Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang Amanda Rusyda Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang ABSTRAK Petugas kebersihan setiap harinya bekerja dengan kondisi lingkungan kerja yang tidak sehat. Banyak petugas kebersihan yang kurang menjaga kebersihan diri dan tidak memakai APD saat bekerja yang dapat menimbulkan resiko penyebaran berbagai macam penyakit sangat tinggi. Hal ini menyebabkan peneliti mengambil kasus ini untuk di teliti. Perilaku hidup sehat yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya meliputi tindakan mencegah penyakit, kebersihan perorangan, samitasi. Tujuan dari penlitian adalah mengetahui Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif survei yang dilakukan dengan instrumen kuesioner dan observasi. Subjek penelitian ini adalah 37 petugas kebersihan yang hadir saat pengambilan data pada bulan Februari-Maret 2016. Hasil penelitian perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan 65% cukup, sikap 51% negatif, tindakan 40% cukup. berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dianalaisi bahwa perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit pada petugas kebersihan secara keseluruhan 62,2% cukup. Untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang lebih baik dari petugas kebersihan diaharapkan adanya sarana prasarana yang menunjang kesehatan dan bekerja sama dengan petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan dan pengecekan kesehatan secara berkala. Kata Kunci : Perilaku Hidup sehat, Mencegah Penyakit, Petugas Kebersihan Pendahuluan Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya mencakup: makan makanan yang seimbang dan pola makan sehat, olahraga yang teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, istirahat yang cukup, mengendalikan setres, kebersihan perorangan, sanitasi dan sebagainya (Fitriani, 2011). Petugas kebersihan adalah orang yang melakukan pekerjaan pengumpulan, pengangkutan, pembuangan dari sampah yang sangat beresiko tinggi mengalami masalah kesehatan karena setiap hari kontak dengan berbagai kotoran sehingga mudah terserang penyakit menular maupun tidak menular. Petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah dan mengirimnya ke tempat pembuangan sampah besar adalah orang-orang yang beresiko tinggi terinfeksi penyakit berbahaya dari sampah-sampah yang mereka tangani. Sampah-sampah yang mengandung kuman bakteri dan virus selalu mengintai mereka dan siap menerkam kepada siapa saja yang lengah (Munif, 2014). Risiko yang paling dekat dengan petugas kebersihan adalah kemungkinan terjangkitnya penyakit akibat sampah seperti kolera, diare dan tifus, penyakit jamur kulit (gatal-gatal), penyakit cacingan. penyakit
tersebut disebabkan karena kontak langsung dengan sampah serta tidak memperhatikan kebersihan diri (Windiana, 2009). Kebersihan diri sangat penting dan harus diperhatikan pada petugas kebersihan untuk mencegah penyakit yang diakibatkan dari sampah-sampah yang kontak setiap harinya dengan petugas kebersihan. Dampak yang terjadi akibat kurangnya kebersihan diri ialah gangguan fisik seperti gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, diare, kecacingan, sakit gigi dan gangguan fisik pada kuku (Tarwoto, 2011, dalam Damanik, dkk 2013). Petugas kebersihan setiap hari tubuhnya berhubungan dengan mikroba pathogen dan memiliki resiko tinggi terhadap terserang penyakit. Jam kerja petugas kebersihan dimulai dari jam 05.00 sampai dengan jam 12.30. Pola makan sehat dapat mempertahankan kesehatan dan membantu penyembuhan penyakit. Banyak penyakit yang timbul karena pola makan yang salah atau tidak sehat diantaranya diabetes melitus, hiperkolestrolemia, penyakit kanker, pernyakit arteri koroner, sirosis, osteoporosis dan beberapa penyakit kardiovaskular (Lubis, 2015). Jika petugas kebersihan yang setiap hari berpaparan dengan kotoran tidak berperilaku hidup sehat dengan cara meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit, maka akan memberikan pengaruh negatif terhadap kesehatannya, baik itu penyakit infeksi, penyakit kulit, penyakit menular dan lain-lain. Seseorang dapat mencegah penyakit dengan mengubah perilaku atau pola hidup yang tidak sehat menjadi sehat (Notoatmodjo, 2007). Pencegahan berarti mengadakan inhibisi terhadap perkembangan suatu penyakit sebelum penyakit itu terjadi (Mubarak, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan pada hari Minggu tanggal 1 November 2015 di 2 TPS yaitu TPS Danau Bratan dan TPS Terusan Sulfat di Kota Malang, diketahui bahwa petugas kebersihan saat berada ditempat kerja tidak menggunakan sarung tangan saat bekerja, tidak menggunakan APD yang telah difasilitasi oleh DKP dan tidak mencuci tangan setelah kontak dengan sampah. Kebiasaan yang tidak sesuai dengan perilaku hidup sehat pada petugas kebersihan didukung dengan kondisi lingkungan kerja yang bertolak belakang dengan konsep kesehatan dan pentingnya dalam pencegahan penyakit, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit pada petugas kebersihan di TPS Kecamatan Kedungkandang Malang. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui gambaran perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit pada petugas kebersihan di TPS Kecamatan Kedungkandang Malang. Metode Penelitian a. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif survey yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoadmojo,2005). b. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian yang diambil adalah petugas kebersihan di TPS Kecamatan Kedungkandang Malang. Sampelnya adalah 37 petugas kebersihan yang ada di TPS Terusan Sulfat dan TPS Danau Bratan Kecamatan Kedungkandang Malang. c. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner dan observasi. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan menggunakan pilihan berganda (multiple choise). Lembar observasi yang digunakan yaitu observasi terstruktur dengan check list. d. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di TPS Danau Bratan dan TPS Terusan Sulfat Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016. e. Pengolahan Data dan Analisis Data Data yang terkumpul pada saat tahap pengumpulan data akan diolah secara manual. Data akan dianalisis melalui Editing, Coding, Processing, Cleanning. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan hasil survei pada 37 responden didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden mempunyai tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 41% atau 15 responden, sedangkan minoritas responden mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 13% atau 5 responden. Berdasarkan hasil survei pada 37 responden didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden mempunyai pendapatan perbulan sebesar <500.000 sebanyak 67% atau 25 responden, sedangkan minoritas responden mempunyai pendapatan sebesar 500.000-1.500.000 sebanyak 11% atau 4 responden. Berdasarkan hasil survey pada 37 responden didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden telah lama bekerja selama >3 tahun sebanyak 86% atau 32 responden, sedangkan minoritas responden telah lama bekerja selama <1 tahun sebanyak 3% atau 1 responden. Berdasarkan hasil survey pada 37 responden didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden tidak pernah mengalami masalah kesehatan sebanyak 70% atau 26 responden, sedangkan minoritas responden pernah mengalami masalah kesehatan sebanyak 30% atau 11 responden. Kebanyakan responden yang mengalami masalah kesehatan meliputi gangguan pencernaan dan gatal pada kulit. Berdasarkan hasil survey pada 37 responden didapatkan hasil bahwa kurang dari setengah responden tidak pernah mendapat informasi tentang kesehatan sebanyak 51% atau 19 responden, sedangkan minoritas responden pernah mendapat informasi tentang kesehatan sebanyak 49% atau 18 responden.
Sumber informasi yang didapat dari responden sebagian besar atau mayoritas diperoleh dari petugas kesehatan sebanyak 78% atau 14 responden. b. Pembahasan - Pengetahuan Hasil penelitian tingkat pengetahuan petugas kebersihan dalam mencegah penyakit, pola makan sehat dan kebersihan diri menunjukkan 65% responden memiliki pengetahuan cukup. Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor diantaranya umur, tingkat pendidikan, dan pernah tidaknya mendapat informasi tentang kesehatan. Berdasarkan hasil survey sebanyak 41,7% responden yang memiliki pengetahuan cukup berumur 36-45 tahun dengan tingkat pendidikan terbanyak SMP sebesar 41% yang 93,3% memiliki pengetahuan yang cukup. Sebanyak 13% respoden yang berpendidian terakhir SMA. Responden yang berpendidikan terakhir SDTT sebanyak 16% memiliki, sebanyak 30% responden berpendidikan terakhir SD. Dari hasil survey, didapatkan sebanyak 51% responden tidak pernah mendapat informasi tentang kesehatan. Sebanyak 49% responden yang pernah mendapatkan informasi kesehatan melalui petugas kesehatan sebanyak 78%. Dari responden yang pernah mendapat informasi kesehatan sebanyak 52,6% memiliki pengetahuan yang cukup. Berdasarkan uraian diatas didapatkan bahwa pengetahuan petugas kebersihan yang cukup dikarenakan tingkat pendidikan petugas kebersihan yang sebagian besar berpendidikan SMP. Hal ini terbukti dengan kenyataan dilapangan, dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa responden terbanyak yang berpendidikan terakhir SMP memiliki pengetahuan yang cukup. Sedangkan responden yang berpendidikan terakhir SD dan SDTT ada yang memiliki pengetahuan yang baik, sedangkan responden yang berpendidikan terakhir SMA memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh persepsi petugas kebersihan, kondisi lingkungan sekitar dan minat petugas kebersihan dalam mendapatkan informasi tentang kesehatan. Pada sebagian responden yang pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan mengatakan bahwa mereka mendapatkan informasi saat berkunjung ke puskesmas, RS dan posyandu dari leaflet, poster dan konsultasi mengenai kesehatan. Mereka masih belum jelas mengenai informasi tentang kesehatan karena informasi yang didapat bukan dari penyuluhan. Mereka hanya sekedar membaca tanpa bisa bertanya mana saja yang kurang jelas. Dengan memiliki pengetahuan yang baik, seseorang dapat mengetahui berbagai hal. Seseorang yang awalnya tidak tahu melakukan suatu hal, dibuat tahu bagaimana untuk melakukan hal. Dan dengan memiliki pengetahuan yang baik, seseorang dapat melakukan berbagai hal secara terstruktur dan benar (Firmansyah, 2012). Apabila petugas kebersihan memiliki pengetahuan yang baik, maka dapat diharapkan dalam bersikap dan berperilaku untuk mencegah penyakit menjadi sesuatu yang positif dan baik yang nantinya akan berpengaruh terhadap peningkatan derajat kesehatan. - Sikap Hasil penelitian tentang sikap responden tentang mencegah penyakit dengan pola makan sehat dan kebersihan diri yang dilakukan kepada 37 responden didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap kurang, yakni sebanyak 62,2%. Lebih dari setengah responden yang memiliki sikap kurang bisa dihubungkan dengan data umum yang ada meliputi pengetahuan,
pendidikan, serta tingkat sosial ekonomi, pengalaman. Pada penelitian ini ditemukan 43,5% responden yang pendidikan terakhir SMP mempunyai sikap kurang. Hasil temuan yang lain adalah didapatkan sebanyak 54,1% responden memiliki pengetahuan yang cukup dan sebanyak 84,2% responden telah bekerja selama lebih dari 3 tahun atau kurang dari 3 tahun dan sebanyak 64,5% dari responden tersebut mempunyai sikap kurang. Berdasarkan hasil survey, sikap responden terhadap pencegahan penyakit melalui pola makan sehat dinilai lebih baik daripada sikap responden terhadap kebersihan diri. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden menunjukkan nilai tertinggi jawaban dari seluruh responden pada sikap pola makan sehat. Hasil survey diatas dapat dilihat bahwa sikap responden yang kurang dipengaruhi data umum yang ada meliputi pengetahuan, pendidikan dan pendapatan. Pengetahuan responden yang cukup salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Responden yang memilik sikap kurang 43,5% berpendidikan terakhir SMP. Akan tetapi pengetahuan tidak hanya bisa didapatkan di sekolah atau pendidikan formal, melainkan juga didapat dari lingkungan sosial yang nantinya akan membentuk sebuah pengalaman yang dapat mempengaruhi sikap seseorang. Responden yang memiliki sikap kurang berpenghasilan <500.000 sebanyak 64,5%. Pendapatan dapat mempengaruhi sikap seseorang. Karena seseorang yang mempunyai pendapatan rendah relatif sulit memenuhi kebutuhan. Dalam mencukupi kebutuhan juga tergantung dari harga kebutuhan (Mulyana, 2011). Dapat diidentifikasikan bahwa sikap yang dimiliki responden yang mayoritas kurang ini muncul karena pengalaman setiap individu berbeda, dan kurangnya informasi melalui media massa ataupun lingkungan tentang kesehatan, sehingga akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Sikap baik juga diharapkan dapat meningktkan derajat kesehatan dan menunjang untuk melakukan tindakan mencegah penyakit dengan pola makan sehat dan kebersihan diri. - Tindakan Hasil penelitian mengenai tindakan responden dalam mencegah penyakit dengan pola makan sehat dan kebersihan diri didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan cukup, yakni sebanyak 40% atau 15 responden. Hal ini didukung pengetahuan responden yang sebagian besar (73,3%) cukup dan sikap responden yang mayoritas bersikap negatif yaitu 66,7%. Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau situasi yang memungkinkan antara lain fasilitas. Faktor pendukung yang ditemukan dalam penelitian ini, antara lain: sebanyak 54,5% responden berpendidikan SMP, lebih dari setengah sebanyak 81,8% responden tidak pernah mendapat masalah kesehatan. sebanyak 63,6% responden pernah mendapat informasi memiliki tindakan baik. Menurut hasil survey diatas dapat dilihat bahwa tindakan responden yang sebagian besar cukup dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap responden yang cukup dan tidak baik lebih banyak daripada yang baik. Pengetahuan dan sikap merupakan dasar seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Hal ini dicerminkan dengan perilaku yang muncul saat pengisian kuesioner. Pada saat peneliti membagi lembar kuesioner, peneliti juga menyuguhkan kue basah beserta antiseptik untuk responden. Setelah mengisi kuesioner, responden diwajibkan untuk mengambil makanan yang disuguhkan
peneliti dan peneliti menganjurkan untuk menggunakan antiseptik. Akan tetapi sebagian responden tidak menghiraukan, langsung mengambil dan memakan kue basah yang disuguhkan oleh peneliti. Begitu juga yang dilakukan ketika sarapan dengan bekal yang dibawa oleh responden. Peneliti juga melihat menu makanan yang dibawa oleh responden kebanyakan tidak menggunakan sayur dan peneliti bertanya tentang konsumsi buah, responden menjawab jarang mengkonsumsi alasannya lebih baik untuk biaya sehari-hari daripada untuk membeli buah.responden juga tidak menggunakan APD yang lengkap ketika bekerja. Setelah bekerja, beberapa responden pulang dengan baju lain bukan baju kerja. Selain itu pendapatan juga berpengaruh terhadap tindakan yang akan dilakukan seseorang. Responden yang memiliki tindakan cukup sebanyak 53,3% berpendapatan <500.000/bln. Pendapatan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Dalam hal ini diharapkan bagi petugas kebersihan untuk memilih tindakan yang sesuai untuk pencegahan penyakit yang salah satunya dengan pola makan sehatdan kebersihan diri. Melakukan sesuai dengan cara yang benar. Apabila dibiasakan untuk melakukan tindakan yang baik, maka terjadi mekanisme dan melakukan sesuatu secara otomatis yang lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Dan diharapkan petugas kebersihan dapat terbiasa melakukan pencegahan penyakit yang bertujuan untuk menigkatkan derajat kesehatan. Simpulan dan Saran a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian gambaran perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit pada petugas kebersihan di TPS Danau Bratan dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang didapatkan kesimpulan sebagai berikut: Gambaran perilaku hidup sehat dalam mencegah penyakit pada petugas kebersihan di TPS Danau Bratan dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang yang dilakukan kepada 37 responden dikategorikan cukup, lebih dari setengah (62,2%) perilaku cukup dan sebagian kecil (37,8%) perilaku baik. Hal ini dapat diketahui dari tiga domain perilaku, yaitu: 1. Tingkat pengetahuan petugas kebersihan dalam mencegah penyakit sebagian besar dikategorikan cukup (65%) dan sebagian kecil dikategorikan baik (8%). 2. Sikap terhadap petugas kebersihan dalam mencegah penyakit sebagian besar (51%) dikategorikan negatif. 3. Tindakan terhadap perilaku petugas kebersihan dalam mencegah penyakit sebagian besar (40%) dikategorikan cukup. b. Saran Berdasarkan kesimpulan yang disebutkan, maka saran yang bisa diberikan adalah: bagi Dinas Kebersihan untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang kesehatan dan bekerjasama dengan petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan tentang cara pencegahan penyakit.
Daftar Pustaka DKP Malang Kota. Profil Unit Kerja Bidang Kebersihan,, (Online), (http://dkp.malangkota.go.id/profil/unit-kerja/bidang-kebersihan/), diakses 8 Desember 2015. Entjang. I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Fitriani. S. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mubarak. I. W. 2009. Sosiologi untuk Keperawatan: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi; Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatn. Yogyakarta: GrahaIlmu. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.