BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mufti Ghaffar, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yulqi Azka Shiyami, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia di dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah di Bengkel Otomotif Roda 4

KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Randi Rizali, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkemampuan dan berketerampilan, mampu diandalkan dan. mampu menghadapi tantangan persaingan era pasar bebas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Melalui pendidikan orang-orang lebih dapat mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI RELEVANSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF PAKET KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR MESIN DENGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA DI SMK

2014 PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG METODA PENELITIAN PENDIDIKAN TATA BOGA SEBAGAI DASAR PENYUSUNAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian , 2014 Manajemen waktu belajar mahasiswa pada penyelesaian tugas mata kuliah seminar Tata Boga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEPMEN NO. 227 TH 2003

2015 PENERAPAN BUKU AJAR PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMKN 2 INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran telah menjadi momok yang begitu menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zepika Alipiyan,2013

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen penunjang suksesnya program. negeri yang mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas serta mampu

BAB I PENDAHULUAN. program studi yang terdapat di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. SMK Negeri 8 Bandung merupakan salah satu lembaga pendidikan formal

ABSTRAK. Kata kunci: non labor income, mutu sumber daya manusia, tingkat upah, lama menganggur, pengangguran terdidik

2015 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA D ALAM UNIT PROD UKSI TERHAD AP KESIAPAN KERJA SISWA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (THP) D I BID ANG AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. menghindari dari kecenderungan perubahan yang bersifat global tersebut, dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut. Hal itu menjadi prioritas perusahaan dalam mencapai

STANDAR ISI PEMBELAJARAN

2016 PENGARUH MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN DAN MATA KULIAH KEAHLIAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA DI BIDANG AGROINDUSTRI

BAB III METODOLOGI. memperoleh data yaitu terdiri dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

2014 PENERAPAN HASIL BELAJAR LAYANAN PRIMA PADA PRAKTIKUM TATA HIDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bebas ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS D ISTRO BUSANA MUSLIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

OLEH: DADANG HIDAYAT M. FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah A. Rahmat Dimyati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang berusaha melaksanakan pembangunan nasional di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah salah satu pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Desain dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran Sainfik Project Based Learning Pada Pekerjaan Dasar Elektromekanik

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia dipandang sebagai faktor kunci dalam era

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) AKMI BATURAJA

PENGEMBANGAN MATA KULIAH PRAKTEK KEJURUAN DI JPTM FPTK UPI YANG RELEVAN DENGAN KOMPETENSI GURU SMK BIDANG TEKNIK MESIN

D. Kurikulum 1. Kesesuaian Kurikulum dengan Visi, Misi, Sasaran, dan Tujuan Kurikulum yang dipergunakan di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas. Salah satu program studi yang terdapat di UPI yaitu Pendidikan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang sampai saat ini masih

Kontribusi kadin dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN TEKNIK GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan pekerjannya guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizkika Fitri, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Japar Umar, 2014

2015 PENERAPAN HASIL BELAJAR TEKNOLOGI DESAIN BUSANA PADA PEMBUATAN LAYOUT DESAIN ILUSTRASI DALAM MATA KULIAH PROYEK DESAIN MODE

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

RELEVANSI MATERI PEMBELAJARAN TEKNIK REFRIGERASI DI PERGURUAN TINGGI DAN DI SMK DENGAN STANDAR UJI KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan, dan penilaian. Suasana pembelajaran akan mampu. menciptakan lingkungan akademis yang harmonis dan produktif, jika

BAB I PENDAHULUAN. sangat memperihatinkan. Berdasarkan data penelitian Human Development Index

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dicapai demi tercapainya tujuan. Masalah pendidikan telah disebutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan Teknologi Agroindustri (PTAG) merupakan salah satu prodi yang berada di bawah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Sebagai prodi yang berdiri sejak tahun 2008, prodi ini adalah prodi yang baru di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia. Oleh karena itu, peningkatan kualitas perlu terus dilakukan secara kontinyu agar dapat bersaing dengan perguruan tinggi sejenis di seluruh Indonesia. Salah satu upaya peningkatan kualitas yang dilakukan diantaranya adalah dengan terus mengembangkan kurikulum PTAG. Kurikulum yang ada di PTAG pada dasarnya bertujuan untuk mencetak mahasiswa untuk menjadi guru. Hal ini dapat dilihat dengan adanya Mata Kuliah Dasar Kependidikan dalam Kurikulum PTAG. Akan tetapi pilihan pekerjaan untuk menjadi non guru pun dapat menjadi pilihan mahasiswa, hal ini didukung dengan adanya Mata Kuliah Keahlian (MKK) di dalam kurikulum, yang dalam jumlah SKS lebih banyak dibandingkan Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK). Persentase jumlah SKS MKK 55,5% sedangkan MKDK 8,22%. Dengan berubahnya IKIP menjadi UPI maka ia memiliki widermandate (perluasan wewenang), dimana lulusan perguruan tinggi kependidikan dapat memilih untuk bekerja dalam bidang non kependidikan yang sesuai dengan jurusannya. Sehingga setelah lulus mahasiswa PTAG dapat bekerja di industri, dalam hal ini khususnya industri pangan. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) merupakan rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan atau keahlian serta sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Penyusunan SKKNI dilakukan bersama dengan perwakilan (1) asosiasi profesi, (2) asosiasi dunia kerja dan dunia industri, (3) asosiasi lembaga pendidikan dan pelatihan profesi, atau (4) para pakar di bidang terkait agar memudahkan dalam

pencapaian konsensus dan pemberlakuan secara nasional. Dalam penggunaannya SKKNI akan berperan besar dalam lembaga pendidikan dan pelatihan, sebagai acuan dalam pengembangan program/kurikulum dan komponen pendidikan lainnya. Bagi industri, sebagai acuan pengembangan SDM dan pengembangan pelatihan khusus sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Idealnya SKKNI merupakan acuan skala nasional dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Kep. 45/MEN/II/2009 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, Sektor Industri Pengolahan, Sub sektor dan Minuman, Bidang Teknologi Hasil Pertanian, Sub Bidang. Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kerja serta uji kompetensi dalam rangka sertifikasi kompetensi. Kurikulum PTAG belum sepenuhnya menjadikan SKKNI Industri pangan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum. Memiliki kompetensi profesional di bidang agroindustri menjadi salah satu kompetensi utama lulusan Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri. Hal ini tercantum dalam kompetensi lulusan mahasiswa prodi PTAG yang menyebutkan bahwa kompetensi utama Program Studi Pendidikan Teknologi Agroindustri adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi profesional yaitu memiliki wawasan yang luas dalam bidang agroindustri, kemampuan eksplorasi, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta berpartisipasi dalam aktivitas ilmiah komunitas profesional dalam bidang agroindustri. Menurut Purba (2005) konsep link and match antara pendidikan dan dunia kerja mengalami kegagalan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan ada banyaknya penganggur terdidik. Tingkat pengangguran terbuka naik dari 5,7 persen pada Februari menjadi 5,94 persen pada Agustus. Jumlah pengangguran pada bulan Agustus meningkat 90 ribu orang dari penghitungan terakhir yang dilakukan Februari 2014 (BPS, 2014). Mayoritas pengangguran merupakan angkatan kerja terdidik. Laju peningkatan angka pengangguran lulusan perguruan tinggi berada di tingkat kedua setelah SMK. Jumlah eks mahasiswa yang tak bekerja naik 1,34

persen dari 4,31 pada Februari menjadi 5,65 persen pada Agustus 2014 (Firmansyah, 2014). Pengangguran di kalangan terdidik ini dapat memberi dampak serius dalam berbagai bidang kehidupan, misalnya dalam bidang politik, ekonomi. Ditinjau dari segi politik bahwa semakin tinggi pendidikan penganggur, maka semakin gawat kadar kegiatan destabilitas yang tercipta. Lulusan perguruan tinggi yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi dapat mendorong pada perubahan sosial yang cepat. Dalam hal ekonomi, pengangguran berarti pemborosan nasional, investasi dalam pendidikan bila tidak berdaya guna berarti menunjukkan adanya inefisien tenaga waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan (Depdiknas, 2002). Peningkatan jumlah pengangguran adalah akibat dari kurang memadainya kualitas pencari kerja. Dengan kata lain, kualitas lulusan lembaga pendidikan tidak cocok dengan kebutuhan dunia industri (Purba, 2005). dimana kualitas lulusan lembaga pendidikan berkaitan erat dengan kurikulum yang didalamnya terdapat kompetensi/keahlian yang harus dimiliki mahasiswanya untuk lulus. Ketidakcocokan ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: (1) Ketidakcocokan antara karakteristik pencari kerja (sisi penawaran tenaga kerja/supply) dengan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja/demand). Ketidak cocokan ini mungkin bersifat geografis, jenis pekerjaan, orientasi status atau masalah khusus, (2) Semakin terdidik seseorang, semakin besar harapannya pada jenis pekerjaan yang aman. Sehingga lebih suka bekerja pada perusahaan yang besar daripada membuka usaha sendiri, (3) Belum efisiennya fungsi pasar tenaga kerja. Lalu lintas informasi yang tidak berjalan dengan baik antara perguruan tinggi dan industri, menyebabkan banyak angkatan tenaga kerja yang bekerja di luar bidangnya karena salah salur dan salah tempat kerja sehingga menimbulkan ketidak efektifan dan ketidak efisienan penggunaan tenaga kerja. Kurikulum merupakan salah satu komponen dalam pendidikan yang perlu terus mengalami pembaruan sesuai perkembangan zaman. Salah satunya dengan adanya suatu kurikulum yang benar benar relevan dengan dunia Industri.

Kurikulum yang ada di prodi perlu terus diperbarui agar tidak sampai terjadi adanya lulusan dari prodi yang tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan di industri. Seharusnya lulusan prodi PTAG memiliki wawasan yang luas dalam bidang agroindustri, kemampuan eksplorasi, pengembangan ilmu pengetahuan sebagaimana tertulis dalam salah satu kompetensi utama Program Studi PTAG. Mahasiswa prodi PTAG disiapkan untuk menjadi guru profesional di SMK Pertanian khususnya di konsentrasi AHP. Hal ini juga tercantum dalam salah satu kompetensi utama lulusan Prodi PTAG yaitu: memiliki kompetensi pedagogik yaitu lulusan yang memiliki kemampuan dalam merancang, melaksanakan, dan mengelola proses pembelajaran bidang agroindustri sehingga menjadi pendidik yang berkualitas yang dapat melakukan tugas sebagai pendidik secara bertanggung jawab untuk pembelajaran yang efektif yang dapat memenuhi kebutuhan lapangan kerja. Maka agar pembelajaran kepada siswa smk dapat efektif, mahasiswa PTAG dalam perkuliahannya perlu diajarkan kebutuhan kerja di industri seperti apa. Guru perlu mengetahui kompetensi apa yang diperlukan untuk bekerja di industri, sikap seperti apa yang perlu dilakukan, juga mengetahui perkembangan di dunia kerja. Mata kuliah teknologi pengemasan merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa prodi PTAG. Teknologi Pengemasan (TG 475) merupakan mata kuliah berbobot 3 sks. Mata kuliah ini adalah mata kuliah yang wajib diikuti mahasiswa program S1 Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri. Mata Kuliah ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai peran dan fungsi pengemasan pangan, serta perkembangannya sejak kemasan alami hingga modern. Pengetahuan tentang jenis, karakteristik, cara pembuatan dan identifikasi berbagai bahan pengemas diantaranya: gelas, logam, plastik, kayu, kertas dan bahan kemasan lainnya. Menentukan bentuk kemasan yang tepat pada suatu bahan pangan yang dapat berpengaruh terhadap interaksi bahan pangan dan kemasan. Cara menentukan masa umur simpan produk, labeling pada kemasan pangan dan dan regulasi terkait tentang pengemasan. Mata kuliah teknologi pengemasan menjadi fokus yang diteliti karena bahasan teknologi pengemasan terdapat pada dokumen kurikulum prodi PTAG yaitu pada SAP mata kuliah

teknologi pengemasan, dan pada dokumen SKKNI yang terdapat pada unit kompetensi pengemasan. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan diatas, penulis tertarik untuk meneliti relevansi mata kuliah teknologi pengemasan dengan unit kompetensi pengemasan pada SKKNI industri pangan. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah penulis uraikan, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini diantaranya: 1. Pengangguran di kalangan terdidik 2. Ketidakcocokan antara karakteristik pencari kerja (sisi penawaran tenaga kerja/supply) dengan kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja/demand) 3. SKKNI belum sepenuhnya dijadikan acuan dalam pengembangan Kurikulum PTAG C. Pembatasan Masalah Penelitian Penulis membatasi masalah penelitian yang ada, yaitu SKKNI yang digunakan dalam penelitian adalah SKKNI. Kompetensi dibatasi pada unit kompetensi pengemasan. Kurikulum Pendidikan Teknologi Agroindustri dibatasi pada mata kuliah teknologi pengemasan. D. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah yang ingin dipecahkan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana analisis kesesuaian atau relevansi antara SAP Mata Kuliah Teknologi Pengemasan dengan unit kompetensi pengemasan pada SKKNI. 2. Memperoleh gambaran kondisi kurikulum prodi pendidikan teknologi agroindustri 3. Memperoleh gambaran kondisi mata kuliah teknologi pengemasan

4. Memperoleh gambaran kompetensi lulusan S1 yang dibutuhkan di industri pangan 5. Memperoleh gambaran kesesuaian tujuan pembelajaran khusus mata kuliah teknologi pengemasan dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri pangan E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memperoleh tingkat relevansi antara SAP mata kuliah teknologi pengemasan dengan dokumen SKKNI unit kompetensi pengemasan. 2. Memperoleh gambaran kondisi kurikulum prodi pendidikan teknologi agroindustri yang meliputi: pendekatan kurikulum yang digunakan, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum, kesesuaian tujuan, materi, dan proses pembelajaran dengan industri. 3. Memperoleh gambaran kondisi mata kuliah teknologi pengemasan yang meliputi: penggunaan SKKNI sebagai acuan dalam pengembangan silabus mata kuliah, perbandingan rasio teori dan praktikum, kesesuaian materi, proses, media, dan sarana pembelajaran dengan kebutuhan di industri. 4. Memperoleh gambaran kompetensi lulusan S1 yang dibutuhkan di industri pangan 5. Memperoleh gambaran kesesuaian tujuan pembelajaran khusus mata kuliah teknologi pengemasan dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri pangan F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan, yaitu:

1. Menjadi salah satu masukan bagi dosen pengampu mata kuliah teknologi pengemasan dalam menyusun SAP dan materi ajar yang sesuai dengan perkembangan di industri 2. Menjadi bahan evaluasi bagi dosen pengampu mata kuliah teknologi pengemasan apakah tujuan pembelajaran khususnya relevan dengan dunia industri pangan 3. Menjadi masukan bagi prodi kompetensi apa sajakah yang sebenarnya dibutuhkan oleh industri di bidang pangan 4. Menjadi masukan dalam upaya perbaikan kurikulum/silabus mata kuliah agar mampu menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan profesional dalam menjalankan tugas mendidik G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari skripsi tentang relevansi Kurikulum PTAG dengan industri diuraikan menjadi lima bagian, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang kajian pustaka yang meliputi prinsip pengembangan kurikulum, kurikulum pendidikan teknologi agroindustri, SKKNI industri pangan, relevansi pendidikan tinggi dan industri BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang simpulan penelitian dan saran