BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertambangan merupakan sektor primer (ekstraktif) yang melakukan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya. merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Sepuluh Besar Produsen Batubara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian kepada kebutuhan masyarakat dalam hal produk yang diinginkan,

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak, kompetisi perusahaan yang semakin tinggi dan permintaan. laporan keuangan perusahaan yang membuat perusahaan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar dunia mengalami keruntuhan / degresi dan mempengaruhi sektor lainnya di

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada untuk menghasilkan laba maksimal, sementara tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tangguh. Seiring perkembangan zaman, permasalahan selalu datang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah merupakan suatu negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN. stabil. Situasi tersebut berdampak pula pada industri pertambangan. Sektor

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. (1966). Beaver mendefinisikan financial distress sebagai kebangkrutan,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perusahaan dewasa ini ditandai dengan adanya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah, antara lain dengan melakukan hubungan kontraktual dengan para pemasok dan

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri strategis di Indonesia. Industri. ini memberikan sumbangsih terbesar kedua dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Industri batu bara telah ada di Indonesia sejak 1941 dan mengalami masa keemasan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan krisis ekonomi global yang melanda dunia, banyak masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. itu perusahaan harus mempertahankan dan mampu berkembang di berbagai. mengalami financial distress bahkan kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberlanjutan usaha suatu perusahaan merupakan salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal berfungsi menghubungkan perusahaan terbuka pada investor dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup atau derajatnya di masyarakat meningkat. Banyak cara yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Industri makanan dan minuman di Indonesia memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan adanya going concern, suatu entitas dianggap mampu. aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, kas perusahaan dan informasi lainnya yang berkaitan dengan kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbisnis (unethical business practices) yang mengkibatkan timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemerintah pusat, namun semua itu perlu diperhatikan bahwa pertambangan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Indonesia sangat bergantung kepada ekonomi kapitalisme global

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pada tahun 2013 tumbuh sebesar 5,78 persen

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ekonomi global mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, persaingan persaingan antara perusahaan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. dengan bidang bisnis yang serupa menjadi kendala tersendiri bagi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis global telah menyebabkan kegiatan dunia usaha di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agent of development). Hal ini dikarnakan adanya fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. terhindar dari kondisi financial distress dan terjadinya kebangkrutan.

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam negara kita. Hal ini dapat terlihat dalam. Gambar 1.1 Grafik Penerimaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu memperhatikan kinerja yang ada dalam perusahaan, karena. dalam suatu perusahaan seoptimal mungkin.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami. krisis keuangan dalam perusahaan mereka.

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI ( BURSA EFEK INDONESIA )

BAB I PENDAHULUAN. stakeholders maupun calon investor dalam mengetahui seberapa besar potensi

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berperan dalam sektor ekonomi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Krisis perekonomian global yang terjadi memberikan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana

ANALISIS PENGARUH ROA, ROE, DAN DER TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BEI SKRIPSI

PENDAHULUAN. ke seluruh negara. Dwijayanti (2010) menyatakan bahwa krisis ekonomi pada negaranegara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ada pula tujuan lain yang tidak kalah penting yaitu dapat terus bertahan (survive)

PENDAHULUAN. berbagai cara atau inovasi dalam kebutuhan konsumen agar bisa meraih pangsa

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari usaha yang dilakukannya. Dengan berkembangnya dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. tertentu terpaksa bubar karena mengalami financial distress yang berujung pada

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan usaha. Selain strategi, perusahaan juga memerlukan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global pernah terjadi pada tahun 2008 bermula pada krisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pembayaran dividen oleh perusahaan sebagai signal bahwa pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyaknya perusahaaan-perusahaan sejenis yang bermunculan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Arisyi F.Raz, Tamarind, Dea Artikasih, Syalinda Citra 2012)

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan kontribusi yang sangat positif terhadap dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia usaha pada saat ini berkembang dengan pesat sehingga mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertambangan merupakan sektor primer (ekstraktif) yang melakukan kegiatan penambangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Menurut Undang - Undang Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Selama sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan luar biasa di sektor pertambangan batubara yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan meningkatnya produksi dan ekspor batu bara sebesar lima kali lipat antara tahun 2000 dan 2012 (www.greenpeace.com). Sejak era 2010 perlahan industri pertambangan batubara kian merosot. Gencarnya aksi penertiban dan razia yang dilakukan aparat keamanan membuat aktifitas pertambangan batubara tanpa izin terus berkurang. Semakin ketatnya persyaratan yang ditetapkan pemerintah dengan syarat clean and clear (CnC) menyebabkan terganjalnya ratusan izin usaha pertambangan. Penyebab lain dari lesunya industri pertambangan batubara ini adalah terus merosotnya harga batubara di pasaran dunia dalam beberapa tahun terakhir. Sektor pertambangan di Kalsel belum pulih, kondisi ini juga dialami provinsi penghasil tambang batubara 1

2 lainnya di Indonesia, ungkap Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kalsel, Kustono Widodo. Terpuruknya bisnis pertambangan batubara ini sudah berlangsung sejak empat tahun terakhir, dan belum ada tanda-tanda kembali pulih dalam waktu dekat ini. Banyak perusahaan tambang batu bara bangkrut dan yang masih bertahanpun terpaksa melakukan efisiensi besar - besaran. (www.penahijau.com) Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang ditulis oleh Bank Indonesia dalam laporan perekonomian Indonesia tahun 2014, pertumbuhan sektor pertambangan berada dalam tren melambat sejak tahun 2011 hingga 2014. Tren melambat dalam pertumbuhan Produk Domistik Bruto (PDB) menunjukkan melambatnya pertumbuhan produksi sektor pertambangan yang membuat investor memerlukan kepastian akan keberlangsungan hidup perusahaan yang berada pada sektor ini. TABEL 1.1 PERTUMBUHAN PDB SISI SEKTORAL (PERSEN, YEAR ON YEAR) Hasil Survei BPS dalam Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia 2014 (www.bi.go.id)

3 TABEL 1.2 EKSPOR NON MIGAS BERDASARKAN KOMODITI Hasil Survei BPS dalam Laporan Perekonomian Indonesia, Bank Indonesia 2014 (www.bi.go.id) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan indikator penting untuk mengukur perekonomian. PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (www.bi.go.id). Pada sektor pertambangan pertumbuhan PDB mulai tahun 2011 hingga tahun 2014 pertumbuhan PDB sektor ini terus melambat yaitu 4,3 persen di tahun 2011, 3,0 persen ditahun 2012, 1,7 persen di tahun 2013 dan 0,5 persen ditahun 2014. Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertambangan disebabkan oleh permintaan ekspor batubara yang menurun dan penerapan UU Minerba. Kinerja lapangan usaha pertambangan melambat pada 2014 disebabkan oleh permintaan ekspor batubara yang menurun dan kebijakan pembatasan ekspor mineral tambang

4 mentah dan juga dipengaruhi oleh turunnya harga batubara dan permintaan dari Tiongkok yang lemah. (www.bi.go.id) Tidak kondusifnya perkembangan ekonomi global yang mengakibatkan pelemahan kinerja ekspor merupakan sumber utama rendahnya realisasi pertumbuhan ekonomi pada 2014. Selain itu, adanya kendala dalam penerapan UU Minerba (Mineral dan Batu bara) yang menyebabkan terhentinya ekspor mineral tambang pada paruh pertama 2014 semakin memperlemah kinerja ekspor. Indonesia sebagai salah satu pengekspor batubara di dunia tentu terkena dampak penurunan harga ini. (www.bi.go.id) GRAFIK 1.3 HARGA BATUBARA ACUAN (HBA) 2014 DALAM USD/TON Indeks Harga Batubara Periode Januari - Agustus 2014 (www.google.com)

5 Kondisi harga batubara dunia saat ini belum mengalami tanda-tanda perbaikan. Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku tanggal 1 Agustus 2014 hingga 31 Agustus 2014 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) adalah USD 70,29/Ton, sebagaimana dirilis dalam portal (www.minerba.esdm.go.id). HBA bulan Agustus 2014 turun sebesar USD 2,16 atau turun 3% dibandingkan dengan HBA Juli 2014 USD 72,45. Penurunan HBA pada bulan Agustus 2014 ini lebih besar daripada penurunan HBA pada Juli 2014 yang hanya USD 1,19 atau 2%. Turunnya HBA Agustus 2014 melanjutkan kembali trend penurunan HBA yang sebelumnya terjadi pada 5 bulan pertama tahun 2014 yaitu: Januari 2014 hingga Mei 2014, dan sempat naik tipis saat HBA Juni 2014, namun kembali turun pada HBA Juli 2014 yang berlanjut turun pada HBA Agustus 2014. Bila dirinci sejak Januari 2014 maka HBA untuk 8 bulan pertama tahun 2014 adalah sebagai berikut: HBA Januari 2014 sebesar USD 81,90 yang turun pada Februari 2014 USD 80,44; kemudian turun kembali pada Maret 2014 USD 77,01; selanjutnya pada April 2014 turun menjadi USD 74,81; dan pada Mei 2014 turun menjadi USD 73,60; penurunan HBA terhenti pada HBA Juni 2014 yang naik tipis menjadi USD 73,64; kemudian trend penurunan berlanjut kembali pada HBA Juli 2014 menjadi USD 72,45 dan berlanjut turun pada Agustus 2014 menjadi USD 70,29. Bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama pada tahun 2013 yaitu Agustus 2013 USD 76,70 maka HBA Agustus 2014 turun cukup signifikan sebesar USD 6,41 atau turun 8%, (www.esdm.go.id).

6 Perusahaan-perusahaan batubara di Indonesia merespon dengan cara meningkatkan penjualan batubara mereka. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar pendapatan mereka meningkat atau paling tidak sama di tahun ini dibandingkan tahun lalu, namun perusahaan tambang tersebut tetap mengalami kerugian. (Adjie, 2012). Seperti yang terlihat di Jambi, sejumlah perusahaan batubara di Kabupaten Sarolangun berhenti beroperasi akibat terkena dampak krisis ekonomi global yang menyebabkan turunnya harga jual batubara (Ridwan, 2012). Hampir 90 persen perusahaan tambang batubara di Jambi telah bangkrut akibat turunnya harga batubara dan naiknya biaya operasi. Hanya 5 dari 36 perusahaan tambang batubara yang masih beroperasi (Arto, 2013). Berdasarkan fenomena tersebut, perusahaan perlu memprediksi kebangkrutan dengan menganalisis laporan keuangan. Prediksi bahwa suatu perusahaan akan mengalami kebangkrutan di masa mendatang juga merupakan pertimbangan dalam mengeluarkan opini audit going concern. Indikasi kebangkrutan suatu perusahaan yang mengalami financial distress, yaitu suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk mengambil suatu langkah perbaikan (Ningtias, 2011). Analisis rasio keuangan ditunjukkan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan (Sumantri dan Teddy Jurnali, 2010).

7 Namun terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio karena masingmasing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Terkadang rasio-rasio tersebut juga terlihat berlawanan satu sama lain. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya. Untuk melengkapi keterbatasan dari analisi rasio tersebut dapat dipergunakan alat analisi yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisi ini dikenal dengan nama analisis Z-score (Altman,1968) Formula Z-Score diperkenalkan dan dipublikasikan pada tahun 1968 oleh Edward I. Altman. Pada saat itu Altman adalah Asisten Profesor Keuangan di Universitas New York.yang dikembangkan untuk menentukan kecenderungan kebangkrutan perusahan dan dapat juga digunakan sebagi ukuran dari keseluruhan kinerja keuangan. Metode ini menggunakan rasio rasio tertentu dalam rangka memprediksi resiko kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga telah mengalami revisi pada tahun 1983 dan mengalami modifikasi di tahun 1993, dengan mengubah beberapa variable dalam formula Z-Score nya. Penggunaan model Altman sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan tidak bersifat tetap atau stagnan melainkan berkembang dari waktu kewaktu, dimana pengujian dan penemuan model terus diperluas oleh Altman hingga penerapannya tidak hanya pada perusahaan manufaktur publik saja tapi sudah mencakup perusahaan manufaktur non publik, perusahaan non manufaktur,

8 dan perusahaan obligasi korporasi (Ramadhani dan Lukviarman : 2009). Beberapa peneliti sudah melakukan penelitian dengan menggunakan metode Altman Z-score tersebut di atas, Perkasa (2009) melakukan penelitian tentang analisis laporan keuangan sebagai alat prediksi kebangkrutan dengan model diskriminan altman pada perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2009, hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa secara keseluruhan perusahaan telekomunikasi di BEI dalam kondisi stabil/baik pada tahun 2006-2007 kemudian secara keseluruhan mengalami masalah dengan kondisi keuangannya pada tahun 2008-2009 dikarenakan terjadinya krisis finansial. Selain itu menurut Dwiatmanto dan Endang (2015), meneliti mengenai sektor industri rokok periode yang diteliti dari tahun 2009-2013 yaitu membandingkan perusahaan yang perusahaan yang belum bangkrut dengan perusahaan yang sudah bangkrut dan hasilnya selama pariode penelitian hampir semua tahun perusahaan mengalami resiko kebangkrutan. Adapun perbedaan dari penelitian yang dilakukan penulis dengan penelitian sebelumnya adalah penulis memilih untuk melakukan penelitian pada Perusahaan Batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjudul: PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI 1993 ( Studi Kasus pada Perusahaan Batu Bara yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2014 )

9 B. Rumusan Masalah Penelitian Dalam membahas penelitian ini, penulis membatasi masalah pada pendapat yang dihasilkan sehubungan dengan masalah going concern. Adapun masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana prediksi tingkat kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z- Score modifikasi 1993 pada Perusahaan Batu Bara periode 2010 2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prediksi tingkat kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score modifikasi 1993 pada Perusahaan Tambang Batu Bara periode 2010-2014 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Kontribusi Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini untuk kontribusi pembaca dan penulis adalah sebagai berikut : 1) Kontribusi Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi penulis baik dari segi teori maupun praktek dalam menganalisis potensi kebangkrutan perusahaan. b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai alat perbandingan bagi penelitian sejenis selanjutnya untuk menjadi bahan referensi.

10 2) Kontribusi Praktis a) Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi manajer perusahaan maupun untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan. b) Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi perusahaan yang go public untuk terus memberi laporan keuangan secara benar dalam memberikan masukan pada investor untuk penanaman modal bagi calon investor.