Peran Homeschooling Terhadap Motivasi Belajar Pada Remaja Wita Hardiyanti Dona Eka Putri, Psi, MPsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran peran pendidikan homeschooling, kemudian mengapa homeschooling dapat membangkitkan motivasi belajar remaja serta bagaimana proses belajar dalam homeschooling sehingga mampu membangkitkan motivasi belajar. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua orang remaja, dengan karakteristik remaja yang mengikuti jenis homeschooling tunggal berusia 12 sampai 18 tahun. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawancara dan observasi dengan subjek dan significant other. Dalam proses wawancara ini, untuk membantu proses pengumpulan data maka peneliti dilengkapi dengan pedoman wawancara dan observasi. Setelah dilakukannya penelitian pada kedua subjek maka jenis homeschooling yang dipilih oleh kedua subjek adalah homeschooling tunggal. Metode homeschooling yang dipakai kedua subjek adalah unit studies, the living book approach, dan unschooling. Motivasi belajar kedua subjek terlihat berbeda, pada subjek pertama motivasi belajarnya terlihat karena subjek memiliki inisiatif untuk mempelajari pelajaran sekolah ataupun pelajaran yang berhubungan dengan minatnya sedangkan pada subjek kedua, subjek hanya memiliki motivasi dalam belajar pada pelajaran yang subjek minati saja, namun pada pelajaran sekolah subjek kurang memiliki inisiatif yang besar untuk belajar. Dengan demikian, homeschooling yang kedua subjek jalani memiliki peran dalam motivasi belajar kedua subjek, walaupun pada subjek kedua motivasi belajar tersebut terlihat hanya pada pelajaran yang subjek minati saja. Menurut Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (2006), homeschooling tunggal yaitu yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga yang dalam melaksanakan kegiatan homeschooling untuk anak-anaknya, dengan sengaja tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan homeschooling tunggal lainnya. Kata Kunci : Homeschooling, Motivasi Belajar dan Remaja PENDAHULUAN Pendidikan merupakan dasar bagi manusia untuk dapat belajar dan berkembang sehingga menjadi manusia yang memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki kemampuan dibidangnya masing-masing. Pendidikan adalah salah satu sasaran untuk mewujudkan tujuan pembangunan di Indonesia. Pendidikan dianggap penting untuk menghasilkan perubahan dan pengembangan perilaku yang diharapkan masyarakat.
Seto Mulyadi (dalam Kompas, Juli 2007), memaparkan bahwa selain tidak puas dengan sistem pendidikan di sekolah, sebagian orangtua memilih sistem homeschooling karena anak membutuhkan perhatian khusus seperti: pada anak autisme, hiperaktivitas, ataupun karena kendala geografis, dan juga karena ingin membentengi pergaulan bebas atau ingin menjalankan nilai-nilai agama tertentu. Prospek homeschooling di Indonesia akan terus berkembang untuk masa mendatang, Al-Mandari (2004), menyebutkan beberapa alasannya: Pertama, kondisi pendidikan yang kian mengalami school distrust akan mendorong sejumlah orangtua untuk berani memasukkan anaknya ke homeschooling. Kedua, pada masa mendatang akan semakin bertambah orangtua yang sadar akan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketiga, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan juga memungkinkan orangtua untuk mengakses berbagai sumber pelajaran serta lembaga pendidikan dan tempat bekerja bagi anaknya diberbagai tempat (Negara) yang mengakui keberadaan homeschooling. Di dalam sistem pendidikan Indonesia, keberadaan homeschooling adalah legal. Keberadaan homeschooling memiliki dasar hukum yang jelas di dalam Undang-Undang 1945 maupun di dalam UU no 20/2003 mengenai sistem pendidikan nasional. Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur pendidikan informal. Siswa homeschooling dapat memiliki ijazah sebagaimana siswa sekolah dan dapat melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi manapun jika menghendakinya. Di Indonesia, menurut perkiraan Ella Yulaelawati, Direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas, ada sekitar 1000-1500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 siswa, sebanyak 83,3% atau sekitar 500 orang yang mengikuti homeschooling majemuk dan komunitas. Sedangkan sebanyak 16,7%, atau sekitar 100 orang yang mengikuti homeschooling tunggal. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan masih lebih besar lagi (Sumardiono, 2007). Akhirnya peneliti tertarik untuk meneliti peran homeschooling terhadap motivasi belajar pada remaja. TINJAUAN PUSTAKA Homeschooling Pengertian homeschooling menurut Lines (dalam Berger, 1995), yaitu sebagai instruksi dan pembelajaran yang sebagian darinya adalah aktivitas terencana yang dilakukan di rumah, di
dalam keluarga dengan orang tua yang berperan sebagai guru atau supervisor dari aktivitas. Sedangkan menurut Sumardiono (2007), homeschooling adalah model pendidikan di mana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya dan mendidik anaknya dengan menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya. Jenis-jenis Homeschooling Menurut Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional (2006) dalam buku komunitas sekolah rumah sebagai satuan pendidikan kesetaraan, mengklasifikasikan format homeschooling sebagai berikut : a. Homeschooling tunggal adalah format homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga yang dalam melaksanakan kegiatan homeschooling untuk anakanaknya, dengan sengaja tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan homeschooling tunggal lainnya. b. Homeschooling majemuk adalah format homeschooling yang dilaksanakan oleh orangtua dari dua atau lebih keluarga lain yang menerapkan homeschooling karena melakukan satu atau lebih kegiatan sementara kegiatan inti dan kegiatan lainnya tetap dilaksanakan dalam lingkungan rumah oleh orangtua masing-masing. c. Komunitas homeschooling merupakan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus serta bahan ajar bagi anak-anak homeschooling, termasuk menentukan beberapa aktivitas dasar (olahraga, musik atau seni, dan bahasa) serta fasilitas tempat proses belajar mengajar dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Berbeda dengan homeschooling tunggal dan majemuk, maka komunitas homeschooling menyelenggarakan proses belajar mengajar dalam keluarga dengan komitmen orangtua dan komunitas dengan perbandingan tertentu, misalnya 50:50%. Metode-metode Homeschooling Metode HS menurut Sumardiono (2007): a. School at-home b. Unit studies c. Charlotte Mason d. Classical e. Waldorf
f. Montessori g. Unschooling h. Electic Motivasi Belajar Motivasi belajar menurut Winkel (1996), adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Aspek-aspek Motivasi Belajar Menurut Sardiman (Liswati, 1998) : a. Tanggung jawab b. Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi, dan tidak mudah menyerah. c. Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk belajar. d. Memperhatikan umpan balik e. Waktu penyelesaian tugas f. Memiliki motivasi Remaja Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1993), secara psikologis, masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama dalam masalah hak. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini akan digunakan metode kualitatif dimana pendekatan ini adalah bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan, sekeliling, dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar (setting) yang alamiah (naturalistic) bukan hasil perlakuan (treatment) atau manipulasi variabel yang dilibatkan (Heru Basuki, 2006). Subjek Penelitian Remaja yang mengikuti pendidikan homeschooling, berusia 12 sampai 18 tahun. Subjek masih belajar setingkat dengan SMU di sekolah formal. Dan subjek merupakan siswa yang melaksanakan homeschooling tunggal. Sesuai dengan sifat kualitatif yang terbuka dan luwes, metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam disesuaikan
dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang akan diteliti (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara dan observasi. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe wawancara dengan pedoman terbuka dan terstruktur. Hal ini akan memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang akan diteliti, dan juga akan lebih menciptakan suasana yang nyaman, santai sekaligus dapat menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung, bahkan dapat menghasilkan berbagai bentuk pertanyaan yang lebih kompleks, namun tetap fleksibel tergantung pada perkembangan dan situasi wawancara. Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi nonpartisipan. Observasi non partisipan adalah peneliti berada diluar subjek yang diamati dan tidak ikut dalam kegiatankegiatan yang mereka lakukan. Dengan demikian peneliti akan lebih leluasa mengamati kemunculan tingkah laku yang terjadi (Sukandarrumidi, 2004). Keakuratan Penelitian Untuk mencapai validitas dalam suatu penelitian dengan metode kualitatif, ada beberapa teknik yang digunakan seperti perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi dan lain-lain. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah teknik pemeriksaan data triangulasi. Menurut Moleong (2000), triangulasi merupakan suatu bentuk teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk pengecekan atau pembanding data. Jadi untuk menjaga keabsahan dan keajegan penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dengan triangulasi teori yaitu mengaitkan dengan teori-teori yang sudah ada, triangulasi metode, yaitu menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan observasi, dan triangulasi data atau sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara subjek dengan significant other. HASIL PENELITIAN Peran Homeschooling dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Subjek
Dari penelitian mengenai kedua subjek yang mengikuti homeschooling ini menurut peneliti cukup memiliki peran yang bervariatif dalam menumbuhkan motivasi subjek untuk belajar. Pada subjek kedua peran homeschooling tersebut kurang berperan karena subjek tetap perlu pengawasan dalam belajar oleh orangtua, dengan sistem homeschooling yang fleksibel seperti metode belajar mandiri, mencari tau segala informasi pengetahuan di berbagai media sendiri, tanpa harus berpanduan pada buku membuat subjek terlihat kurang memiliki adanya tanggungjawab dalam belajar yang terkadang membuat subjek tidak memanfaatkan waktu belajarnya secara maksimal setiap harinya. Namun, bukan berarti karena sistem homeschooling yang tidak berperan, tetapi bagaimana penerimaan setiap individu dalam memanfaatkan waktu belajarnya yang fleksibel di homeschooling ini. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Poerwandari (2005), memberikan beberapa tahapan yang diperlukan dalam menganalisis, tahapan tersebut adalah: a. Mengorganisasikan data b. Mengelompokkan data c. Analisis kasus d. Menguji asumsi KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil wawancara dan observasi, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu : Bahwa peran homeschooling terhadap motivasi belajar yang diterima oleh masingmasing subjek cukup bervariatif. Terlihat adanya perbedaan pada kedua subjek. Subjek pertama memiliki tanggungjawab dan inisiatif untuk belajar, sedangkan pada subjek kedua, terkadang subjek kurang memiliki tanggungjawab dalam mengatur waktu belajarnya di homeschooling yang dijalani, sehingga harus tetap adanya pengawasan dari orangtua subjek. Walaupun kedua subjek merasakan kemampuan dan minatnya dalam salah satu bidang pelajaran. Dan hal ini peran yang ditimbulkan oleh homeschooling menyebakan kedua subjek cenderung memiliki penilaian diri yang positif terhadap kemampuan, minat dan motivasi belajar kedua subjek. DAFTAR PUSTAKA Al-Mandari, S. (2004). Rumahku sekolahku. Jakarta: Pustaka Zahra. Heru Basuki. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya.
Jakarta : Universitas Gunadarma. Berger, E. H. (1995). Parents as partners in education. New Jersey: Prentice-Hall. Direktorat Pendidikan Kesetaraan. (2006). Komunitas sekolahrumah sebagai satuan pendidikan kesetaraan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hurlock, E. B. (1993). Psikologi perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Pendidikan. Psikologi (LPSP3). Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Sukandarrumidi. (2004). Metodologi penelitian petunjuk praktis untuk penelitian pemula. Yogyakarta : Gajah Mada Yogyakarta Press. Sumardiono, L. (2007). Homescooling a leap for better learning. Jakarta: PT. Gramedia. Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia. Liswati, H. (1998). Pengaruh pemberian umpan balik positif dan knowledge of result terhadap peningkatan motivasi belajar matematika pada Siswa SLTP dengan harga diri akademik rendah. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Moleong, L. J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Mulyadi, S. (2007). Homeschooling keluarga kak-seto. Bandung: PT. Mizan Pustaka KAIFA. Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia (LPSP3) UI. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian manusia. Depok : Lembaga Pengembangan Sarana dan