BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. medical error antara % dari jumlah pasien dengan %. Medical

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

Interprofessional Education: Sebuah Ulasan Singkat. Zakka Zayd Zhullatullah Jayadisastra. Staff Kajian Medical Education and Profession (MEP) ISMKI

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB I DEFINISI BAB II A. DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

KURIKULUM PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES HELVETIA MEDAN KURIKULUM MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui

PRINSIP PENGEMBANGAN KARIR BIDAN

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMPETENSI NERS BERBASIS. KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA Indonesian Qualification Framework

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada tahun 2008 dilaporkan bahwa jumlah kematian. ibu di 172 negara di seluruh dunia sebesar 358.

BAB I PENDAHULUAN. kerawanan terjadi kesalahan medik (medical error). Kasus kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

2017, No Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran N

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan permasalahan-permasalahan baru di masyarakat, salah satunya pada

SMART PHARMACY ADVANCING PHARMACY PRACTICE AND EDUCATION IN INDONESIA KUTA - BALI, APRIL 2018 TRAIN-THE-TRAINER WORKSHOP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN TERAPI OKUPASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan ibu. Tingginya kasus kematian masih menjadi topik hangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BABI PENDAHULUAN. Profesi kesehatan tidaklah cukup jika hanya menjadi seorang profesi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antar profesi kesehatan (IPE) pada bulan September 2013 setelah melalui

RENCANA KINERJA TAHUNAN. Unit Pelaksana Teknis : Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta Tahun : 2017 NO SASARAN INDIKATOR TARGET PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN kelahiran menurut data SDKI 2012, angka yang jauh dari target MDG s

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu atau AKI di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pendidikan bukan hanya dapat mengubah seseorang yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (instrumen) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diberikan oleh petugas kesehatan yang tidak lain tujuannya untuk memelihara

Gambar 1 : Continuous Quality Improvement pada Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal

Etika Profesi dan Pendidikan Interprofesional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

ACIL APOTEKER CILIK : UPAYA MEMBANGKITKAN EKSISTENSI PROFESI APOTEKER DAN SISTEM INTERPERSONAL EDUCATION PROFESI KESEHATAN SEJAK DINI

BAB I PENDAHULUAN. wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan

INTERPROFESIONAL EDUCATION DALAM PANDANGAN DOKTER GIGI. Oleh : drg Laelia Dwi Anggraini, SpKGA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Masing-masing profesi kesehatan di pelayanan kesehatan memiliki peran yang berbeda. Namun pada praktiknya, profesional kesehatan tidak akan bekerja sendirian namun dalam tim yang terdiri dari beberapa profesi terkait, misalnya dokter, perawat, bidan, apoteker, radiografer, okupasi terapi, psikolog dan lain-lain. Profesi-profesi kesehatan tersebut melakukan kolaborasi profesi dengan berbagi motif yaitu perkembangan penyakit yang kompleks, meningkatkan kualitas kinerja profesi kesehatan, dan mutu layanan kesehatan (Vachon et al. 2013). Untuk itu, institusi pendidikan kesehatan sebaiknya membekali mahasiswa program-program studi kesehatan dan kedokteran untuk dapat bekerjasama dalam tim kesehatan secara profesional (WHO, 2010). Kompetensi kolaboratif tentang kerjasama, manajemen tim dan kepimpinan penting dibekali sejak dini pada level pendidikan karena menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010) Kompetensi kolaboratif di pendidikan tenaga kesehatan dapat diterapkan metode pembelajaran Interprofessional Education (IPE) atau pendidikan antar profesi. IPE dapat terjadi ketika dua atau lebih profesi kesehatan belajar bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masing-masing profesi kesehatan untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi dan kualitas pelayanan kesehatan (WHO, 2013). Hasil yang 1

2 diharapkan pada implementasi IPE diantaranya adalah komunikasi interprofesi, manajemen tim, dan keterampilan kepimpinan pada perspektif masing-masing profesi (Barr, 2010; Thistlethwaite dan Moran, 2010). Namun, implementasi pendidikan interprofesi dapat bervariasi, tergantung pada kebijakan instansi, mahasiswa, rumah sakit, atau komunitas (Rosenfield, 2011). Pengembangan pembelajaran IPE merupakan salah satu langkah strategis bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) untuk yang ingin mencetak lulusan yang profesional di bidangnya dan mampu menjawab tantangan kesehatan di Indonesia. Program studi Diploma III (D-III) Kebidanan dan Kedokteran merupakan ranah yang sesuai untuk melakukan implementasi IPE. Sehingga FK UNS perlu mengembangan kurikulum IPE pada kedua program studi tersebut. Profesi bidan dan dokter memiliki peran yang vital, khususnya di daerah perifer Indonesia. Dalam perkembangannya, kedua profesi tersebut lebih banyak melakukan kolaborasi pada tingkat layanan primer, yaitu sebagai bidan desa dan dokter puskesmas dengan indikator-indikator kerja yang mayoritas berbasis kesehatan komunitas (Kemenkes, 2011). Berdasarkan data laporan Millenium Development Goals (MDGs) oleh WHO tahun 2014 mengungkapkan bahwa terdapat 36 kematian neonatus per 1000 kelahiran di wilayah Asia tenggara termasuk Indonesia, sedangkan target MDGs tahun 2015 harus mencapai angka 25 per 1000 kelahiran. Data Riskesdas 2013 menunjukan angka kematian bayi baru lahir dan kematian ibu masih cukup

3 tinggi, faktor-faktor yang menjadi penyebab diantaranya fasilitan pelayanan kesehatan yang belum memadai, tenaga kesehatan yang kurang, dan sistem rujukan yang tidak berjalan dengan baik. Kolaborasi bidan dan dokter menjadi tantangan untuk permasalahan komunitas tersebut, khususnya kesehatan ibu dan anak. FK UNS telah melakukan telaah program terkait pembelajaran IPE berbasis komunitas. Pembelajaran IPE di FK UNS dalam proyek tersebut terdiri dari tiga tahap, yaitu sosialisasi IPE, implementasi dan tahap evaluasi. Proyek tersebut dilakukan pada sepuluh mahasiswa profesi dokter dan delapan mahasiswa kebidanan yang ditempatkan di dua puskesmas di wilayah Surakarta. Respon positif didapatkan dari mahasiswa tentang pemahaman pentingnya kolaborasi dan komunikasi antar profesi serta umpan balik yang baik dari pembimbing di puskesmas bahwa proyek ini membantu puskesmas terkait program kesehatan ibu dan anak (Pamungkasari et al, 2015). Namun pada pembelajaran ini, belum dilakukan penilaian pencapaian kompetensi mahasiswa terkait kompetensi IPE. Oleh karena itu, melihat kebutuhan pengembangan kurikulum pembelajaran IPE dan peningkatkan kualitas pendidikan profesi tenaga kesehatan, sehingga perlu dilakukan pengembangan pembelajaran IPE lebih lanjut. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas terhadap aspek kolaborasi antar profesi. Kolaborasi antar profesi yang ingin dilihat sesuai dengan Curran et al (2011) yaitu komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab, pendeketan kolaboratif yang berpusat

4 pada pasien berfungsinya tim, manajemen konflik. Selain itu, penelitian ini ingin mengevaluasi bagaimana proses intervensi pelaksanaan IPE berdasarkan dokumentasi kegiatan mahasiswa untuk mengevaluasi program implementasi IPE. I. 2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspekaspek kolaborasi antar profesi (komunikasi, kolaborasi, peran dan tanggung jawab, pendekatan kolaboratif berpusat pada pasien berfungsinya tim, serta manajemen konflik) pada mahasiswa kedokteran dan kebidanan? 2. Bagaimana evaluasi hasil pembelajaran IPE berbasis komunitas di FK UNS? I. 3 Tujuan Penelitian A. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspekaspek kolaboratif mahasiswa kedokteran dan kebidanan. B. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengaruhi pembelajaran IPE berbasis komunitas pada aspek komunikasi, kolaborasi, manajemen tim, pendekatan pada pasien, peran dan tanggung jawab serta manajemen konflik.

5 b. Membandingkan aspek komunikasi, kolaborasi, manajemen tim, pendekatan pada pasien, peran dan tanggung jawab serta manajemen konflik pada mahasiswa sebelum dan sesudah pembelajaran IPE. c. Melakukan evaluasi proses pembelajaran IPE berbasis komunitas di FK UNS berdasarkan dokumentasi pelaporan hasil intervensi mahasiswa. I. 4 Manfaat Penelitian 1. Model pembelajaran IPE yang dapat diimplementasikan FK UNS dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan dalam intrakurikulum tahap pre klinik maupun klinik. 2. Mengembangkan teori IPE berbasis komunitas dengan penerapan pada dua profesi, yaitu bidan dan dokter. 3. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat melalui kegiatan implementasi IPE. I. 5 Keaslian Penelitian 1. Bridges et al (2011) mengemukakan tentang praktik interprofessional collaboration (IPC) berbasis pelayanan klinis dan komunitas di tiga universitas di Amerika Serikat. Terdapat beragam metode aplikasi IPC pada berbagai profesi kesehatan, seperti perawat, okupasi, dokter, pekerja sosial, farmasi, dan kesehatan masyarakat. Metode yang digunakan adalah diawali dengan pembentukan tim, perencanaan, implementasi, evaluasi dan monitoring, serta refleksi kegiatan. Kompetensi yang dapat dilihat dari

6 ketiga instansi pendidikan tersebut yaitu kolaborasi, komunikasi antar profesi, dan pendekatan pasien termasuk tentang etik. 2. Thistlewaite dan Moran (2010) mengemukan kompetensi IPE yaitu dapat menilai kepemimpinan, komunikasi profesi, manajemen tim, dan etik. Pada publikasi ini juga dikemukakan entang tujuan pembelajaran IPE, yaitu a. menghormati, memahami dan mendukung peran dan dampak profesi yang lain pada pelayanan pasien b. Berkontribusi secara efektif sebagai anggota yang sejajar di tim kolaborasi profesi c. Memahami perubahan sifat dan hambatan yang terjadi pada pelayanan kesehatan d. Mampu mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam kolaborasi pada pelayanan yang berpusat pada pasien dan keselamatannya. 3. Cullen et al (2003) menuliskan tentang strategi pembelajaran IPE untuk mahasiswa kedokteran dan kebidanan pada konteks pelatihan keterampilan (skill lab) tentang ilmu kebidanan dan kandungan. Strategi yang menggunakan Interprofessional Team Objective Structured Clinical Examination (ITOSCE) menunjukan kolaborasi dokter dan bidan dapat didukung dengan adanya suatu sistem penilaian atau pembelajaran yang menuntut kemampuan komunikasi dan kinerja tim yang baik. Penggunaan asesmen sebagai media untuk implementasi IPE dapat menjadi alternatif integrasi IPE pada kurikulum tahap pendidikan pre-klinik.

7 4. Saxell et al (2009) menerangkan tentang kolaborasi mahasiswa kedokteran, kebidanan dan perawat pada topik kesehatan ibu dan anak. Metode yang digunakan dimulai dari tahap pemaparan pengetahuan dan keterampilan, observasi langsung pada kasus hingga melakukan tindakan dengan supervisi. Metode IPE tersebut menunjukan perkembangan yang progresif terkait manajemen tim, komunikasi, dan kepimpinan pada masing-masing profesi. Pada penelitian ini ingin menambahkan pembahasan tentang implementasi IPE, khususnya pada dua profesi yaitu dokter dan bidan. Hal yang menarik adalah ranah kerja di komunitas Indonesia pada kedua profesi tersebut saling bersinggungan, sebagai bidan desa dan dokter fungsional di layanan primer atau puskesmas. Studi pre eksperimen akan melihat pengaruh intervensi pembelajaran IPE. Untuk melakukan evaluasi terkait program implementasi IPE, penelitian ini juga ingin menambahkan informasi dokumentasi pelaporan hasil intervensi mahasiswa.