TELAAH REZIM PARTAI POLITIK DALAM DINAMIKA KETATANEGARAAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. wujud dari prinsip kedaulatan rakyat, dalam sistem penyelenggaraan negara yang

sherila putri melinda

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengalami peningkatan, disebabkan oleh 2 hal. 1 Pertama, hampir semua negara

BAB IV ANALISIS TENTANG KONSEP SYURA DALAM ISLAM ATAS PELAKSANAAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DI INDONESIA MENURUT MAHFUD MD

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Al Marsudi, Subandi, 2001, Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma Reformasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

A. Pengertian Orde Lama

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dari kecenderungan dasar manusia untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB II PARTAI POLITIK DALAM NEGARA DEMOKRASI KONSTITUSIONAL. 2.1 Tinjauan Umum Teori Demokrasi Konstitusional

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, (Yogyakarta: FH UII Press, 2005).

BAB II PENGATURAN TUGAS DAN WEWENANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH DI INDONESIA. A. Kewenangan Memberi Pertimbangan dan Fungsi Pengawasan Dewan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

e. Senat diharuskan ada, sedangkan DPR akan terdiri dari gabungan DPR RIS dan Badan Pekerja KNIP;

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

I.PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly. Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD Yogyakarta: FH UII Press, 2005.

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

KEWEWENANGAN PRESIDEN DALAM BIDANG KEHAKIMAN SETELAH AMANDEMEN UUD 1945

Riki Yuniagara: Jenis dan Hirarki Peraturan...

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

CHECK AND BALANCES ANTAR LEMBAGA NEGARA DI DALAM SISTEM POLITIK INDONESIA. Montisa Mariana

PARTAI POLITIK. R. HERLAMBANG PERDANA WIRATRAMAN, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya pemerintah yang berdaulat dan terakhir yang juga merupakan unsur untuk

I. PENDAHULUAN. Pada sidang PPKI pertama tanggal 18 Agustus 1945 menetapkan:

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

SEJARAH KETATANEGARAAN INDONESIA SHINTA HAPPY YUSTIARI, S.AP, MPA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ujung tombak dalam mewujudkan demokrasi. Hal ini

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB II KOMISI YUDISIAL, MAHKAMAH KONSTITUSI, PENGAWASAN

PRODUK HUKUM DI INDONESIA PERSPEKTIF POLITIK HUKUM

SISTEM POLITIK INDONESIA

Lex et Societatis, Vol. III/No. 2/Mar/2015/Edisi Khusus

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR

SEJARAH PERKEMBANGAN UUD

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL SILABI

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

BAB I PENDAHULUAN. kita memiliki tiga macam dokumen Undang-undang Dasar (konstitusi) yaitu: 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

HUKUM ACARA PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memahami usaha mempertahankan Kemerdekaan. Mendeskripsikan peristiwa peristiwa politik dan ekonomi. Indonesia pasca pengakuan kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan

DAFTAR ISI DAFTAR PUSTAKA

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

MAKALAH. Kedudukan dan Fungsi DPD dalam Kerangka Kelembagaan Legislatif Indonesia. Oleh : Dinoroy Marganda Aritonang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

SISTEM POLITIK INDONESIA. 1. Pengertian Sistem Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan terorganisasi.

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

TUGAS KEWARGANEGARAAN LATIHAN 4

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kekuasaan raja yang semakin absolut di Negara Perancis

kinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,

PENGATURAN PERKAWINAN SEAGAMA DAN HAK KONSTITUSI WNI Oleh: Nita Ariyulinda Naskah diterima : 19 September 2014; disetujui : 3 Oktober 2014

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

4 Ibid, hlm 3 5 Ibid, hlm 5

BAB III PROFIL LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

I. Pilihlah jawaban yang benar

MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

Transkripsi:

TELAAH REZIM PARTAI POLITIK DALAM DINAMIKA KETATANEGARAAN INDONESIA Yusdiyanto Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Email : yusdiyanto@gmail.com Abstrak Penyelenggaraan kekuasaan dalam sebuah negara mengharuskan partisipasi rakyat secara penuh. Secara akademis partisipasi rakyat dalam pemerintahan harus dimaknai sebagai bentuk pemerintahan yang dijalankan atas kehedak rakyat melalui melalui model keterwakilan yang ditunjuk dan bertanggung jawab terhadapnya. Disinilah urgensi hadirnya Partai Politik dalam negara yang berdaulat. Peran partai politik sangatlah besar, melalui saluran pemilu diharapkan sebagai pintu masuk keterlibatan rakyat dalam pengelolaan negara. Sebagaimana Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan rezim partai politik lahir dan mewarnai dinamika ketatanegaraan Indonesia. Sejarah ketatanegaraan talah mencatat rezim partai politik Indonesia adalah Rezim Ode Lama, Rezim Orde Baru dan Rezim Reformasi. Ketiga rezim partai politik tersebut secara langsung telah memberikan sumbangsih akan pasang-surut negara sekaligus mempengaruhi kedudukan, peran dan fungsi partai poltik dalam dinamika ketatanegaraan Indonesia. Kata Kunci: Peraturan, Parpol, Rezim I. Pendahuluan Sistem penyelenggaraan negara yang demokratis itu harus dijamin bahwa rakyat terlibat penuh dalam merencanakan, mengatur, dan mengawasi serta menilai pelaksanaan fungsi-fungsi kekuasaan. 1 Penyelenggaraan kekuasaan tersebut mengharuskan keterlibatan rakyat secara penuh, tidak bisa diartikan sebagai bentuk pemerintahan yang di dalamnya hak untuk melakukan pengambilan keputusan politik dijalankan langsung oleh seluruh warga negara. Secara akademis keterlibatan rakyat harus dimaknai sebagai bentuk 1 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006, hlm. 115. pemerintahan yang di dalamnya warga masyarakat diberikan ruang menjalankan pengambilan keputusan politik melalui model keterwakilan yang ditunjuk dan bertanggung jawab terhadapnya. Untuk selanjutnya rakyat berperan sebagai sebagai pemberi dorongan, koreksi, dan pengimbangan kekuasaan. 2 Demokrasi perwakilan dapat berjalan secara tertib bila memenuhi substansi dan disertai dengan institusi dan mekanisme yang menjamin partisipasi dari rakyat. Tanpa hal tersebut, kedaulatan dapat dikebiri dan terjebak dalam kedaulatan yang totaliter. Tanpa mekanisme tersebut sistem perwakilan dapat bergeser menjadi manipulasi dan paksaan oleh 2 Suyatno, Menjelajahi Demokrasi, Bandung, Humaniora, 2008, hlm. 67. 160

pemegang kekuasaan. Institusi dan mekanisme tersebut menuntut hadirnya partai politik dan pemilihan umum secara berkala. Carl J. Fredrich 3 mendefinisikan partai politik sebagai sebuah kelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil. Negara demokrasi biasanya dibangun melalui sistem kepartaian. 4 Pembuatan keputusan negara hanya mungkin dilakukan secara teratur melalui pengorganisasian secara melembaga berdasarkan tujuantujuan kenegaraan, yaitu oleh partai politik. Tugas partai politik adalah menghimpun, menyalurkan, dan menata aspirasi rakyat untuk kemudian dijadikan kebijakan publik (public policy) yang lebih sistematis dan terstruktur. Partai politik berfungsi sebagai struktur antara rakyat (civil society) dengan negara (state). Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa demokrasi tidak dapat berjalan tanpa adanya partai politik. 5 Partai politik menjalankan peran penghubung yang strategis antara proses kenegaraan dengan warga negara. Bahkan 3 Dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 404. 4 Harold J. Laski, dalam Muchammad Ali Safa at, Pembubaran Partai Politik, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011, hlm. 3. 5 Jimly Asshiddiqie, dalam Muchamad Ali Safa at, Pembubaran Partai Politik, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011, hlm. ix. Schattscheider, 6 mengatakan bahwa political parties created democracy (partai politik yang membentuk demokrasi), dan bukan sebaliknya. Selaras dengan Locke dan Rousseau, menyampaikan kecenderungan berorganisasi (berserikat) ini timbul untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang sama dari individu-individu untuk mencapai tujuan bersama berdasarkan persamaan pikiran dan hati nurani. 7 Kemerdekaan berserikat semakin penting karena terkait dengan diakuinya hak-hak politik seperti hak memilih (the right to vote), hak berorganisasi (the right of association), hak atas kebebasan berbicara (the right of free speech), dan hak persamaan politik (the right to political equality). 8 Indonesia sebagai negara yang lahir dari penjajahan yang telah berlangsung berabad-abad menjadikan demokrasi sebagai salah satu prinsip ketatanegaraannya. Karakteristik dari demokrasi tersebut dapat kita lihat secara terbuka melalui pembukaan UUD 1945 9 dan beberapa pasal UUD 1945 10. Pristiwa 6 Dalam Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, 2008, hlm. 710. 7 Dalam Muchamad Ali Safa at, Pembubaran Partai Politik; Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politik Dalam Pergulatan Republik, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011, hlm. 14. 8 Muchammad Ali Safa at, Pembubaran Partai Politik, hlm. 5. 9 maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, 10 Pasal 1 ayat (2), Pasal 2 Tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Pasal 4 Tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara, Pasal 19 161

amandemen konstitusi atau pertukaran rezim dan pemimpin nasional tidak pernah menggeser prinsip demokrasi yang dibuat para founding father. Perjalanan partai politik dalam ketatanegaraan Indonesia telah menempuh jalan yang panjang terutamanya terkait hubungan negara dengan rakyat. Realitas perpolitikan menunjukan terjadi tarik menarik terutama terkait pemenuhan, perlindungan dan pembatasan hak dasar warganegara oleh negara. Maka tidak salah bila setiap rezim kekuasaan baik orde lama, orde baru dan orde reformasi keberadaan partai politik selalu memberikan warna dalam dinamika ketatanegaraan Indonesia. II. Pembahasan Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Oleh karenanya, hampir semua pengertian yang diberikan untuk istilah demokrasi selalu memberikan posisi penting bagi rakyat. Menurut Deliar Noer, 11 demokrasi adalah dasar hidup bernegara, dimana pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat. Tentang Dewan Perwakilan Rakyat, Pasal 24 Tentang Kekuasaan Kehakiman. 11 Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta, Rajawali, 1983, hlm. 207. Perkembangan demokrasi disetiap negara mengalami peningkatan, disebabkan oleh dua hal: 12 Pertama, semua negara menjadikan demokrasi sebagai asasnya yang fundamental meskipun peranan kepada negara dan masyarakat hidup dalam porsi yang berbeda-beda. Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai organisasi tertinggi. Pandangan ini selaras dengan argumen bahwa ada kontrak sosial antara negara dengan rakyat. Kontrak sosial merupakan dunia dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam (nature) yang mengandung prinsipprinsip keadilan yang universal, dalam arti berlaku untuk semua golongan. Hukum ini dinamakan hukum alam. 13 Sebagaimana diungkapkan Hans Kelsen bahwa rakyat akan menaati pemerintah raja asal hak-hak alam itu terjamin. 14 Orde Lama Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Diawal kemerdekaan kekuasaan mutlat ada ditangan Presiden, pada tanggal 16 Oktober 1945, KNIP mengusulkan agar 12 Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2000, hlm. 18. 13 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta, Prenada Media Group, 2010, hlm. 145. 14 Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung, Nusa Media, 2011, hlm. 10. 162

komite tersebut diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan garis-garis besar haluan negara dan mendesak pemerintah supaya menyetujui usulan tersebut. Kemudian Wakil Presiden, Muhammad Hatta mengeluarkan Maklumat Nomor X tahun 1945. 15 Konsekuensinya kekuasaan Presiden berkurang, karena maklumat tersebut memuat sistem pertanggung jawaban dalam pemerintahan dari dewan menteri kepada parlemen yang dalam hal ini adalah KNPI. Presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan, namun hanya sebagai kepala negara. 16 Selain itu ada Maklumat Wakil Presiden tanggal 3 November 1945 yang berisi pemberian kesempatan kepada rakyat seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik dalam sistem multipartai. Maklumat tersebut menghendaki 2 hal. 17 Pertama, Pemerintah menyukai timbulnya partai politik karena dengan partai-partai politik itulah dapat dipimpin ke jalan yang teratur segala aliran yang ada dalam masyarakat. Kedua, pemerintah berharap supaya partai-partai politik telah tersusun sebelum dilangsungkannya pemilihan anggota 15 Maklumat ini memuat diktum sebagai berikut Bahwa Komite Nasional Pusat, sebelum terbentuk Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat diserahi kekuasaan legislatif dan menetapkan garis-garis besar haluan negara, serta menyetujui bahwa pekerjaan Komite Nasional Pusat seharihari berhubung dengan gentingnya keadaan dijalankan oleh sebuah badan pekerja yang dipilih diantara mereka dan yang bertanggung jawab kepada Komite Nasional Pusat. 16 Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi, hlm. 47. 17 Ibid, hlm. 48. badan-badan perwakilan rakyat pada bulan Januari 1946. Atas maklumat tersebut, secara bergilir berdirilah partai-partai politik yang berjumlah sepuluh, yaitu Majelis Syuro Muslimin (Masyumi), Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Buruh Indonesia (PBI), Partai Rakyat Jelata, Partai Kristen Indonesia, Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Rakyat Sosialis (PRS), Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI), Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia (Permai), dan Partai Nasional Indonesia. 18 Kemudian pemerintah mengeluarkan Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 berisi tentang rencana pemilihan umum untuk memberikan porsi yang besar kepada rakyat melalui wakilwakilnya dalam menjalankan politik pemerintah dan menentukan haluan negara serta berisi anjuran untuk membentuk partai-partai politik oleh rakyat. Bagian dari Maklumat tersebut berisi sebagai berikut: Tindakan-tindakan demokratis yang lain segera harus dijalankan ialah mengadakan pemilihan umum, supaya wakil-wakil rakyat yang terpilih dengan merdeka dapat mengambil bagian yang tepat dalam menjalankan politik pemerintah dan menentukan hukum negara. Dengan kesempatan pemilihan umum ini, maka habislah dengan sendirinya pekerjaan Badan Pekerja sekarang, yang baru-baru ini disusun, yang buat sementara waktu menjalankan pekerjaan permusyawaratan rakyat dan dewan pembentuk undangundang. Untuk mendorong dan memajukan tumbuhnya pikiranpikiran politik, maka pemerintah 18 Republika Indonesia, 30 Tahun Indonesia Merdeka, dalam Mahfud MD, Politik Hukum, hlm. 51. 163

Republik Indonesia menganjurkan kepada rakyat untuk mendirikan partai-partai guna mewakili segala pikiran politik negara. 19 Sehingga dari awal kemerdekaan sampai dengan tahun 1959 Indonesia pada odrde liberal dimana partai-partai melalui parlemen benar-benar menguasai kedudukan pemerintah. Dengan keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa pada waktu itu pola hubungan antara parlemen dengan pemerintah merupakan bureau-nomia 20 atau dalam istilah lain zaman pemerintahan partai-partai. Arbi Sanit, 21 mengungkpakan selama Indonesia merdeka (tepatnya pada masa demokrasi liberal) tak kurang dari 25 kabinet yang telah memerintah Indonesia. Dari angka tersebut hanya 7 kabinet yang berhasil memerintah selama 12-23 bulan, 12 kabinet berumur antara 6 sampai 11 bulan, dan 6 kabinet hanya mampu bertahan 1 sampai 4 bulan. Keadaan seperti inilah yang menjadi faktor terbesar dari ketidak stabilan politik. Faham demokrasi liberal yang dianut samapai tahun 1959, dianggap menjadi penyebab instabilitas politik yang disertai dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi. Keadaan seperti inilah yang mendorong Soekarno untuk melakukan restrukturisasi politik melalui demokrasi terpimpin. Ketidakmampuan partai politik yang berjumlah banyak untuk membendung percecokan antar 19 Dalam Mahfud MD, Konstitusi dan Demokrasi, hlm. 47. 20 Artinya kekuatan non birokrasi lebih determinan dari pada kekuatan birokrasi. 21 Dalam Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 1993, hlm. 113. sesama mereka yang pada akhirnya menimbulkan instabilitas politik, serta keinginan Soekarno untuk memainkan peranan yang lebih besar dan berarti dalam politik. Demokrasi terpimpin ditandai dengan lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengatur tentang pembubaran konstituante, pemberlakuan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS, pembentukan MPRS yang terdiri dari anggota DPR ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, serta pembentukan DPAS yang akan diselenggarakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 22 Dampak keluarnya dekrit Presiden adalah berakhirnya sistem parlementarian kepada presidensialisme, serta berakhirnya liberalisme politik kepada otoritarian. Peraturan Presiden No.7/1959, diarahkan pada penyederhanaan sistem partai dengan mengurangi jumlah partai politik yang ada. Pada fase ini terjadi hegemoni kekuasaan (melalui partai politik) karena hanya partai-partai yang dekat dengan Soekarno saja yang dapat terus eksis. Partai-partai yang tidak memiliki kedekatan dengan Soekarno dibubarkan dengan Dekrit Presiden dan peraturan perundang-undangan lain sebagai landasannya. Orde Baru Tampilnya orde baru telah menggeser sistem politik Indonesia dari titik ekstrem otoriter ke sistem demokrasi liberal. Pada mulanya orde baru tampil ke pentas politik 22 Ridwan Saidi, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Sirkulasi Power di Indonesia, Jakarta, Badan Pemberdayaan Budaya Betawi, 2009, hlm. 34. 164

dengan demokrasi yang berlanggam libertarian dibidang politik dan berusaha memberikan kepuasan ekonomi masyarakat dimana ketika itu terjadi inflasi perekonomian yang luar biasa salah satunya mata uang yang beredar banyak namun ketersedian barang sedikit. Rezim orde baru menjadikan masalah mengatasi disintegrasi sebagai sasaran pertama dan utama agar dapat menata dengan baik perekonomian yang buruk. Deliar Noer mengatakan program pembangunan itu adalah juga merupakan program yang bersifat politik. 23 Strategi kedua adalah penataan organisasi politik dengan alasan selama orde lama gangguan pada integrasi nasional banyak dilatar belakangi oleh terlalu bervariasinya organisasi politik yang pada umumnya mewadahi kepentingankepentingan atau latar belakang primordial yang berbeda dan saling memperebutkan dominasi dalam melaksanakan kepentingan bersama. Keberadaan Sekretariat bersama Golkar yang dulunya pernah dipakai untuk mengimbangi kekuatan PKI dan kemudian berubah menjadi Golkar sebagai partainya pemerintah. Melalui Peraturan Menteri No.12 Tahun 1969, semua pegawai negeri sipil, dan penugasan perwira militer sebagai pengelola cabangcabang lokal Sekber Golkar diseluruh negeri dan menjadikan pengaruh organisasi tersebar secara efektif ke dalam masyarakat dan pelosok negeri. Langkah politik seperti ini dikenal dengan politik monoloyalitas, 24 dan terbukti berhasil membawa Golkar memenangi pemilu 1971. Faktanya Golkar berhasil sebagai peraih kursi terbanyak, yakni dengan 236 kursi dari 360 kursi yang diperebutkan dalam pemilu. Sebelum pemilu tahun 1971, rezim orde baru melalui Presiden Suharto mengumumkan agar dilakukan pengelompokan partaipartai sehingga organisasi politik yang ada dapat diciutkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok nasionalis, kelompok spiritual, dan golongan karya. Kebijakan tersebut mendapat dukungan partai politik, dengan bergabungnya NU, Parmusi, PSII, dan Perti kedalam Golongan Spiritual. Partai PNI, IPKI, Murba, Parkindo, dan Partai Katolik kedalam Golongan Nasionalis. Dan Golkar tetap menjadi golongan tersendiri. Pengelompokan ini kemudian berlanjut pada pembentukan fraksifraksi di DPR hasil pemilu 1971 yang kemudian yaitu fraksi golongan spiritual, fraksi golongan nasional, fraksi golongan karya, dan fraksi ABRI. Dua tahun kemudian, lahir Undang-Undang No. 3 Tahun 1975 tentang Partai Politik dan Golongan Karya yang akan berlaga dalam pemilu 1977. Semenjak lahirnya undang-undang tersebut sampai runtuhnya rezim orde baru tepatnya tanggal 21 Mei 1998, keberadaan undang-undang tersebut dijadikan landasan pelaksanaan pemilu di Indonesia. 23 Deliar Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, Jakarta, LP3ES, 1986, hlm. 86. 24 Sigit Pamungkas, Partai Politik; Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta, Institute for Democracy and Welfarism, 2011, hlm. 154. 165

Orde Reformasi Pada masa ini partai politik muncul sebagai ekspresi kebebasan dan protes sekaligus kehendak rakyat untuk berpartisipasi secara lebih luas dalam kehidupan politik sebagai akibat dari pengekangan kehidupan politik selama orde baru. Terdapat dua hal penting dalam era ini. Pertama, diterbitkannya Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik, dan kedua adanya amandemen UUD 1945 yang paling berkontribusi dalam menata dan mengarahkan konsolidasi demokrasi di Indonesia. Undang-Undang No.2 Tahun 1999 tentang Partai Politik yang telah memberikan ruang yang begitu luas, karena para elit politik pada waktu itu berpendapat bahwa partai politik merupakan sarana yang sangat penting, sebagai perwujudan sarana berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pikiran dalam mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 25 Keberadaan undang-undang tersebut mendorong munculnya partai politik, baik dari segi jumlah maupun warna politik. Pasca dikeluarkannya regulasi ini, terdapat 141 Partai Politik yang terdaftar di Departemen Kehakiman, dan sebanyak 48 partai politik yang layak untuk mengikuti pemilu. 26 Pada rezim orde reformasi kini, partai politik seperti jamur di musim hujan. Jika pada periode sebelumnya 25 Hal ini secara jelas dapat dilihat dalam dasar pertimbangan Undang-Undang No.2 Tahun 1999 Tentang Partai Politik. 26 Suryakusuma dkk, Almanak Parpol Indonesia Pemilu 1999, Jakarta, 1999, hlm. 156. partai politik hanya menjadi alat pembenar pemerintah dalam melakukan sebuah kebijakan penting negara, maka pada periode ini partai politik dapat berperan langsung dalam pembuatan kebijakan penting negara tersebut. Hal ini tentu saja disebabkan oleh arus demokrasi yang besar dari seluruh elemen rakyat Indonesia, dalam hal perbaikan sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia. Kedudukan partai politik yang besar pasca reformasi, ternyata tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas dari partai politik tersebut. Berdasarkan hasil survey 27, kepercayaan publik terhadap partai politik sangatlah rendah. Publik banyak yang sudah kecewa dengan kinerja partai saat ini, karena yang lebih nampak kepermukaan hanyalah sisi buruk partai saja, yakni hanya sebagai alat untuk mencapai kekuasaan dan kemudian menguasai sumber daya alam serta melakukan korupsi terhadap keuangan negara. Dari beberapa rezim partai politik justru elah memberikan warna, corak dan karakter hubungan partai politik dengan rakyat dan negara yang pada akhirnya akan menemukan model yang pas terhadap penyelenggaraan Negara 27 Peneliti Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Sunny Tanuwidjaja, pada hari Jum at tanggal 16 Februari 2012 mengatakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap partai politik saat ini sangatlah rendah. Sunny menyatakan hanya 22,4% responden menilai partai politik memiliki kinerja yang baik. Sisanya menilai sebaliknya. Dukungan terhadap partai politik menurun dibandingkan dengan pemilu 2009. Orangorang yang di tahun 2009 lalu memilih partai politik tertentu, kini berbalik untuk tidak mendukungnya, dan praktis mereke tidak mendukung terhadap salah satu partai yang ada. 166

Kesatuan Republik Indonesia yang disebut dengan Demokrasi Pancasila. III. Penutup Perkembangan partai politik didalam sebuah rezim selalu mengkuti dinamika ketatanegaraan yang nantinya akan menunjukkan kehendak demokrasi yang dianut. Pada saat orde lama, perkembangan partai politik hampir didominasi kepada hal negatif, karena dinamika demokrasi yang terjadi pada waktu itu mengarah kepada langgam otoritarian. Sama seperti orde lama, pada masa orde baru dinamika ketatanegaraan yang terjadi juga dikonsepkan untuk berwatak otoriter, sehingga hak-hak politik masyarakat, termasuk di dalamnya kedudukan partai politik diperlemah sedemikian rupa, bahkan cenderung hanya menjadi legitimasi bagi kebijakan pemerintah. Barulah setelah reformasi, yang ditandai dengan perbaikan sistem demokrasi, perkembangan partai politik mengarah kepada hal yang positif, yakni kedudukannya yang begitu besar dalam pemerintahan. Daftar Pustaka Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006, Suyatno, Menjelajahi Demokrasi, Bandung, Humaniora, 2008. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008. Muchammad Ali Safa at, Pembubaran Partai Politik, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 2011. Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Jakarta, Bhuana Ilmu Populer, 2008. Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik, Jakarta, Rajawali, 1983 Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2000. Achmad Ali, Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Jakarta, Prenada Media Group, 2010. Hans Kelsen, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, Bandung, Nusa Media, 2011. Rusli Karim, Perjalanan Partai Politik di Indonesia, Jakarta, Rajagrafindo Persada, 1993. Ridwan Saidi, Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Sirkulasi Power di Indonesia, Jakarta, Badan Pemberdayaan Budaya Betawi, 2009. Deliar Noer, Perkembangan Demokrasi Kita, Jakarta, LP3ES, 1986. Sigit Pamungkas, Partai Politik; Teori dan Praktik di Indonesia, Yogyakarta, Institute for Democracy and Welfarism, 2011. Suryakusuma dkk, Almanak Parpol Indonesia Pemilu 1999, Jakarta, 1999. 167