BAB I PENDAHULUAN. optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan-persaingan diantara perusahaan, sehingga perlu pemikiran yang makin

Fakta Korupsi di Sektor Pengadaan Tidak ada korupsi yang ongkosnya semahal korupsi dalam pengadaan barang dan jasa (Donald Strombom, 1998) Bank Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 6,40 %, maka pada 2012 bisa melampaui 6,70 %. Hal tersebut bisa

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang sistem pengendalian internal pemerintahan (SPIP) mendapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis finansial global, diperkirakan telah mempengaruhi pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan adalah menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan,

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

MONITORING PERADILAN DI ACEH SELAMA TAHUN Lhokseumawe, 26 Desember 2011

BAB I PENDAHULUAN. fenomenal baik di negara berkembang maupun negara maju. Fraud ini hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. efisiensi operasional, dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan yang digariskan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang berkembang dengan pesat telah menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistematis serta mengevaluasi pengendalian intern dalam perusahaan. Namun pada. penyimpangan-penyimpangan dalam perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

BAB VII SIMPULAN, REKOMENDASI, DAN KETERBATASAN. maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan ditengah sengitnya persaingan. Salah satu usaha untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Salah satu ancaman tersebut adalah fraud (tindak kecurangan).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan informasi seperti saat ini lingkungan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan pemberantasan. Tidak hanya terjadi pada pemerintah pusat, fraud juga

BAB I PENDAHULUAN. melakukan beberapa terobosan strategi untuk memperkuat perannya di bidang

PERTEMUAN 3: FRAUD DAN ERROR

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme, dan penggelapan lainnya, sehingga dalam proses verifikasi secara

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

No. 13/ 28 /DPNP Jakarta, 9 Desember 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Penerapan Strategi Anti Fraud bagi Bank Umum

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. kronis bangsa. Hampir disemua lini pemerintahan terjadi perilaku korupsi, dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan jasmani khususnya kesehatan. Selain itu, peralatan pendukung

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin kompetitif dan kompleks. Keadaan ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan ditengah sengitnya persaingan.salah satu usaha untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era teknologi maju dan globalisasi, semua organisasi, apapun

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. atau pengadaan obat. Berdasarkan Undang-undang kesehatan No.36 tahun

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

BAB 1 INTRODUKSI. 1.1 Latar Belakang. Tanggal 15 Januari 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan laporan keuangan kecurangan Report To The Nation : On

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan terhadap kinerja perusahaan (Wardhini, 2011:1).

BAB I PENDAHULUAN. Sistematika penulisan menjelaskan mengenai tahapan-tahapan penulisan laporan

BAB I PENDAHULUAN. khususya di tingkat Pemerintah Daerah. Korupsi sebenarnya termasuk salah

Dadit Herdikiagung - Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan barang dan jasa tetapi juga instansi pemerintah /BUMN/ sangat penting dalam pendukung kegiatan operasional.

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

PERTEMUAN 1: AUDIT DAN STANDAR AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian di Indonesia. Pembentukan BUMN sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, tidak terkecuali BUMN. Para pelaku bisnispun dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

Unisba.Repository.ac.id. BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Negara mempunyai suatu pemerintahan yang berfungsi sebagai kesatuan

TREN PENANGANAN KASUS KORUPSI SEMESTER I 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

Prof. Dr. Eddy Mulyadi Soepardi, CFrA.

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. nepotisme mengakibatkan kerugian negara dan tidak maksimalnya kinerja

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR :800/126 /SK/SET-1/DLH TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud). Sistem

P e d o m a n. Anti Kecurangan (Fraud )

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya penyelamatan dan penyempurnaan yang meliputi produktifitas, efisiensi

4 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. internal terhadap penerapan good corporate governance, maka penulis dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraud merupakan topik yang hangat dibicarakan di kalangan praktisi maupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masuk sebagai lima (5) besar predikat negara

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. supervisi bank tersebut (Soebijoto, 2011). Modus kejahatan perbankan bukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini berita-berita terjadinya tindak korupsi dan fraud yang

BAB I PENDAHULUAN. usaha menuntut perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (Competitive

BAB 1 PENDAHULUAN. isu yang strategis untuk dibahas. Salah satu topiknya adalah menyangkut Tindak

PERTEMUAN 6: AUDIT INVESTIGASI

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan milik swasta maupun pemerintah melaksanakan Good Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia turut berkomitmen melaksanakan prinsip-prinsip G-20, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. penyebab terjadinya fraud. Lebih jauh lagi, dalam teori segitiga fraud yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya berbagai kasus fraud yang akhir-akhir ini terjadi di hampir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

2017, No Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kecurangan di Indonesia sangat berpengaruh bagi masyarakat pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan good governance di lingkungan pemerintahan

Satu Dasawarsa Pemberantasan Korupsi Pendidikan, Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Jakarta, 29 Agustus 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi perekonomian yang sedang menurun dan kurang optimalnnya dampak dari peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah Indonesia saat ini, menjadikan kecurangan (fraud) yang dilakukan oleh oknumoknum dalam suatu instansi, baik sektor swasta maupun sektor pemerintah sendiri sudah menjadi hal yang sering terjadi. Tidak ketatnya pengawasan maupun pengendalian internal (internal control) di dalam instansi tersebut dan niatan atau dorongan untuk melakukan kecurangan, menjadikan faktor utama dalam terjadinya fraud. Fraud biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki tingkat intelektual tinggi, tetapi minimnya tingkat spritual menjadikan ilmu, kedudukan, kekuasaan dijadikan fasilitas untuk melancarkan fraud. Fraud seperti korupsi, kolusi dan nepotisme berdampak penegakan hukum dan pelayanan masyarakat menjadi kian buruk, pembangunan fisik menjadi terbengkalai, prestasi menjadi tidak berarti, aspek demokrasi menjadi tidak dapat berjalan dan hancurnya perekonomian. Fraud bisa dilakukan oleh pihak yang berada di dalam maupun di luar lingkungan pemerintah. Namun pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam lingkungan pemerintah, karena biasanya orangorang tersebut memahami mengenai pengendalian internal (internal control) yang ada di dalam instansinya. Sehingga suatu kecurangan bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Internal control yang lemah bisa dikatakan sebagai kunci 1

2 permasalahan dimana bisa terjadinya kecurangan disamping orang tersebut mempunyai kesempatan dan mempunyai dorongan untuk melakukan kecurangan. Penyebab lemahnya internal control di dalam instansi pemerintah ini karena kurangnya peranan audit internal dalam mendeteksi risiko terjadinya kecurangan (fraud), sehingga mudahnya melakukan fraud. Keterlibatan auditor internal di instansi pemerintah sangat berpengaruh dalam operasional sehari-hari termasuk keterlibatan dalam proses pelaporan transaksi keuangan dan struktur pengendalian intern dengan memberi kesempatan auditor internal untuk melakukan penilaian secara berkala dan menyeluruh atas aspek-aspek kegiatan operasional organisasi yang memiliki risiko yang tinggi. Peranan audit internal dalam mencegah dan mendeteksi fraud sangat tergantung pada besar kecilnya status kewenangan yang dimiliki dan mekanisme pelaporan hasil investigasi kecurangan yang dapat dijalankannya, karena belum semua jajaran direksi mau memberikan kewenangan penuh dalam proses pencegahan, pendeteksian, dan investigasi kecurangan pada internal auditor. Seorang auditor internal juga perlu melakukan pemeriksaaan, penilaian, dan mencari fakta atau bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindaklanjuti. Salah satu temuan auditor internal di antaranya yaitu penemuan kecurangan. Menurut hasil penelitian Indonesia Corruption Watch tren korupsi di semester I tahun 2014 cenderung meningkat dengan taksiran kerugian negara mencapai Rp. 3.700.000.000.000,00. Selain itu, meski jumlah tersangka menurun, jumlah kasus meningkat jika dibandingkan dengan semester I tahun 2013. Kenaikan kasus korupsi yang signifikan terjadi di daerah. Berdasarkan

3 penelusuran jaringan kerja di daerah, korupsi di daerah makin mengkhawatirkan. Jumlah kepala daerah yang menjadi tersangka korupsi meningkat lebih dari dua kali lipat. Pada semester I tahun 2013, tercatat 11 kepala daerah menjadi tersangka, sedangkan pada semester I tahun 2014 hingga Juni, sudah 25 orang menjadi tersangka. Dari 308 kasus yang ditemukan periode ini, sebanyak 51 korupsi dilakukan dengan modus penggelapan di wilayah kabupaten, 19 kasus dengan modus penyalahgunaan anggaran di wilayah kota, 4 kasus dari laporan fiktif di wilayah provinsi, dan 4 kasus penyalahgunaan anggaran di wilayah pusat. Sebagian besar korupsi di semester I tahun 2014 dilakukan pejabat daerah, tapi korupsi yang menyebabkan kerugian negara relatif besar terjadi di pusat. Dari 308 kasus korupsi yang ditangani aparat penegak hukum saat ini, 97 kasus di antaranya diduga dilakukan pemerintahan daerah, disusul dewan perwakilan rakyat daerah 21 kasus, dinas pekerjaan umum 20 kasus, kementerian dan dinas pendidikan 19 kasus. Di dalam hasil penelitian Indonesia Corruption Watch tren korupsi di semester I tahun 2014. Salah satu kasus yang paling tinggi yaitu kasus yang terjadi di dinas pekerjaan umum. Dinas pekerjaan umum ini dilaksanakan di pemerintah daerah atau kabupaten. Fungsi dinas pekerjaan umum ini khususnya dalam bidang jalan dan jembatan guna memperlancar dan memelihara kenyamanan arus transportasi barang dan orang. Setiap tahun anggaran dinas pekerjaan umum mengalokasikan dana yang cukup besar untuk paket-paket pekerjaan fisik, berupa pembangunan, rehabilitasi dan pemeliharaan baik untuk jalan maupun jembatan. Perencanaan dan pengawasan pekerjaan fisik dilakukan

4 sendiri oleh dinas pekerjaan umum, sedangkan untuk pelaksanaan pekerjaan diserahkan kepada pihak penyedia jasa (kontraktor). Untuk memperoleh hasil suatu pekerjaan fisik bangunan tertentu yang sesuai standar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka perlu dilakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan dan pengendalian mutu pekerjaan yang meliputi pemilihan bahan, pengujian berkala, cara pelaksanaan, perawatan, dan pemeliharaan yang baik dan benar khususnya dalam pekerjaan jalan dan jembatan. Sementara itu kelemahan atau kecurangan yang sering terjadi di dinas pekerjaan umum salah satunya yaitu modus yang dilakukan pelaku dengan meninggikan jumlah biaya pengeluaran atas kegiatan-kegiatan khusus, seperti pengadaan. Untuk mempertanggungjawabkannya pelaku membuat surat pertanggung jawaban palsu dengan kerjasama dengan pihak ketiga atau rekanan. Pelaku juga cenderung akan menyebarkan penerimaan/pembayaran atas beban/biaya tersebut ke beberapa rekening pihak lain, sehingga sulit untuk diawasi. Berikut adalah fenomena yang pernah terjadi: Pada kasus penggunaan tenaga ahli yang tidak sesuai dengan kontrak dalam pengadaan jasa Kegiatan Penyusunan Rencana Tata Kota 4 wilayah Kecamatan Kabupaten L tahun 2006. Kecurangan yang dilakukan dengan meninggikan jumlah biaya tenaga ahli. Pekerjaan penyusunan laporan Rencana Tata Ruang Wilayah untuk 4 kecamatan di Kabupaten L diberikan kepada CV C, kemudian dalam pelaksanaan jumlah tenaga ahli dan asisten tenaga ahli yang digunakan lebih sedikit dibandingkan jumlah menurut kontrak dan tidak diketahui

5 spesifikasi keahliannya. Selisih pembayaran tersebut menimbulkan kerugian negara sebesar Rp. 402.814.699,00. Kelemahan sistem pengendalian intern dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan salah satu penyebab terjadinya ketidakefisienan dan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan tentunya berdampak pada pemborosan anggaran dan keuangan daerah. Sehingga auditor internal harus berperan aktif dalam mencegah dan mendeteksi fraud yang terjadi di dinas pekerjaan umum. Walaupun auditor internal tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermanfaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan. Dengan demikian adanya badan audit internal pada suatu organisasi diharapkan dapat menjadi nilai tambah untuk membantu suatu organisasi dalam mencapai tujuannya terutama dalam hal ini adanya audit internal diharapkan dapat membantu dalam pencegahan kecurangan (fraud). Penelitian ini menggunakan subjek di kantor dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bulungan, Tanjung Selor. Atas dasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Peranan Audit Internal Dalam Mendeteksi Risiko Terjadinya Kecurangan (Fraud)

6 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimana peranan audit Internal pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan? 2. Bagaimana mendeteksi risiko terjadinya kecurangan (fraud) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan? 3. Bagaimana peranan audit internal dalam Mendeteksi risiko terjadinya fraud pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi serta data yang mendukung dalam pelaksanaan audit baik secara kualitatif ataupun secara kuantitatif tentang peranan audit internal dalam mendeteksi risiko terjadinya kecurangan (fraud). Adapun tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana peranan audit internal pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan. 2. Untuk mengetahui bagaimana mendeteksi risiko terjadinya kecurangan (fraud) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan. 3. Untuk mengetahui bagaimana peranan dalam mendeteksi risiko terjadinya kecurangan (fraud) pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan?

7 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Bagi Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan yang lebih mendalam dan dapat menjadi bekal wawasan agar mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai fakta di lapangan dengan teori yang ada. 2. Bagi Operasional Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan dalam mengevaluasi kinerja audit internal di Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan. 3. Bagi Penelitian lain/pihak lain Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan referensi bagi para peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis pada masa yang akan datang, sekaligus sebagai masukan bagi rekan-rekan mahasiswa serta pembaca sebagai sumbangan pemikiran dan informasi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya audit internal yang lebih mengarah kepada mencegah dan mendeteksi risiko terjadinya fraud. 4. Bagi penulis Sebagai sumber pengetahuan sekaligus pengalaman dalam melakukan penelitian dan sebagai sarana untuk menguji kemampuan penulis dalam mengaplikasikan teori yang telah didapat dengan keadaan yang sebenarnya

8 dalam dunia nyata. Serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan pemahaman di bidang audit internal. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan melakukan penelitian pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bulungan yang berlokasi di Jl. Jelarai Raya Tanjung Selor. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2014 sampai Desember 2014.