016 (71 82)

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BUPATI POI{TIANAK PERATURAN BUPATI PONTIANAK

Hutan Rakyat. Tonny Soehartono

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS VEGETASI STRATA TIANG DI BUKIT COGONG KABUPATEN MUSI RAWAS. Oleh ABSTRAK

JENIS-JENIS POHON DI SEKITAR MATA AIR DATARAN TINGGI DAN RENDAH (Studi Kasus Kabupaten Malang)

USAHA KEBUN KAYU DENGAN JENIS POHON CEPAT TUMBUH

KONDISI RENCANA TATA RUANG WILAYAH ACEH TAHUN 2013 DISAMPAIKAN GUBERNUR ACEH PERTEMUAN DENGAN DUTA BESAR NORWEGIA/SCANDINAVIA 22 MEI 2013

Jurnal Sylva Lestari ISSN (print) Vol. 5 No.2, April 2017 (63 77) ISSN (online)

Sikap Masyarakat terhadap Fungsi RTH Pekarangan untuk Mereduksi Dampak Partikel Debu (Studi Kasus Di Desa Gunung Putri Kecamatan Gunung Putri, Bogor)

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

TALLY SHEET PENGAMBILAN DATA SARANG ORANGUTAN. Lokasi : Aek Nabara Cuaca : Cerah mendung Habitat : Hutan Arah transek : Selatan

Keragaman Jenis Tumbuhan di Cagar Alam Gunung Celering

STUDI PERBANDINGAN PROPIL TUMBUHAN AGROFORESTRY DI PERUM PERHUTANIDENGAN LAHAN MILIKDI KABUPATEN SUMEDANG

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

PENGEMBANGAN POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH KELOMPOK SADAR HUTAN LESTARI WANA AGUNG DI REGISTER 22 WAY WAYA KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Aplikasi agroforestri sebagai upaya rehabilitasi Taman Wisata Alam Gunung Selok, Cilacap yang terdegradasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian program dan kegiatan DAK pada Dinas Kehutanan Pasaman

AGROFORESTRI KOMPLEKS DI BANTAENG SULAWESI SELATAN : PENTINGNYA PERAN PETANI SEBAGAI AGEN PENYANGGA KEANEKARAGAMAN HAYATI TUMBUHAN

Transkripsi:

LAMPIRAN 97

98 Lampiran 1. : Daftar panduan wawancara Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah Oleh : Didik Trinugraha Herlambang / NIM : 21080111400008 ( Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro) Tujuan : 1. Untuk mengkaji kebijakan pengelolaan Kawasan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Prov. Jawa Tengah 2. Untuk mengakaji kondisi kerusakan lingkungan di Kawasan Cagar Alam Gunung Celering 3. Untuk merumuskan usulan strategi pengelolaan Kawasan CA Gunung Celering Pengambilan Data Nama Narasumber : Jabatan : Instansi/Institusi : Hari / Tanggal : Lokasi : I. Pengelolaan CA. Gunung Celering Oleh BKSDA Jawa Tengah A. Perencanaan 1. Apakah dalam pengelolaan CA Gunung Celering sudah ada perencanaan? 2. Apakah perencanaan itu sudah dituangkan dalam bentuk Rencana Pengelolaan? 3. Apa saja perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan di dalam kawasan? 4. Apa saja perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan di luar kawasan? 5. Apakah dalam perencanaan kegiataan tersebut ada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya nanti di kawasan? 6. Apakah penyusunan perencanaan tersebut sudah mengakomodir semua pihak (baik dari masyarakat ataupun lembaga-lembaga swadaya masyarakat)? 7. Apa saja hambatan dalam penyusunan rencana kegiatan? 8. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

99 B. Pengorganisasian 1. Sumber daya apa saja yang dialokasikan dalam mewujudkan pelaksanaan perencanaan (mengorganisasikan sumber daya)? 2. Bagaimana pengaturan sumber daya manusia (staf pengelola) dalam mewujudkan perencanaan kegiatan? 3. Bagaimana pengaturan sumber daya sarana dan prasarana dalam mewujudkan perencanaan kegiatan? 4. Bagaimana pengaturan jadwal (waktu) dalam mewujudkan perencanaan kegiatan? 5. Bagaimana mengatur partisipasi masyarakat dalam mewujudkan perencanaan kegiatan? 6. Apa hambatan dalam mengorganisasian sumber daya dalam upaya mewujudkan perencanaan kegiatan? 7. Bagaimana mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pengorganisasian? C. Pelaksanaan 1. Bagaiamana pelaksanaan kegiatan di dalam kawasan? 2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan diluar kawasan? 3. Kegiatan apa saja yang melibatkan partisipasi masyarakat? 4. Sejauh mana keterlibatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan tersebut? 5. Apakah pelaksanaan sudah sesuai jadwal? 6. Apa saja hambatan dalam pelaksanaan kegiatan? 7. Usaha-usaha apa saja untuk mengatasi hambatan tersebut? D. Pengawasan 1. Bagaimana pengawasan dilaksanakan agar kegiatan terlaksana sesuai rencana? 2. Pihak mana saja yang melakukan pengawasan tersebut? 3. Apakah masyarakat terlibat dalam pengawasan? 4. Berdasarkan hasil pengawasan apakah kegiatan bisa terlaksana sesuai rencana? 5. Kegiatan apa saja yang tidak terlaksana sesuai rencana? 6. Apa permasalahan yang menyebabkan kegiatan itu tidak sesuai rencana? 7. Apa yang perlu dilakukan perubahan dalam upaya perbaikan pelaksanaan kegiatan yang sudah ada?

100 II. KONDISI KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KAWASAN CAGC 1. Apakah telah terjadi kerusakan lingkungan di kawasaan CAGC? Berapa kira-kira luas kawasan yang mengalami kerusakan? 2. Apa saja penyebab dari kerusakan lingkungan di kawasan CAGC? 3. Bagaimana kronologis kerusakan yang terjadi di kawasan CAGC? 4. Apakah dalam perencanaan kegiataan tersebut ada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannya nanti di kawasan? 5. Uapaya apa saja elah dilakukan dalam menangani kerusakan lingkungan di kawasan CAGC? 6. Apa saja hambatan dalam menangani kerusakan lingkungan di kawasan CAGC? 7. Bagaimana cara mengatasi hambatan tersebut?

101 Lampiran 2.: Perhitungan Nilai Indek Nilai Penting Untuk Tingkat Pohon, Tiang, Pancang, dan Semai POHON Jenis No. Nama Jml LBDS K KR (%) F FR(%) D DR (%) Nama Ilmiah Lokal 1 Aren Arenga pinnata, 1 0.18 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.00003 1.02915952 5.6340784 2 Bayur Pterospermum javanicum 1 0.13 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 2.167E-05 0.74328188 5.3482008 3 Bendo Artocarpus elasticus 2 0.42 0.0003333 4.0816327 0.1333333 5.1282051 0.00007 2.40137221 11.61121 4 Gintungan Bisthoffia javanica 1 0.22 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 3.667E-05 1.25786164 5.8627805 5 Jambu mete Anacardium occidentale L 1 0.22 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 3.667E-05 1.25786164 5.8627805 6 Jati Tectona grandis 1 0.1 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 1.667E-05 0.57175529 5.1766742 7 Jrakah Ficus superba 2 1.44 0.0003333 4.0816327 0.1333333 5.1282051 0.00024 8.23327616 17.443114 8 Kedawung Parkia roxburghii G. Don. 1 0.15 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.000025 0.85763293 5.4625518 9 Kemiri Aleurites moluccana 1 0.1 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 1.667E-05 0.57175529 5.1766742 10 Mahoni Swietenia macrophylla 1 0.15 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.000025 0.85763293 5.4625518 11 Mangga Mangifera sp 1 0.12 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.00002 0.68610635 5.2910252 12 Mindi Melia azedarach L. 1 0.13 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 2.167E-05 0.74328188 5.3482008 13 Nangka Artocarpus heterophyllus 1 0.1 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 1.667E-05 0.57175529 5.1766742 14 Randu Ceiba Petandra 24 9.19 0.004 48.979592 0.9333333 35.897436 0.0015317 52.544311 137.42134 15 Salam Syzygium polyanthum 3 0.43 0.0005 6.122449 0.2 7.6923077 7.167E-05 2.45854774 16.273304 16 Sengon Paraserianthes falcataria 2 3 0.0003333 4.0816327 0.1333333 5.1282051 0.0005 17.1526587 26.362496 17 Sukun Artocarpus communis Forst 1 0.15 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.000025 0.85763293 5.4625518 18 Wadang Pterospermum sp 1 0.22 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 3.667E-05 1.25786164 5.8627805 19 Weru Albizzia prosera 2 0.89 0.0003333 4.0816327 0.1333333 5.1282051 0.0001483 5.08862207 14.29846 20 Winong Tetrameles nudiflora 1 0.15 0.0001667 2.0408163 0.0666667 2.5641026 0.000025 0.85763293 5.4625518 Jumlah 49 17.49 0.008167 100 2.6 100 0.002915 100 300 INP (%)

102 Lampiran 2. (Lanjutan) TIANG No. Nama Lokal Jenis Nama Ilmiah Jml LBDS K KR (%) F FR(%) D DR (%) 1 Bendo Artocarpus elasticus 1 0.0713079 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 4.754E-05 3.69654374 11.114126 2 Blimbing Hutan Averroha carambola 2 0.1115265 0.0013333 7.1428571 0.1333333 7.6923077 7.435E-05 5.78144558 20.61661 3 Jabon Anthocephalus cadamba (Roxb.) 1 0.0555165 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 3.701E-05 2.87793198 10.295514 4 Kakao Theobroma cacao 1 0.0631655 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 4.211E-05 3.27444705 10.692029 5 Kopi Coffea sp 2 0.1344734 0.0013333 7.1428571 0.1333333 7.6923077 8.965E-05 6.9709908 21.806156 6 Mahoni Swietenia macrophylla 2 0.118682 0.0013333 7.1428571 0.1333333 7.6923077 7.912E-05 6.15237903 20.987544 7 Mangga Mangifera sp 1 0.04 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 2.667E-05 2.07356782 9.4911502 8 Mindi Melia azedarach L. 2 0.0799438 0.0013333 7.1428571 0.0666667 3.8461538 5.33E-05 4.14422205 15.133233 9 Petai Parkia speciosa Hassk 2 0.1354603 0.0013333 7.1428571 0.1333333 7.6923077 9.031E-05 7.02215403 21.857319 10 Randu Ceiba Petandra 8 0.71678 0.0053333 28.571429 0.5333333 30.769231 0.0004779 37.1572996 96.497959 11 Rau Carcinia dulcis 1 0.0355306 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 2.369E-05 1.84187647 9.2594589 12 Salam Syzygium polyanthum 2 0.1522386 0.0013333 7.1428571 0.0666667 3.8461538 0.0001015 7.89192903 18.88094 13 Sengon Paraserianthes falcataria 2 0.1431093 0.0013333 7.1428571 0.1333333 7.6923077 9.541E-05 7.4186691 22.253834 14 Sukun Artocarpus communis Forst 1 0.0713079 0.0006667 3.5714286 0.0666667 3.8461538 4.754E-05 3.69654374 11.114126 Jumlah 28 1.212262 0.018667 100 1.733333 100 0.001286 100 300 INP (%)

103 Lampiran 2. (Lanjutan) PANCANG No. Nama Lokal Jenis Nama Ilmiah Jml LBDS K KR (%) F FR(%) D DR (%) 1 Bendo Artocarpus elasticus 1 0.0199859 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 5.33E-05 1.13811999 15.423834 2 Jati Tectona grandis 2 1.5949281 0.0053333 14.285714 0.1333333 14.285714 0.0042531 90.8247857 119.39621 3 Kemadoh Laportes sinuata 1 0.0157914 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 4.211E-05 0.8992553 15.18497 4 Laban Vitex pubescens 1 0.0120903 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 3.224E-05 0.68849234 14.974207 5 Nampu 1 0.0157914 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 4.211E-05 0.8992553 15.18497 6 Pulai Alstonia sp 2 0.024674 0.0053333 14.285714 0.1333333 14.285714 6.58E-05 1.40508641 29.976515 7 Randu Ceiba Petandra 2 0.0357773 0.0053333 14.285714 0.1333333 14.285714 9.541E-05 2.0373753 30.608804 8 Sengon Paraserianthes falcataria 1 0.0061685 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 1.645E-05 0.3512716 14.636986 9 Tepus Sigung 1 0.0061685 0.0026667 7.1428571 0.0666667 7.1428571 1.645E-05 0.3512716 14.636986 10 Tlutup Macaranga sp 2 0.024674 0.0053333 14.285714 0.1333333 14.285714 6.58E-05 1.40508641 29.976515 Jumlah 14 1.756049 0.037333 100 0.933333 100 0.004683 100 300 INP (%)

104 Lampiran 2. (Lanjutan) SEMAI No. Jenis INP Jml K KR (%) F FR(%) Nama Lokal Nama Ilmiah (%) 1 Anggrung Trema orientalis (L.) Blume 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 2 Girang Lengki Leea indica (Burm.F.) Merr 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 3 Jambu Biji Psidium guajava 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 4 Jati Tectona grandis 3 0.05 11.111111 0.2 11.111111 22.222222 5 Kepoh Sterculia foetida 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 6 Mahoni Swietenia macrophylla 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 7 Mangga Mangifera sp 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 8 Nampu 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 9 Pacing Costus megalobrachtea K.Schum 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 10 Petai Parkia speciosa Hassk 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 11 Pokak Solanum torvum Swartz 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 12 Popohan Pilea melastomoides (Poir.) Bl. 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 13 Pulai Alstonia scholaris 2 0.0333333 7.4074074 0.1333333 7.4074074 14.814815 14 Rau Carcinia dulcis 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 15 Salam Syzygium polyanthum 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 16 Sengon Paraserianthes falcataria 3 0.05 11.111111 0.2 11.111111 22.222222 17 Sukun Artocarpus communis Forst 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 18 Tlutup Macaranga sp 2 0.0333333 7.4074074 0.1333333 7.4074074 14.814815 19 Walangan Verronia arborea 1 0.0166667 3.7037037 0.0666667 3.7037037 7.4074074 20 Weru Albizzia prosera 2 0.0333333 7.4074074 0.1333333 7.4074074 14.814815 Jumlah 27 0.45 100 1.8 100 200

105 Lampiran 3. Kuesioner Analytical Hierarchy Process (AHP) KUISIONER 1 ANALITYCAL HIERARCHI PROCESS (AHP) Bapak/ Ibu yang saya hormati, saya mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang : Nama : Didik Trinugraha Herlambang NIM : 21080111400008 Judul Tesis : Kebijakan Pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah Sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak/ Ibu yang sudah meluangkan waktu dalam mengisi kuisioner ini. Kuisioner ini merupakan salah satu alat pendukung dari penelitian tesis saya. Oleh karena itu, mohon kiranya Bapak/ Ibu dapat mengisi kuisioner ini sesuai dengan pendidikan, pengalaman dan pengetahuan yang Bapak/ Ibu miliki. Segala sesuatu yang Bapak/ Ibu tuliskan dalam kuisioner ini akan kami jamin kerahasiaannya dan hanya kami pergunakan untuk kepentingan penelitian semata. Atas partisipasi dan kerelaan Bapak/ Ibu kami ucapkan terima kasih. BIODATA NARASUMBER Nama : Asal Instansi : Jabatan : Pendidikan Umur : : 1 Petunjuk Pengisian : 1. Menggunakan nilai skala banding berpasangan dengan skor nilai 1 sampai 9. 2. Komponen pertanyaan yang awal adalah A dan komponen berikutnya adalah B Kriteria pemberian skor nilai adalah sebagai berikut : Bila A sama pentingnya dengan B =1 Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B = 3; bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibanding A) = 1/3 Bila A jelas lebih penting dibandingkan B = 5; bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A) = 1/5 Bila A sangat jelas lebih penting dibanding B = 7; bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dari A) = 1/7 Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B =9; bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A) = 1/9 Nilai-nilai skala banding genap (2,4,6,8 atau ½,1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala pembandingan yang nilainya berada diantara dua nilai perbandingan ganjil berurutan.

106 Lampiran 3. (Lanjutan) Petunjuk : Untuk menentukan skala prioritas kriteria yang digunakan untuk pemilihan strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering, menurut Bapak/Ibu/Sdr/i yang paling diutamakan berdasarkan kriteria-kriteria dibawah ini. Arti dari setiap kriteria dapat dilihat dalam tabel di bawah ini (mohon dibaca terlebih dahulu sebelum pengisian dilakukan) HIRARKI PRIORITAS DALAM STRATEGI PENGELOLAAN YANG DAPAT DITERAPKAN UNTUK KEBERLANJUTAN FUNGSI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG CELERING Aspek Kriteria Definisi Ekologi Penyusunan dokumen rencana Membuat dokumen perencanaan Ekonomi Sosial - Kelembagaan pengelolaan CAGC Restorasi atau rehabilitasi kawasan CAGC yang rusak Penurunan status kawasan CAGC menjadi TWA atau Tahura Pemberian bantuan modal kerja kepada masyarakat Pengadaan pelatihan ketrampilan masyarakat Pembuatan demplot tanaman MPTS di luar kawasan CAGC Sosialisasi dan penyuluhan pentingnya kawasan CAGC Pembentukan kelembagaan pengamanan dan perlindungan CAGC Penambahan jumlah personil dan sarana prasarana di lapangan pengelolaan CAGC Menanami kembali CAGC dengan pohon asli yang pernah tumbuh di dalam kawasan CAGC Mengubah status cagar alam menjadi taman wisata alam atau taman hutan raya Memberikan bantuan modal kerja entah dalam wujud uang atau modal lain Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan yang dapat menambah penghasilan masyarakat Membuat percontohan kebun buah-buahan (missal : matoa) di luar kawasan yang dapat menambah penghasilan masyarakat Penyuluhan masyarakat baik formal dalam bentuk pertemuan maupun informal Membentuk kelembagaan semacam Masyarakat Mitra Polhut yang di SK kan Kepala BKSDA, dilatih dan diberdayakan Menambah dan meningkatkatkan kapasistas personil di lapangan serta sarana dan prasarananya

107 Lampiran 3. (Lanjutan) I. Kriteria Kriteria strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering dengan kriteria ekologi, ekonomi, dan sosial kelembagaan. Daftar Pertanyaan: 1. Menurut anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering ditinjau dari aspek ekologi dibandingkan dengan aspek ekonomi? b. Aspek ekologi sedikit lebih penting daripada aspek ekonomi c. Aspek ekologi lebih penting daripada aspek ekonomi d. Aspek ekologi jelas lebih penting daripada aspek ekonomi e. Aspek ekologi mutlak lebih penting daripada aspek ekonomi f. Aspek ekonomi sedikit lebih penting daripada aspek ekologi g. Aspek ekonomi lebih penting daripada aspek ekologi h. Aspek ekonomi jelas lebih penting daripada aspek ekologi i. Aspek ekomi mutlak lebih penting daripada aspek ekologi 2. Menurut anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering ditinjau dari aspek ekologi dibandingkan dengan aspek sosial kelembagaan? b. Aspek ekologi sedikit lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan c. Aspek ekologi lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan d. Aspek ekologi jelas lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan e. Aspek ekologi mutlak lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan f. Aspek sosial kelembagaan sedikit lebih penting daripada aspek ekologi g. Aspek sosial kelembagaan lebih penting daripada aspek ekologi h. Aspek sosial kelembagaan jelas lebih penting daripada aspek ekologi i. Aspek sosial kelembagaan mutlak lebih penting daripada aspek ekologi 3. Menurut anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering ditinjau dari aspek ekonomi dibandingkan dengan aspek sosial kelembagaan? b. Aspek ekonomi sedikit lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan c. Aspek ekonomi lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan d. Aspek ekonomi jelas lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan e. Aspek ekonomi mutlak lebih penting daripada aspek sosial kelembagaan f. Aspek sosial kelembagaan sedikit lebih penting daripada aspek ekonomi g. Aspek sosial kelembagaan lebih penting daripada aspek ekonomi h. Aspek sosial kelembagaan jelas lebih penting daripada aspek ekonomi i. Aspek sosial kelembagaan mutlak lebih penting daripada aspek ekonomi

108 Lampiran 3. (Lanjutan) Alternatif 1. Untuk mencapai kriteria strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering dipandang dari aspek ekologi, meliputi : A1 = Penyusunan dokumen rencana pengelolaan CAGC A2 = Restorasi atau rehabilitasi kawasan CAGC yang rusak A3 = Penurunan status kawasan CAGC menjadi TWA atau Tahura Daftar Pertanyaan: 1. Menurut Anda, seberapa penting s strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (A1) dibandingkan langkah (A2)? b. A1 sedikit lebih penting daripada A2 c. A1 lebih penting daripada A2 d. A1 jelas lebih penting daripada A2 e. A1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. A2 sedikit lebih penting daripada A1 g. A2 lebih penting daripada A1 h. A2 jelas lebih penting daripada A1 i. A2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 2. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (A1) dibandingkan langkah (A3)? b. A1 sedikit lebih penting daripada A3 c. A1 lebih penting daripada A3 d. A1 jelas lebih penting daripada A3 e. A1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. A3 sedikit lebih penting daripada A1 g. A3 lebih penting daripada A1 h. A3 jelas lebih penting daripada A1 i. A3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 3. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (A2) dibandingkan langkah (A3)? b. A2 sedikit lebih penting daripada A3 c. A2 lebih penting daripada A3 d. A2 jelas lebih penting daripada A3 e. A2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. A3 sedikit lebih penting daripada A2 g. A3 lebih penting daripada A2 h. A3 jelas lebih penting daripada A2 i. A3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada

109 Lampiran 3. (Lanjutan) Alternatif 2 : Untuk mencapai kriteria strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering dipandang dari aspek ekonomi B1 = Pemberian bantuan modal kerja kepada masyarakat B2 = Pengadaan pelatihan ketrampilan masyarakat B3 = Pembuatan demplot tanaman MPTS di luar kawasan CAGC Daftar Pertanyaan : 1. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (B1) dibandingkan langkah (B2)? b. B1 sedikit lebih penting daripada B2 c. B1 lebih penting daripada B2 d. B1 jelas lebih penting daripada B2 e. B1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. B2 sedikit lebih penting daripada B1 g. B2 lebih penting daripada B1 h. B2 jelas lebih penting daripada B1 i. B2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 2. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (B1) dibandingkan langkah (B3)? b. B1 sedikit lebih penting daripada B3 c. B1 lebih penting daripada B3 d. B1 jelas lebih penting daripada B3 e. B1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. B3 sedikit lebih penting daripada B1 g. B3 lebih penting daripada B1 h. B3 jelas lebih penting daripada B1 i. B3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 3. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (B2) dibandingkan langkah (B3)? b. B2 sedikit lebih penting daripada B3 c. B2 lebih penting daripada B3 d. B2 jelas lebih penting daripada B3 e. B2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. B3 sedikit lebih penting daripada B2 g. B3 lebih penting daripada B2 h. B3jelas lebih penting daripada B2 i. B3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada

110 Lampiran 3. (Lanjutan) Alternatif 3. Untuk mencapai strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering dipandang dari aspek sosial kelembagaan C1 = Sosialisasi dan penyuluhan pentingnya kawasan CAGC C2 = Pembentukan kelembagaan pengamanan dan perlindungan CAGC C3 = Penambahan jumlah personil dan sarana prasarana di lapangan Daftar Pertanyaan : 1. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (C1) dibandingkan langkah (C2)? b. C1 sedikit lebih penting daripada C2 c. C1 lebih penting daripada C2 d. C1 jelas lebih penting daripada C2 e. C1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. C2 sedikit lebih penting daripada C1 g. C2 lebih penting daripada C1 h. C2 jelas lebih penting daripada C1 i. C2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 2. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (C1) dibandingkan langkah (C3)? b. C1 sedikit lebih penting daripada C3 c. C1 lebih penting daripada C3 d. C1 jelas lebih penting daripada C3 e. C1 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. C3 sedikit lebih penting daripada C1 g. C3 lebih penting daripada C1 h. C3 jelas lebih penting daripada C1 i. C3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada 3. Menurut Anda, seberapa penting strategi pengelolaan yang dapat diterapkan untuk keberlajutan fungsi kawasan Cagar Alam Gunung Celering melalui langkah (C2) dibandingkan langkah (C3)? b. C2 sedikit lebih penting daripada C3 c. C2 lebih penting daripada C3 d. C2 jelas lebih penting daripada C3 e. C2 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada f. C3 sedikit lebih penting daripada C2 g. C3 lebih penting daripada C2 h. C3 jelas lebih penting daripada C2 i. C3 mutlak lebih penting daripada semua alternatif yang ada

Lampiran 4. : Peta Kawasan Cagar Alam Gunung Celering 111

112 BIODATA PENULIS Penulis lahir di Klaten pada tanggal 26 Oktober 1979. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar dan Menengah di Kabupaten Klaten yaitu di Sekolah Dasar Negeri I Karanganom, Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Klaten dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Klaten. Selanjutnya Penulis melanjutkan ke jenjang Pendidikan Tinggi Strata 1 pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis mulai bekerja di Kementerian Kehutanan hingga sekarang. Pada tahun 2011, Penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 2 pada Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang melalui dukungan beasiswa dari Pusat Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan Perencana - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren-Bappenas).