PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2014

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BPS PROVINSI LAMPUNG

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016

KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU MARET 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA RESMI STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI BALI MARET 2015

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016

BADAN PUSAT STATISTIK

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET No. 08/07/18/TH.IX, 17 Juli 2017

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPSPROVINSI JAWATIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

PROFIL KEMISKINAN DAN TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI ACEH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

Transkripsi:

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013 No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 682,71 RIBU ORANG Pada bulan September 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Banten mencapai 682,71 ribu orang (5,89 persen), meningkat 26,47 ribu orang, dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2013 yang sebesar 656,24 ribu orang (5,74 persen). Selama periode Maret 2013 - September 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah 50,66 ribu orang (dari 363,80 ribu orang pada Maret 2013 menjadi 414,46 ribu orang pada September 2013), sementara di daerah perdesaan berkurang 24,20 ribu orang (dari 292,45 ribu orang pada Maret 2013 menjadi 268,25 ribu orang pada September 2013). Selama periode Maret 2013 - September 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami peningkatan, sementara di daerah perdesaan mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 4,76 persen, meningkat menjadi 5,27 persen pada September 2013. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 7,72 persen pada Maret 2013 menjadi 7,22 persen pada September 2013. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada September 2013, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan tercatat sebesar 70,93 persen, tidak berbeda jauh dengan kondisi Maret 2013 yang juga sebesar 70,87 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, mie instan, kopi dan tempe. Pada komoditi bukan makanan ada perbedaan antara perkotaan dan perdesaan. Lima komoditi bukan makanan utama di perkotaan adalah perumahan, listrik, pendidikan, bensin, dan angkutan. Sedangkan lima komoditi bukan makanan utama di perdesaan adalah perumahan, pendidikan, pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa dan listrik. Pada periode Maret - September 2013, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) maupun Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 1

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Maret 2012 - September 2013 Jumlah penduduk miskin di Banten pada bulan September 2013 mencapai 682,71 ribu orang (5,89 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013, maka selama enam bulan tersebut terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 26,47 ribu orang (4,03 persen). Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2013 - September 2013 penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sebesar 50,66 ribu orang (13,93 persen), sementara penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang sebesar 24,2 ribu orang (8,27 persen). Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret - September 2013 Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin (1) (2) (3) Perkotaan Maret 363.80 4.76 September 414.46 5.27 Perdesaan Maret 292.45 7.72 September 268.25 7.22 Kota+Desa Maret 656.24 5.74 September 682.71 5.89 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2013 dan September 2013 Beberapa faktor terkait peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2013 - September 2013 di perkotaan: a. Selama periode Maret-September 2013 inflasi umum relatif tinggi, yaitu sebesar 5,76 persen akibat kenaikan harga bbm pada bulan Juni 2013. b. Upah buruh konstruksi secara riil turun sebesar 3,15 persen dari Rp. 44.471,- menjadi Rp. 43.070,-. Beberapa faktor terkait dengan penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2013 - September 2013 di perdesaan : a. Upah riil buruh pertanian meningkat dari Rp 22.340,- menjadi Rp 22.609,- pada September 2013. b. Pertumbuhan sektor pertanian pada Triwulan I ketriwulan III 2013 menunjukkan angka positif yaitu sebesar 2,11 persen. 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014

2. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2007-2013 Sampai dengan tahun 2012, jumlah dan persentase penduduk miskin di Banten menunjukkan n trend menurun. Namun, pada Maret 2013 jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan, diakibatkan oleh inflasi umum yang relatif tinggi yaitu sebesar 3,80 persen. Kemudian padaa September 2013 jumlah penduduk miskin di Banten kembali mengalami kenaikann sebesar 4,03 persen. Perkembangann tingkat kemiskinan Provinsi Banten dari tahun 2007 sampai dengan ditunjukkan oleh gambar berikut: tahun 2013 Gambar 1 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten, 2007-2013 (ribu jiwa) 1000 900 800 700 600 500 400 886.2 9..07 816.7 8.15 788.1 7.64 758.2 7.16 690.5 680.66 652.8 6 48.25 656.24 6.32 6.26 5.85 5.71 5.74 682.71 5.89 10 9 8 7 6 5 4 (persen) 300 3 200 2 100 1 0 0 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Sep 11 Mar 12 Sep 12 Mar 13 Sep 13 Jumlah penduduk miskin Persentase Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional ( Susenas) 3. Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2013 - September 2013 Garis Kemiskinan dipergunakan sebagai suatu batas untuk mengelompokkan penduduk menjadi miskin atau tidak miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Tabel 2 menyajikan perkembangann Garis Kemiskinan padaa Maret 2013 dan September 2013. Selama periode Maret 2013 - September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 9,62 persen, yaitu dari Rp 263.398,- per kapita per bulan pada Maret menjadi Rp 288.733,- per kapita per bulan padaa September. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanann (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan GKM terhadap GK pada September 2013 adalah sebesar 70,93 tidak berbeda jauh dengan Maret 2013 yang sebesar 70,87 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/ /36/Th.VIII, 2 Januari 2014 3

Tabel 2 Garis Kemiskinan dan Perubahannya Menurut Daerah, Maret 2013-September 2013 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Bukan Makanan Total (1) (2) (3) (4) Perkotaan Maret 188 322 85 506 273 828 September 206 828 93 281 300 109 Perubahan (%) 9.83 9.09 9.60 Perdesaan Maret 183 370 58 961 242 331 September 200 536 64 096 264 632 Perubahan (%) 9.36 8.71 9.20 Kota+Desa Maret 186 682 76 715 263 398 September 204 811 83 923 288 733 Perubahan (%) 9.71 9.39 9.62 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2013 dan September 2013 Pada September 2013, komoditi makanan yang memberi sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan adalah beras yaitu sebesar 21,75 persen di perkotaan dan 37,31 persen di perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (14,82 persen di perkotaan dan 7,05 persen di perdesaan). Komoditi makanan lainnya yang memberikan sumbangan paling besar di perkotaan adalah telur ayam ras, mie instan dan daging ayam ras dengan sumbangan masing-masing sebesar 3,86 persen; 2,69 persen dan 2,48 persen. Di perdesaan komoditi makanan lain yang sumbangan cukup besar pada Garis Kemiskinan adalah mie instan (2,99 persen), tempe (2,51 persen) dan dan telur ayam ras (2,47 persen). Komoditi bukan makanan yang memberi sumbangan terbesar untuk Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah biaya perumahan (9,21 persen di perkotaan dan 7,10 persen di perdesaan). Sedangkan sumbangan komditi non makanan lainnya ada perbedaan antara di perkotaan dan di perdesaan. Di perkotaan, biaya listrik; pendidikan dan bensin menjadi penyumbang terbesar berikutnya sebesar 2,86 persen, 2,72 persen dan 2,67 persen. Di perdesaan, setelah perumahan, komoditi non makanan penyumbang terbesar pada Garis Kemiskinan adalah biaya pendidikan (1,92 persen), pakaian jadi anak-anak (1,88 persen) dan pakaian jadi perempuan dewasa (1,52 persen). Lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014

Tabel 3 Daftar Komoditi yang Memberi Pengaruh Besar pada Kenaikan Garis Kemiskinan, September 2013 Komoditi Perkotaan Komoditi Perdesaan (1) (2) (3) (4) Makanan Beras 21.75 Beras 37.31 Rokok kretek filter 14.82 Rokok kretek filter 7.05 Telur ayam ras 3.86 Mie instan 2.99 Mie instan 2.69 Tempe 2.51 Daging ayam ras 2.48 Telur ayam ras 2.47 Kopi 2.20 Kopi 2.46 Tempe 1.97 Gula Pasir 2.32 Tahu 1.88 Bawang merah 1.99 Bukan Makanan Perumahan 9.21 Perumahan 7.10 Listrik 2.86 Pendidikan 1.92 Pendidikan 2.72 Pakaian jadi anak-anak 1.88 Bensin 2.67 Pakaian jadi perempuan Dewasa 1.52 Angkutan 2.14 Listrik 1.48 Pakaian jadi laki-laki dewasa 2.00 Pakaian jadi laki-laki dewasa 1.36 Pakaian jadi perempuan dewasa 1.96 Bensin 1.35 Pakaian jadi anak-anak 1.66 Angkutan 1.19 Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2013 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 5

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga terkait dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan yang terkait dengan kesejahteraan penduduk miskin. Pada periode Maret 2013 - September 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) mengalami peningkatan. Hal ini memberikan gambaran bahwa penduduk miskin semakin terpuruk. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,695 pada Maret 2013 menjadi 1,021 pada September 2013. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan juga naik dari 0,158 menjadi 0,293 pada periode yang sama. Peningkatan nilai kedua indeks mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Tabel 4 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) di Banten Menurut Daerah, Maret 2013 - September 2013 Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan (1) (2) (3) (4) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Maret 0.664 0.759 0.695 September 1.140 0.768 1.021 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Maret 0.172 0.128 0.158 September 0.374 0.120 0.293 Sumber: Diolah dari data Susenas Maret 2013 dan September 2013 Jika dilihat menurut daerah, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) mengalami kenaikan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kenaikan P1 mapun P2 di perkotaan cukup tinggi, hal ini memberikan indikasi bahwa penduduk miskin di perkotaan semakin terpuruk. Sementara itu, kondisi di perdesaan tidak terlalu berubah secara signifikan. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014

5. Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk. b. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. c. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita per hari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). d. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan. e. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2013 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) bulan September 2013. Jumlah sampel Provinsi Banten sekitar 1.690 rumah tangga dimaksudkan supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan. Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014 7

BPS PROVINSI BANTEN Informasi lebih lanjut hubungi: Dr. Syech Suhaimi, SE.,M.Si Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: 0254-267027 E-mail : bps3600@bps.go.id Website : banten.bps.go.id 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Banten No. 04/01/36/Th.VIII, 2 Januari 2014