ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR OLEH RENI TILOVA H

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

METODE PENELITIAN. Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengenai hasil dari uji statistik yang terdiri dari uji F, uji t, dan uji R-squared.

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA DI AMERIKA SERIKAT

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENINGKATAN EKSPOR CPO DAN KAKAO DI BAWAH PENGARUH LIBERALISASI PERDAGANGAN (SUATU PENDEKATAN MODEL GRAVITASI) OLEH MARIA SITORUS H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

BAB III METODE PENELITIAN. yang mempengaruhi aliran ekspor Surakarta ke Negara tujuan utama ekspor.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Thailand, India, Vietnam, Malaysia, China, Philipines, Netherlands, USA, dan Australia 9 2 Kentang (HS )

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA DI MALAYSIA, SINGAPURA DAN CINA OLEH YULI WIDIANINGSIH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

IV METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sarnowo dan Sunyoto (2013:1) permintaan adalah jumlah barang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

2.2. Definisi Produk Makanan dan Minuman Olahan

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menganalisis pengaruh PMDN dan Tenaga Kerja terhadap Produk

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

III. METODE PENELITIAN. berupa data panel terdiri dari dua bagian yaitu : (1) time series dan (2) cross

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

BAB I PENDAHULUAN. bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan, untuk itu ekspor harus

Dampak Krisis Ekonomi Global Tahun 2008 Terhadap Ekspor Batubara di Indonesia (Studi Literatur di Negara Kawasan Asia Timur)

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

VI. SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

Analisis Perkembangan Industri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR MUTIARA INDONESIA OLEH: AINUR SUKMAWATI H

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR OLEH RENI TILOVA H14070023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

RINGKASAN RENI TILOVA. Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak digunakan oleh industri-industri di dunia. Menurut International Energy Agency (2010), konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 persen per tahun antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7 persen per tahun sepanjang 2015-2030. Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari konsumsi batubara dunia. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut (World Coal Institute, 2008). Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar terbesar batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara menyebabkan naiknya permintaan batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, Cina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia. Tingginya permintaan batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir batubara. Indonesia merupakan salah satu eksportir batubara yang memiliki peran penting sebagai pemasok batubara di pasar dunia yaitu sebesar 24 persen. Jepang, India, Korea Selatan, Taiwan, dan Cina merupakan lima negara terbesar tujuan ekspor batubara Indonesia. Jumlah permintaan batubara dari negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi eksportir utama batubara di dunia. Studi ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina. Negara Taiwan tidak diikutsertakan dalam penelitian ini dikarenakan adanya keterbatasan data dari variabel-variabel yang akan dianalisis. Penelitian ini menggunakan metode panel data dengan data sekunder, berupa deret waktu (time series) dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Pengolahan data menggunakan program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil estimasi yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen (0,1) terhadap permintaan batubara Indonesia adalah harga ekspor batubara negara tujuan ekspor, GDP per kapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan ekspor, dan nilai tukar riil negara tujuan ekspor. Variabel harga ekspor batubara memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Ketidaksesuaian ini diduga karena adanya kontrak berjangka pada penjualan dan pembelian batubara antara Indonesia dengan negara tujuan ekspor sehingga harga yang meningkat tidak menjadi masalah bagi para importir. Variabel jumlah penduduk negara tujuan ekspor juga memiliki tanda koefisien yang tidak sesuai dengan hipotesis. Jumlah penduduk berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal tersebut diduga karena batubara merupakan salah satu komoditi yang tidak langsung dikonsumsi masyarakat tetapi dikonsumsi oleh industri.

Berdasarkan hasil penelitian variabel yang diteliti, hanya variabel nilai tukar yang dapat dikendalikan oleh pemerintah Indonesia sehingga disarankan perlunya peran pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara tujuan ekspor. Dengan demikian harga ekspor menjadi lebih kompetitif di pasar internasional sehingga akan meningkatkan volume ekspor batubara.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR OLEH RENI TILOVA H14070023 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERMINTAAN BATUBARA INDONESIA DI EMPAT NEGARA TUJUAN EKSPOR TERBESAR ADALAH BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli 2012 Reni Tilova H14070023

Judul Skripsi Nama Mahasiswa NRP : Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar : Reni Tilova : H14070023 Menyetujui, Dosen Pembimbing Widyastutik, M.Si NIP. 19751105 200501 2 001 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec NIP. 19641022 198903 1 003 Tanggal Lulus :

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara di Empat Negara Tujuan Ekspor Terbesar. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain : 1. Widyastutik, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 2. Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Alla Asmara selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas segala masukan, kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan skripsi penulis. 3. Seluruh staf departemen Ilmu Ekonomi atas bantuan selama masa perkuliahan dan proses menyelesaikan skripsi ini. 4. Kedua orang tua tercinta, Bapak Maruli Siagian (Alm.) dan Ibu Tiarma Helena Simatupang serta kakak dan adik tersayang, kak Nancy Irene P. Siagian dan Chandra Maja A. Siagian serta bang Jermy P, keluarga Siagian dan Simatupang yang selalu memberikan perhatian, semangat, motivasi, dan dukungan baik moral maupun material serta doa bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Lina, Guruh, dan David sebagai teman bimbingan yang memberikan dukungan dan bantuan. 6. Partner terkasih, Heru Triadi Saputra Damanik yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dan juga saudari Helena A.P.H dan saudara Moris De Qualer atas doa, bantuan, dan kebersamaan selama ini.

7. Teman-teman Ilmu Ekonomi 44 yang telah memberikan bantuan, semangat, dan persahabatan selama masa kuliah, terutama kepada Ajeng, Lisa, Nancy, Merry, Hesti, Michelle, Risa, Kristina, dan Retno. 8. Komisi Pembinaan Pemuridan (KPP) yaitu Togi, Debora, Meiada, Bertha, Ririn, Kristi, dan Kelompok Kecil Pemuridan (KKP) yaitu kak Meiyu, Yesica, Prinsa, Citra, Astra, Desi, dan Monica serta asistensi UZIA, OBAJA, dan El-Hagadol yang telah memberikan semangat, keceriaan, doa, dan pembelajaran hidup kepada penulis. 9. Saudara-saudari penulis di Persekutuan Mahasiswa Kristen yaitu Novita, Lenny, Connie, Yesika, Vera, Ribkha, Desi, Basten, dan Vania atas dukungan, kerjasama, kebersamaan, doa, dan semangat yang diberikan kepada penulis. 10. Gembala, pengerja, dan Imam Musik GBI Ciomas atas doa, kebersamaan, kasih persaudaraan, keceriaan, sukacita, dan semangat. 11. Seluruh penghuni Perwira 77 yang telah memberikan semangat, inspirasi, dan kemeriahan selama tinggal bersama dengan penulis. 12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Juli 2012 Reni Tilova H14070023

RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Reni Tilova, lahir pada tanggal 05 Desember 1988 di Bontang, Kalimantan Timur dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Alm. Maruli Siagian dan Tiarma Helena Simatupang. Penulis mulai menjalani pendidikan formal di TK YPPSB Sangatta, kemudian melanjutkan pendidikan di SD YPPSB, Sangatta. Setelah itu melanjutkan pendidikan di SMP YPPSB, Sangatta dan pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan di SMA Yadika 4, Bekasi. Pada tahun 2007, lulus dari SMA Yadika 4 dan diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI-IPB) pada program studi Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan mengambil minor Manajemen Fungsional. Selama menjadi mahasiswi, juga aktif dibeberapa organisasi dan kepanitian, antara lain menjadi bendahara Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada tahun 2008-2009, staf divisi Kewirausahaan HIPOTESA, serta menjadi Koordinator Komisi Pembinaan Pemuridan PMK IPB periode 2009-2010. Selain itu, aktif juga dalam berbagai kegiatan kepanitian antara lain staf divisi Sponsorship Extravaganza (2008), staf divisi Dana dan Usaha Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2009, staf divisi Sponsorship Economic Contest 2009, Ketua HIPOTEX-R 2010, Ketua Retreat Angkatan 47 (2011), dan kegiatan kepanitian lainnya.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 8 1.4 Manfaat Penelitian... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA... 10 2.1 Teori Perdagangan Internasional... 10 2.2 Teori Permintaan... 13 2.2.1 Pergerakan Kurva Permintaan... 13 2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan... 15 2.3 Teori Nilai Tukar... 17 2.4 Penelitian Terdahulu... 18 2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual... 20 2.6 Hipotesis... 24 III. METODE PENELITIAN... 25 3.1 Jenis dan Sumber Data... 25 3.2 Metode Analisis Data... 25 3.2.1 Analisis Panel Data... 26 3.2.2 Pemilihan Model... 30 3.2.3 Pengujian Model... 32 3.3 Model Penelitian... 37 3.4 Definisi Operasional... 38 IV. GAMBARAN UMUM... 40 4.1 Pertambangan Batubara Indonesia... 40 ix

4.2 Jenis dan Karakteristik Batubara Indonesia... 42 4.3 Produksi Batubara... 44 4.4 Konsumsi Domestik... 47 4.5 Ekspor... 48 4.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi Permintaan Batubara Indonesia... 50 4.6.1 Permintaan Batubara Negara Tujuan Ekspor... 50 4.6.2 Gross Domestic Product (GDP) Per Kapita Negara Tujuan Ekspor Batubara Indonesia... 52 4.6.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor... 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 55 5.1 Hasil Estimasi Fungsi Permintaan Ekspor Batubara Indonesia... 55 5.2 Kriteria Statistik... 56 5.3 Kriteria Ekonometrika... 57 5.4 Kriteria Ekonomi... 58 5.4.1 Harga Ekspor Batubara Indonesia... 58 5.4.2 GDP Per Kapita... 59 5.4.3 Jumlah Penduduk Negara Tujuan Ekspor... 60 5.4.4 Nilai Tukar Riil... 60 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 62 6.1 Kesimpulan... 62 6.2 Saran... 63 DAFTAR PUSTAKA... 64 LAMPIRAN... 66 x

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Negara Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009... 4 2. Volume Ekspor Batubara Indonesia berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2001-2010 (dalam ton)... 7 3. Jenis dan Sumber Data Penelitian... 25 4. Kerangka Identifikasi Autokorelasi... 35 5. Kualitas, Sumber daya dan Cadangan Batubara Indonesia Tahun 2007... 43 6. Sumber Daya dan Cadangan Batubara di Indonesia per Januari 2009 (juta ton)... 46 7. Hasil Estimasi Model Permintaan Batubara Menggunakan Pendekatan Efek Tetap dengan Pembobotan Cross Section Weight... 56 xi

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perkembangan Konsumsi Batubara Dunia Tahun 1999-2009... 1 2. Sepuluh Besar Produsen Batubara Dunia (Hard Coal)... 3 3. Kurva Perdagangan Internasional... 12 4. Kurva Permintaan... 14 5. Pergeseran Kurva Permintaan... 15 6. Kurva Dampak Peningkatan GDP Negara Tujuan Ekspor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional... 16 7. Kerangka Pemikiran Penelitian... 23 8. Perkembangan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 1997-2009 (Juta Ton)... 48 9. Permintaan Batubara Indonesia di Negara Tujuan Ekspor Tahun 2001-2009 (Juta Ton)... 50 10. GDP Negara Tujuan Ekspor Batubara Indonesia Tahun 2001-2009 (US Dollar)... 53 11. Jumlah Penduduk Negara Jepang, India, Korea Selatan, Cina Tahun 2001-2009 (Jiwa)... 54 xii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Data Penelitian... 67 2. Data Penelitian (Ln)... 68 3. Hasil Estimasi Uji Normalitas... 69 xiii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda industrialisasi terus dapat berjalan adalah ketersediaan bahan bakar untuk menggerakkan mesin-mesin yang terus berputar setiap saat. Oleh sebab itu negara-negara di dunia berusaha untuk memenuhi pasokan energi dalam negerinya agar industrinya dapat terus berjalan dan tetap bisa mendatangkan devisa bagi negara tersebut. Batubara adalah salah satu pilihan energi alternatif yang saat ini banyak digunakan oleh industri-industri di dunia. Konsumsi batubara dunia akan tumbuh rata-rata 2,6 persen per tahun antara periode 2005-2015 dan kemudian melambat menjadi rata-rata 1,7 persen per tahun sepanjang 2015-2030 (International Energy Agency, 2010). 8000 Million/Ton 7000 6000 5000 4000 3000 2000 6866,6 6817,9 6118,1 6395,66684,9 5120,2 5513,95846,8 4804 4990,55012,9 Konsumsi 1000 0 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: World Energy Council, 2009 Gambar 1.1 Perkembangan Konsumsi Batubara Dunia (1999-2009) 1

Batubara memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan perekonomian suatu negara. Berdasarkan Gambar 1.1 terlihat selama periode 1999-2009, perkembangan konsumsi batubara dunia terus mengalami peningkatan. Meningkatnya konsumsi batubara dunia disebabkan oleh tingginya kebutuhan masyarakat dunia sehingga menyebabkan tingginya permintaan energi dunia. Pada tahun 2008-2009 konsumsi batubara dunia mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena adanya krisis finansial global. Tetapi keadaan ini tidak secara tajam menurunkan permintaan batubara dunia. Permintaan batubara dunia dipenuhi dari total produksi batubara oleh sepuluh produsen utama batubara, yaitu Cina, Amerika Serikat, India, Australia, Indonesia, Afrika Selatan, Rusia, Kazakhstan, Polandia, dan Colombia. Gambar 1.2 menunjukkan sepuluh besar produsen batubara dunia pada tahun 2009. Kesepuluh negara produsen ini menghasilkan sekitar 5990 juta ton batubara dunia. Cina merupakan produsen terbesar yang menyumbang hampir separuh produksi dunia yakni 2971 juta ton, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 919 juta ton, India sebesar 526 juta ton, Australia sebesar 335 juta ton, Indonesia sebesar 263 juta ton, Afrika Selatan sebesar 247 juta ton, Rusia sebesar 229 juta ton, Kazakhstan sebesar 96 juta ton, Polandia sebesar 78 juta ton, dan Colombia sebesar 73 juta ton. Selain sebagai produsen batubara terbesar, Cina juga merupakan pengkonsumsi batubara terbesar dunia. Itu sebabnya diantara negaranegara pengimpor batubara, Cina termasuk dalam pengimpor kedua terbesar dunia dengan estimasi total impor sebesar 137 juta ton pada tahun 2009. 2

3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 0 2971 919 526 335 263 247 229 96 78 73 Jumlah produksi (Mt) Sumber : International Energy Agency, 2009 Gambar 1.2 Sepuluh Besar Produsen Batubara Dunia (Hard Coal) Konsumsi batubara terbesar adalah Asia yaitu sekitar 65,6 persen dari konsumsi batubara dunia. Hal inilah yang menjadikan Asia sebagai pasar terbesar batubara dunia. Tingginya konsumsi batubara menyebabkan naiknya permintaan batubara oleh negara-negara di Asia, seperti Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, Cina, Hongkong, Thailand, dan Malaysia. Tingginya permintaan batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik bagi para eksportir batubara. Adanya pembangunan pembangkit listrik di sejumlah kawasan Asia membuat komoditi ini sangat dibutuhkan di kawasan tersebut (World Coal Institute, 2008). Indonesia sebagai eksportir batubara memiliki peran yang penting sebagai pemasok batubara dunia di pasar dunia yaitu sebesar 24 persen. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa total ekspor batubara dunia dari kedelapan negara ini adalah sebesar 960,7 juta ton. Australia merupakan eksportir batubara terbesar dunia dengan jumlah ekspor batubara pada tahun 2009 adalah sebesar 288,5 juta ton dengan pangsa pasar dunia sebesar 26,5 persen. 3

Tabel 1.1 Negara Eksportir Batubara Terbesar Dunia Tahun 2009 Negara Jumlah Ekspor Batubara Pangsa Pasar Dunia (Juta ton) (%) Australia 288,5 26,5 Indonesia 261,4 24,0 Rusia 130,9 12,0 Kolombia 75,7 6,9 Afrika Selatan 73,8 6,8 Amerika Serikat 60,4 5,5 China 38,4 3,5 Kanada 31,9 2,9 Sumber : International Energy Annual, 2010 Indonesia dari sisi kualitas belum dapat mengungguli Australia dalam memproduksi batubara dikarenakan sumber daya batubara terbesar di Indonesia didominasi oleh batubara berkalori tingkat menengah (moderate rank) sampai tingkat rendah (low rank) seperti bituminus, sub bituminus, dan briket. Sedangkan sebagian besar negara-negara memakai batubara dalam industri sehingga memilih batubara berkalori tingkat tinggi (high rank) karena akan menghasilkan panas yang cukup tinggi. Australia memproduksi batubara berkalori sangat tinggi sebesar 54 persen dari ekspor batubara dunia. Negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia didominasi oleh kawasan Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara terbesar yang mengimpor batubara Indonesia. Jepang sebagai pasar utama batubara Indonesia memiliki perjanjian kerjasama Economic Partnership Agreement (EPA) antara Indonesia dengan Jepang yang memuat kerjasama untuk meningkatkan permintaan batubara dari Indonesia ke Jepang. Adanya perjanjian kerjasama ini dikarenakan Cina sebagai pemasok utama batubara ke Jepang telah membatasi ekspor batubara untuk memenuhi kebutuhan energi domestik dalam pembangunan infrastrukturnya. Begitu pula dengan negara India, Taiwan, Korea 4

Selatan, dan Cina yang merupakan negara terbesar tujuan ekspor batubara Indonesia. Negara India menggunakan batubara sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik. India memiliki sumberdaya batubara sekitar 267 miliar ton, namun sumber daya tersebut rata-rata berada pada hutan lindung dan lokasi-lokasi lain yang infrastruktur transportasinya kurang memadai. Selain itu dikhawatirkan pasokan domestik negara India akan mengalami penurunan akibat pembatasan izin pertambangan oleh kementerian lingkungan setempat. Oleh sebab itu dengan tingginya kebutuhan batubara, India akan terus meningkatkan impor batubara. Berdasarkan hasil kajian Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM (2011) menyatakan bahwa tahun ini negara Cina akan mengimpor batubara sebesar 180 juta ton untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Indonesia masih menjadi pemasok batubara terbesar ke Cina sepanjang April tahun 2011 sekitar US$ 93 per ton karena harganya lebih murah dibandingkan batubara dari Australia dan Afrika Selatan, bahkan harga batubara domestik sekali pun. Selain itu adanya pembatasan ekspor batubara Cina ke Jepang oleh pemerintah sejak tahun 2008 mendorong Jepang untuk mengimpor batubara dari Indonesia. Pembatasan ekspor oleh Cina ini dilakukan melalui pemberlakuan pajak ekspor batubara sebesar 10 persen untuk mengantisipasi meningkatnya ekspor batubara Cina. Begitu juga dengan negara Taiwan dan Korea Selatan. Pada tahun 2010, Taiwan telah membeli batubara Indonesia senilai US$ 1,2 miliar yang digunakan oleh BUMN pembangkit listrik Taiwan Power untuk menyuplai listrik ke Taiwan dan sejumlah pulau lepas pantai di Cina. Oleh sebab itu perusahaan-perusahaan 5

Taiwan berencana akan membeli lebih banyak sumber daya alam, khususnya batubara dan gas alam dari Indonesia (Deputi Menteri Perekonomian Taiwan, 2011). Korea Selatan pun membutuhkan batubara dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit listriknya. Kondisi-kondisi tersebut memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor batubaranya di negara-negara tujuan ekspor. 1.2 Perumusan Masalah Peran batubara sebagai sumber energi terus mengalami peningkatan dari 41 juta ton pada tahun 2005 menjadi 67 juta ton pada tahun 2010. Dalam struktur energi nasional, porsi batubara tahun 2005 sebesar 19 persen dan kemudian meningkat menjadi 23 persen tahun 2010. Pada tahun 2025, ditargetkan porsi batubara terus meningkat mencapai 33 persen (Kementerian ESDM, 2011). Peningkatan permintaan akan ekspor batubara di pasar internasional saat ini didominasi oleh Australia sebagai eksportir terbesar batubara dunia. Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Australia. Namun Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk meningkatkan volume batubara yang akan diekspor. Peluang tersebut antara lain adanya pembatasan ekspor batubara yang dilakukan oleh Cina sebagai eksportir batubara ke pasar Jepang. Selain itu posisi Cina yang saat ini menjadi importir batubara terbesar didunia justru akan menjadi pasar batubara baru bagi Indonesia. Hal ini diperkuat oleh proyeksi International Energy Outlook dalam Miranti (2008), bahwa 72 persen konsumsi batubara dunia hingga tahun 2030 akan didominasi oleh Cina dan India. Impor batubara India akan mencapai lebih 6

dari 50 juta ton pada tahun 2020 dan impor batubara Cina diproyeksikan akan mencapai 150 hingga 230 juta ton pada tahun yang sama. Meningkatnya permintaan Cina dan India dimasa mendatang akan memberi peluang Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kedua negara tersebut. Ekspor batubara Indonesia kemungkinan akan didominasi batubara berkualitas atau berkalori rendah, yakni batubara yang memiliki kelembaban tinggi dan kandungan energi rendah. Dominasi batubara berkualitas rendah ini tidak terlepas dari Cina dan India sebagai pasar utama batubara Indonesia, yang memang membutuhkan batubara berkualitas rendah untuk pembangkit listrik baru mereka. Tentunya ini dengan asumsi pembangunan pembangkit listrik di kedua negara tersebut tidak mengalami gangguan. Tabel 1.2 Volume Ekspor Batubara Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2001-2010 (dalam ton) Negara Tujuan Tahun Korea Jepang India Taiwan Selatan Cina 2001 15,011,059 4,335,395 13,657,935 5,427,419 656,720 2002 16,717,868 5,092,534 13,108,547 7,461,749 2,531,438 2003 20,472,024 7,812,699 15,797,550 7,856,883 554,566 2004 22,699,937 10,674,103 17,768,679 11,740,787 1,473,143 2005 27,312,807 16,255,416 17,895,760 14,376,567 2,503,155 2006 35,295,664 20,742,398 26,723,818 21,314,096 6,656,464 2007 35,255,506 25,179,146 24,863,118 27,371,494 14,186,311 2008 36,259,746 26,396,640 24,669,442 26,355,551 15,673,734 2009 32,217,820 39,108,918 24,723,441 33,418,449 38,790,622 2010 35,269,939 50,948,856 25,002,219 43,210,560 67,432,216 Total 276,512,370 206,546,105 204,210,509 198,533,555 150,458,369 Sumber : Kementerian Perdagangan, 2010 (diolah) Pada Tabel 1.2 di atas menunjukkan ekspor batubara Indonesia ke negara tujuan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan ini disebabkan karena tingginya kebutuhan dari kelima negara terbesar pengimpor batubara Indonesia. 7

Berdasarkan Tabel 1.2 adapun yang menjadi permasalahan adalah jumlah permintaan batubara dari negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dari tahun ke tahun tidak stabil karena volume dan nilainya berfluktuatif. Kondisi ini dirasakan belum maksimal mengingat Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menjadi eksportir utama batubara di dunia, sehingga pada penelitian ini akan dianalisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara di negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini adalah faktor-faktor apakah yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat, diantaranya: (1) Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam merumuskan strategi-strategi yang tepat terkait faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di pasar internasional. 8

(2) Bagi pelaku pasar, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan atas kondisi industri batubara Indonesia saat ini. (3) Bagi penulis, penelitian ini sebagai sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pengaplikasian ilmu-ilmu ataupun teori-teori yang diperoleh selama kuliah. (4) Bagi pembaca, penelitian ini sebagai bahan referensi dan infomasi tambahan untuk penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di pasar internasional. Dalam penelitian ini hanya dibatasi kepada empat negara importir terbesar batubara Indonesia yaitu Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina dalam periode waktu 2001-2009. Negara Taiwan tidak diikutsertakan ke dalam wilayah yang akan dianalisis karena data yang menjadi variabel yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia tidak tersedia secara lengkap. Komoditi batubara yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi oleh Harmonized Commodity Description and Coding atau yang lebih dikenal dengan Harmonized System (HS). HS yang digunakan adalah HS dengan level 6 digit. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa perorangan yaitu individu dengan individu, antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional terdiri dari manfaat secara langsung dan manfaat secara tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain adalah (Salvatore, 1997): 1. Suatu negara mampu memperoleh komoditas yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri sehingga negara tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang atau jasa yang tidak dapat diproduksi secara lokal karena adanya keterbatasan kemampuan produksi. 2. Negara yang bersangkutan dapat memperoleh keuntungan dari spesialisasi, yaitu dapat mengekspor komoditas yang diproduksi lebih murah untuk ditukar dengan komoditas yang dihasilkan negara lain jika diproduksi sendiri biayanya akan mahal. 3. Dengan adanya perluasan pasar produk suatu negara, pertambahan dalam pendapatan nasional nantinya dapat meningkatkan output dan laju pertumbuhan ekonomi, mampu memberikan peluang kesempatan kerja dan 10

peningkatan upah bagi warga dunia, menghasilkan devisa, dan memperoleh kemajuan teknologi yang tidak tersedia di dalam negeri. 4. Memungkinkan terjadinya transfer teknologi. Sedangkan manfaat secara tidak langsung yang diperoleh dari adanya perdagangan internasional antara lain: 1. Perluasan pasar di bidang promosi. 2. Meningkatnya kemampuan suatu negara untuk memperbaiki kualitas dan mutu hasil produksi. 3. Terciptanya iklim persaingan yang sehat dan sarana pemasukan modal asing. 4. Terciptanya peluang untuk meningkatkan teknologi. Dalam kegiatan ekspor komoditi, Kindleberger (1995) menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negara lain merupakan suatu selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess suply). Di lain pihak kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas subsitusinya di pasar internasional serta halhal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teoritis negara Indonesia akan mengekspor batubara ke negara lain (misalkan negara Jepang). Apabila harga domestik di negara Indonesia relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik negara Jepang sebelum terjadinya perdagangan internasional. Struktur harga yang terjadi di negara 11

Indonesia lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya atau terjadi excess suply (memiliki kelebihan produksi). Dengan demikian negara Indonesia mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, di negara Jepang terjadi kekurangan supply karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya (excess demand) sehingga harga yang terjadi di negara Jepang lebih tinggi. Dalam hal ini, negara Jepang berkeinginan untuk membeli batubara di negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara Indonesia dan negara Jepang, maka akan terjadi perdagangan batubara antara kedua negara tersebut sehingga harga yang diterima kedua negara tersebut menjadi sama. Untuk lebih jelasnya dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.1 yang menunjukkan mekanisme terjadinya perdagangan internasional. Harga DA A SA Harga Harga P B DB SB X P* P A M B 0 Q A Jumlah 0 Q* Jumlah 0 Q B Jumlah Negara Indonesia Perdagangan Internasional Negara Jepang (Eksportir) (Importir) Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 2.1 Kurva Perdagangan Internasional Pada gambar di atas dijelaskan bahwa sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di negara Indonesia sebesar P A, sedangkan harga di negara Jepang sebesar P B. Penawaran pasar internasional akan terjadi jika harga 12

internasional lebih tinggi dari pada P A sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. Pada saat harga internasional (P*) sama dengan P A, maka negara Jepang akan terjadi excess demand (ED) sebesar B. Jika harga internasional sama dengan P B, maka di negara Indonesia akan terjadi excess supply (ES) sebesar A. Dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED yang akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P*. Dengan adanya perdagangan tersebut, maka negara Indonesia akan mengekspor komoditas sebesar X dan negara Jepang akan mengimpor komoditas sebesar M, dimana pasar internasional sebesar X sama dengan M yaitu Q*. 2.2 Teori Permintaan 2.2.1 Pergerakan Kurva Permintaan Pergerakan kurva permintaan dapat disebabkan oleh salah satu faktor yaitu harga batubara. Permintaan batubara timbul akibat adanya keinginan dan kemampuan konsumen untuk membeli komoditi batubara. Suatu hipotesis ekonomi dasar menyatakan bahwa harga suatu komoditas dan kuantitas yang akan diminta berhubungan negatif, dengan faktor lain dianggap tetap atau sama. Artinya, semakin rendah harga batubara maka jumlah batubara yang diminta akan semakin besar. Kurva permintaan merupakan suatu kurva yang menyajikan adanya hubungan antara jumlah yang diminta pada tingkat harga tertentu, dengan faktor lain dianggap tetap (ceteris paribus). 13

P P2 B P1 A P3 C D Q1 Q2 Q3 Q Sumber : Lipsey, 1995 Gambar 2.2 Kurva Permintaan Pada gambar di atas terdapat hubungan kuantitas batubara (Q) dengan tingkat harga batubara (P) pada kurva permintaan. Kemiringan yang menurun pada kurva permintaan menunjukkan bahwa jumlah batubara yang diminta meningkat jika harga batubara turun. Ketiga titik (A, B, C) yang terdapat pada kurva permintaan merupakan kombinasi terbentuk antara harga batubara dan kuantitas batubara. Titik A merupakan kombinasi yang terbentuk antara harga P1 dan kuantitas Q2, titik B adalah titik yang dibentuk dari kombinasi harga P2 dan kuantitas Q1 dan titik C adalah kombinasi dari harga P3 dan kuantitas Q3. Kenaikan harga dari P1 ke P2 menyebabkan jumlah batubara yang diminta akan menurun dari Q2 ke Q1. Penurunan harga batubara dari P1 ke P3 menyebabkan jumlah batubara yang diminta meningkat dari Q2 ke Q3. Pergerakan dalam kurva permintaan disebabkan oleh harga batubara. 14

2.2.2 Pergeseran Kurva Permintaan Pergeseran kurva permintaan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain : (1) Harga Minyak sebagai Barang Substitusi Pada Gambar 2.3 menjelaskan kenaikan harga minyak sebagai barang substitusi akan menggeser kurva permintaan ke kanan dari D ke D* dan penurunan harga minyak akan menggeser kurva pemintaan ke kiri dari D ke D**. Sedangkan kenaikan harga barang komplementer akan menggeser kurva permintaan ke kiri dari D ke D ** dan penurunan harga barang komplementer akan menggeser kurva permintaan ke kanan dari D ke D*. P D D** D* Q Sumber : Hyman, 1996 Gambar 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan (2) Tingkat Populasi Kenaikan dalam jumlah penduduk akan menggeser kurva permintaan terhadap komoditas tersebut ke kanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan populasi suatu negara akan menyebabkan kebutuhan akan batubara semakin meningkat sehingga permintaan akan komoditi batubara pun meningkat. Penjelasan ini dapat dijelaskan melalui Gambar 2.3. 15

(3) Gross Domestic Product (GDP) GDP adalah indikator ekonomi untuk mengukur total nilai produk barang dan jasa akhir dalam suatu perekonomian (Mankiw, 2003). Dampak perubahan GDP negara tujuan ekspor terhadap keseimbangan perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 2.4. Negara Pasar Dunia Negara pengekspor tujuan ekspor P 3 P 2 Px Px Px B Ekspor C Sx B** E** ES B C B* E* P 2 G H F B P 1 A A* ED ED G Impor I Dx Dx X X X Sumber : Salvatore, 1997 Gambar 2.4 Kurva Dampak Peningkatan GDP Negara Tujuan Ekspor terhadap Keseimbangan Perdagangan Internasional Pada negara tujuan ekspor batubara Indonesia, peningkatan GDP merupakan peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan permintaan batubara. Peningkatan ini menggeser kurva permintaan negara tujuan ekspor menjadi Dx. Dengan kurva penawaran yang tetap, keseimbangan berubah menjadi F sehingga jumlah excess demand bertambah dari G-H menjadi G-I. Jumlah impor meningkat sehingga kurva excess demand komoditi batubara di pasar dunia juga bergeser ke kanan menjadi ED. Excess demand komoditi batubara di pasar dunia semakin besar, sehingga mendorong harga untuk naik. Keseimbangan baru terjadi pada titik E**. Harga batubara di 16

pasar dunia menjadi B**. Peningkatan harga dunia tersebut memberikan insentif bagi negara eksportir untuk meningkatkan ekspor batubaranya sehingga ekspor akan meningkat dari titik B-C menjadi B - C. Berdasarkan uraian diatas keseimbangan yang terbentuk setelah terjadinya peningkatan GDP negara tujuan ekspor yaitu peningkatan aliran perdagangan batubara di pasar dunia. 2.3 Teori Nilai Tukar Nilai tukar adalah salah satu peubah yang responsif terhadap nilai ekspor suatu komoditas. Menurut Mankiw (2003), nilai tukar adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Peningkatan dan penurunan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kebijakan perdagangan antara masing-masing negara pengekspor dan pengimpor. Nilai tukar dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Menurut Mankiw (2003), nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar kedua negara. Nilai tukar riil menyatakan dimana kita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang lain. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepresiasi, maka harga riil batubara Indonesia di luar negeri akan menjadi relatif lebih murah daripada harga batubara lain yang diperdagangkan di pasar dunia sehingga hal tersebut akan membuat konsumen dunia meningkatkan permintaannya atau konsumsinya terhadap batubara asal Indonesia. Hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat digambarkan oleh persamaan berikut ini : Kurs Riil = Kurs Nominal x Rasio Tingkat Harga 17

Rasio tingkat harga merupakan perbandingan antara tingkat harga di dalam negeri dengan tingkat harga di luar negeri. Dari rumus di atas, maka jika nilai tukar riil tinggi, barang-barang di luar negeri relatif lebih murah dan barangbarang domestik relatif lebih mahal. Sedangkan jika nilai tukar riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih mahal dan barang domestik relatif lebih murah. 2.4 Penelitian Terdahulu Penelitian Rahmawati (2006) mengenai analisis peramalan ekspor batubara dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia bertujuan untuk memprediksi berapa jumlah batubara yang dapat diekspor oleh Indonesia pada tahun 2006. Dalam penelitian ini juga dianalisa mengenai distribusi nilai tambah dan distribusi pendapatan yang diperoleh oleh faktor produksi, institusi, dan sektor produksi pada perekonomian Indonesia sebagai akibat dari kegiatan ekspor batubara tersebut. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Pertama, metodologi Box-Jenkins (ARIMA) untuk meramalkan ekspor batubara. Kedua, menggunakan alat analisa SNSE. Alat analisa ini digunakan untuk menghitung efek multiplier, distribusi nilai tambah, dan distribusi pendapatan dari simulasi kegiatan ekspor batubara. Hasil penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekspor batubara menunjukkan peningkatan sepanjang tahun 2006 dari triwulan pertama hingga triwulan keempat. Hasil lainnya menunjukkan bahwa peningkatan nilai sektor industri pertambangan batubara berpengaruh positif bagi perekonomian Indonesia. Artinya, nilai yang diberikan oleh sektor pertambangan 18

batubara akan meningkatkan sumbangan sektor pertambangan batubara terhadap devisa negara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertambangan batubara memiliki peran cukup besar dalam menopang perekonomian Indonesia. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia di Pasar Jepang dilakukan oleh Suciati (2009) menggunakan dua analisis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dapat dijelaskan dengan melihat perkembangan produksi, ekspor, dan harga ekspor batubara Indonesia. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia ke Jepang. Pada analisis ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan industri batubara di Indonesia mengalami peningkatan baik produksi, ekspor maupun harga ekspornya. Produksi batubara Indonesia pada tahun 2007 meningkat 92,5 persen dibanding tahun 2003. Berdasarkan hasil estimasi variabel-variabel yang mempengaruhi secara nyata terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia ke Jepang adalah harga ekspor riil batubara Indonesia, harga ekpsor riil batubara Afrika Selatan, harga ekspor riil batubara Australia, GDP riil negara Jepang, nilai tukar rupiah terhadap yen, dan dummy pembatasan ekspor batubara Cina. Variabel yang sangat responsif terhadap permintaan ekspor batubara ke Jepang adalah GDP negara Jepang itu sendiri, sedangkan variabel lainnya pengaruhnya kurang responsif. Penelitian Kurniawan (2009) yang berjudul Dampak Ketergantungan Perekonomian Provinsi Jambi Terhadap Sumberdaya Alam Tak Terbarukan (Pemberlakuan Kuota Ekspor Batubara) bertujuan untuk menganalisa bagaimana 19

dampak dari implementasi kebijakan nasional tentang pembatasan ekspor batubara yang akan berpengaruh terhadap kinerja perekonomian Jambi, serta mencari alternatif solusi dari ketergantungan Jambi agar tidak bergantung terhadap komoditi ekspor tak terbarukan tersebut. Peneliti menggunakan tabel I-O sebagai alat analisa. Hasil penelitian menunjukkan, penurunan ekspor batubara akibat pemberlakuan kebijakan pembatasan ekspor menyebabkan turunnya output provinsi Jambi sebesar 104,17 milyar. Hal ini tentunya menunjukkan bahwa implementasi kebijakan tersebut berpengaruh secara signifikan pada kinerja perekonomian Jambi secara keseluruhan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak kepada (1) negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia, (2) Variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan batubara Indonesia di negara-negara tujuan ekspor, (3) Alat analisis yang digunakan, (4) Tahun yang dianalisis, dan (5) Tujuan penelitian. 2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual Batubara merupakan salah satu bahan bakar disamping minyak dan gas bumi serta panas bumi. Batubara saat ini banyak digunakan oleh industri-industri di dunia sebagai salah satu pilihan energi alternatif. Batubara dipilih oleh beberapa negara karena harga bahan bakar minyak yang semakin tinggi sehingga konsumsi dunia terhadap komoditi batubara pun semakin besar. Batubara Indonesia merupakan salah satu komoditi utama barang non migas yang diekspor untuk memenuhi permintaan negara tujuan ekspor. Pada tahun 2009 sampai pertengahan tahun 2010, batubara memberikan kontribusi 20

terbesar sebesar 15,26 persen dari total komoditi utama yaitu sebesar 65,22 persen terhadap barang non migas (BPS, 2009) Konsumsi terbesar batubara Indonesia adalah kawasan Asia yaitu 54 persen dari konsumsi batubara dunia. Tingginya permintaan batubara di Asia memberikan prospek pasar yang menarik bagi Indonesia karena selama tahun 2004 hingga 2009, Indonesia tercatat sebagai eksportir batubara kedua terbesar di dunia setelah Australia. Hal ini dibuktikan dengan sumber daya dan cadangan batubara dalam negeri yang sangat melimpah. Cadangan batubara diperkirakan sebesar 93,4 miliar ton berada di kawasan hutan Sumatera bagian selatan, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Papua Barat. Cadangan batubara yang besar ini menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar kelima di dunia yang mengalami peningkatan ekspor baik volume dan nilai ekspor. Sebagian besar hasil produksi batubara Indonesia diekspor ke negara tujuan ekspor dengan volume dan nilai ekspor batubara yang berfluktuasi. Negara-negara tujuan ekspor batubara Indonesia didominasi oleh kawasan Asia. Jepang, India, Taiwan, Korea Selatan, dan Cina merupakan lima negara terbesar yang mengimpor batubara Indonesia. Meningkatnya permintaan batubara Indonesia dari negara-negara pengimpor tersebut akan meningkatkan peluang Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor melalui kelima negara tujuan ekspor. Untuk meningkatkan ekspor batubara Indonesia, perlu diketahui beberapa faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara di pasar internasional. Faktor-faktor tersebut antara lain harga ekspor batubara negara tujuan ekspor, 21

GDP perkapita negara tujuan ekspor, jumlah penduduk negara tujuan ekspor batubara Indonesia, dan nilai tukar negara tujuan ekspor terhadap mata uang masing-masing negara tujuan ekspor. Setelah dilihat faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia, diperlukan juga upaya untuk menganalisis seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut dalam memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia. Berdasarkan penelitian ini diharapkan pemerintah dapat mengambil kebijakan yang tepat setelah mengetahui kondisi batubara saat ini, faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara dan seberapa besar pengaruhnya terhadap permintaaan ekspor batubara Indonesia di pasar internasional. Pada akhirnya rekomendasi kebijakan dari pemerintah diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan permintaan ekspor batubara Indonesia. Secara skematis kerangka pemikiran pada penelitian ini, dapat dilihat pada Gambar 2.5. 22

Konsumsi dunia terhadap batubara semakin besar Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina sebagai tujuan ekspor utama batubara Indonesia di dunia Peluang dan Tantangan Bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor Volume dan nilai ekspor batubara Indonesia berfluktuasi Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia Harga Ekspor Batubara GDP Per Kapita Populasi penduduk Nilai Tukar Riil Rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan untuk mendukung ekspor batubara Indonesia Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Penelitian 23

2.6 Hipotesis Berdasarkan permasalahan dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, maka beberapa hipotesis penelitian ini yaitu : 1. Harga ekspor batubara negara tujuan ekspor berhubungan negatif dengan permintaan batubara Indonesia dari Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina. Apabila harga ekspor meningkat maka permintaan batubara dari negara tujuan ekspor akan menurun. 2. GDP perkapita negara tujuan ekspor yaitu Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor batubara Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila GDP perkapita negara tujuan ekspor meningkat maka daya beli masyarakat terhadap konsumsi batubara akan meningkat. Akibatnya tingkat konsumsi batubara pun akan meningkat sehingga permintaan ekspor batubara akan naik. 3. Jumlah penduduk negara tujuan ekspor memiliki hubungan yang positif terhadap volume ekspor batubara Indonesia. Jika jumlah penduduk negara tujuan ekspor mengalami peningkatan maka jumlah batubara yang diminta akan meningkat juga. 4. Nilai Tukar Riil berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor batuabara Indonesia. Apabila nilai tukar negara Indonesia terdepresiasi, maka harga domestik batubara menjadi lebih murah di mata masyarakat internasional. Hal ini akan menyebabkan permintaan akan ekspor batubara di dunia mengalami peningkatan. 24

III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan panel data dengan periode waktu 9 tahun dari tahun 2001 hingga tahun 2009. Data tersebut diperoleh dari beberapa instansi terkait seperti Kementrian Perdagangan, Kementrian ESDM, Badan Pusat Statistika, serta penelusuran internet (Uncomtrade, World Bank) Tabel 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian No Jenis Data Sumber Data 1 Volume permintaan ekspor batubara Indonesia comtrade.un.org di Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina (Kg) 2 Harga ekspor batubara dunia (US$/Kg) scribd.com 3 Nilai tukar nominal negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina Fx.sauder.ubc.ca 4 GDP perkapita riil negara Jepang, India, worldbank.org Korea Selatan, dan Cina (US$) 5 Jumlah populasi Jepang, India, Korea Selatan, worldbank.org dan Cina (Juta orang) 3.2 Metode Analisis Data Untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan ekspor batubara Indonesia dianalisis dengan menggunakan model panel data. Panel data menggunakan kombinasi runut waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Proses pengolahan data dilakukan menggunakan program Eviews 6 dan Microsoft Excel 2007. 25

3.2.1 Analisis Panel Data Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik yang tidak mungkin dilakukan jika hanya menggunakan data time series atau cross section. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu. Karena mengkombinasikan data cross section dan time series maka panel data memiliki beberapa keunggulan, antara lain (Gujarati, 2004) : 1. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek secara yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data cross section murni atau data time series murni. 2. Mampu mengontrol heterogenitas individu atau unit cross section. 3. Memberikan data yang informatif, mengurangi kolinearitas antar peubah serta meningkatkan derajat kebebasan sehingga data menjadi lebih efisien. 4. Data panel lebih baik digunakan untuk studi dynamics of adjusment karena terkait dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang. 5. Mampu menguji dan mengembangkan model perilaku yang lebih kompleks. Estimasi model menggunakan data panel dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu metode kuadrat terkecil (pooled least square), metode efek tetap (fixed effect), dan metode efek random (random effect). 26

1. Metode Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square) Merupakan metode yang paling sederhana dalam pengolahan data panel. Misalkan dalam persamaan berikut ini : Dimana N adalah jumlah unit cross section (individu) dan T adalah jumlah periode waktunya. Dengan mengansumsi komponen error dalam pengolahan kuadrat terkecil biasa, kita dapat melakukan proses estimasi secara terpisah untuk setiap unit cross section. Untuk periode t=1, akan diperoleh persamaan regresi cross section sebagai berikut : Y it = α + β X it + є it Dimana : Y it = variabel endogen X it = variabel eksogen α = intersep β = slope i = individu ke-i t = periode waktu ke-t є = error Dari persamaan di atas akan diperoleh parameter α dan β yang konstan dan efisien yang melibatkan sebanyak N x T observasi, dimana N menunjukkan jumlah data cross section dan T menunjukkan jumlah data time series. Pada metode ini asumsi yang digunakan menjadi terbatas karena model tersebut mengasumsikan bahwa intersep dan koefisien dari setiap variabel sama untuk setiap individu yang diobservasi. 27

2. Metode Efek Tetap (Fixed Effect) Kesulitan terbesar dalam pendekatan metode kuadrat terkecil adalah adanya asumsi intersep dan slope dari persamaan regresi yang dianggap konstan, baik antar daerah maupun antar waktu yang kurang sesuai dengan tujuan penggunaan data panel. Untuk mengatasi hal ini kita dapat menggunakan pendekatan model efek tetap (fixed effect). Model fixed effect atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covarians Model adalah model yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Untuk memungkinkan perubahanperubahan intersep ini, dapat ditambahkan variabel dummy ke dalam model yang selanjutnya akan diduga dengan model OLS (Ordinary Least Square) yaitu : Y it = αidi + β X it + є it Dimana : Y it = variabel endogen X it = variabel eksogen α i = intersep β = slope D = variabel boneka (dummy) i = individu ke-i t = periode waktu ke-t є = error / simpangan Pada metode fixed effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square Dummy (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukan pembobotan 28