BAB I PENDAHULUAN. RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah. air(permen PU No.5 Tahun, 2008).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bengawan Solo :

RUANG TERBUKA HIJAU DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO. (Restorasi Bandar Bengawan Solo)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lahan terbangun yang secara ekonomi lebih memiliki nilai. yang bermanfaat untuk kesehatan (Joga dan Ismaun, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERENCANAAN RUANG TERBUKA NON HIJAU DI KOTA TIDORE KEPULAUAN DENGAN METODE PARTICIPATORY PLANNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diangkat dalam penulisan Dasar Pemrograman Perencanaan dan. Perancangan Arsitektur (DP3A) yaitu BENGAWAN SOLO RESTO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

4/12/2009. Water Related Problems?

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Arahan Optimalisasi RTH Publik Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi dan Analisis Kondisi Bantaran

RENCANA STRATEGIS DINAS CIPTA KARYA TATA RUANG DAN KEBERSIHAN KABUPATEN GROBOGAN Tahun 2011 sd Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

KOPENG RESORT AND EDUCATION PARK

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 START FROM HERE. A river runs through it yang artinya sebuah sungai mengalir melewati,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan menjelaskan kerangka awal dan tahapan pelaporan pelaksanaan penelitian untuk memberikan gambaran mengenai apa dan

ANALISIS KEBERHASILAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA GORONTALO

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

terendam akibat dari naiknya muka air laut/rob akibat dari penurunan muka air tanah.

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

REVITALISASI TAMAN BALEKAMBANG SEBAGAI TEMPAT REKREASI DI SURAKARTA

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Rumah Susun Sewa Di Kawasan Tanah Mas Semarang Penekanan Desain Green Architecture

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

Perhitungan Ruang Terbuka Hijau Perkotaan Jenis Publik (Studi Kasus : Kota Surakarta)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

Batu menuju KOTA IDEAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

Indikator Konten Kuesioner

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

lebih dahulu pengertian atau definisi dari masing-masing komponen kata yang digunakan dalam menyusun judul tersebut :

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tingkat Kebutuhan Hunian dan Kepadatan Penduduk Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Judul RTH :Ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air(permen PU No.5 Tahun, 2008). Sungai : Sebagian besar air hujan yang turun ke permukaan tanah, mengalir ke tempat- tempat yang lebih rendahdan setelah mengalami bermacam-macam perlawanan akibat gaya berat, akhirnya melimpah ke danau atau kelaut. Suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan disebut alur sungai. Bagian yang senantiasa tersentuh aliran air ini disebut alur sungai. Dan perpaduan antara alur sungai dan aliran air di dalamnya disebut sungai(yusuf Gayo 1994) Bengawan Solo : Sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Kidul, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. "Bengawan" dalam bahasa Jawa berarti "sungai yang besar". Di masa lalu, sungai ini pernah dinamakan Wuluyu, Wulayu, dan Semanggi (Wikipedia, Wikipedia 2016) 1

2 Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo adalah pembebasan lahan dari permukiman liar atau permukiman kumuh di sekitar bantaran sungai Bengawan Solo. Bantaran sungai Bengawan Solo banyak di huni oleh permukiman liar atau permukiman kumuh maka program pemerintah kota Surakarta mentertibkan kawasan bantaran tersebut dari permukiman liar atau permukiman kumuh. Program pemerintah tersebut untuk mengfungsikan kawasan Bengawan Solo sebagai Ruang Terbuka Hijau agar memenuhi kriteria Ruang Terbuka Hijau Kota menjadi 30%. 1.2. Latar Belakang Pembangunan tata ruang di daerah seperti yang terjadi di Pemerintahan Kota Surakarta yang juga terkait dengan tingginya alih fungsi lahan, misalkan saja bantaran sungai Bengawan Solo ini yang banyak didirikan bangunan liar. Hal semacam ini menimbulkan dampak yang tentu saja berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan hidup di sekitar area bantaran sungai Bengawan Solo tersebut dan terlihat kumuh serta membahayakan penghuni rumah di bantaran sungai tersebut saat banjr dan fungsi bantaran sungai sebagai resapan air saat banjirpun berkurang. Untuk membangun suatu lingkungan masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan serta mengajak semua pihak bantaran sungai Bengawan Solo berpartisipasi menjaga kawasan bantaran sungai dan sumber daya alam yang ada. Dalam rangka pembangunan Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo dilakukan penanaman bibit tanaman serta produk bak sampah dalam rangka penghijauan (RTH) Ruang Terbuka Hijau guna mendukung

3 pula program Pemerintah Kota Surakarta dalam menjaga bantaran sungai agar tidak banjir kembali saat hujan deras. Kawasan bantaran sungai Bengawan solo ini terdapat urban forest yang dibangun oleh Pemerintah Kota Surakarta namun sekarang terbrngkalai karena terkena banjir dan tidak ada perawatan lagi hingga saat ini. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Ruang terbuka hijau privat, adalah RTH milik institusi tertentu atau orang perseorangan yang pemanfaatannya untuk kalangan terbatas antara lain berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat atau swasta yang ditanami tumbuhan. Ruang terbuka hijau publik, adalah RTH yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum(kirmanto 2008). Kepadatan jumlah penduduk di Kota Solo berdampak pada penurunan ruang terbuka hijau (RTH). Hingga saat ini, luas taman maupun hutan kota masih di bawah 20% dari total luas KotaBengawan. Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Solo Endah Sitaresmi Suryandari mengatakan, sesuai Undang- Undang Nomor 26/ 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan setiap kota wajib memiliki 30% RTH dari total luas wilayah, dengan perincian20% RTHpublikdan10% RTH privat. Hanya saja, di Kota Surakarta, ruang terbuka hijau hanya sekitar 18% akibat tergerus permukiman(wibowo 2015). Dengan demikian Kota Surakarta masih kekurangan RTH, Sehingga agar RTH Kota Surakartamemenuhi undang-undang yang dibutuhkan adalah

4 12% RTH demikian maka Kota Surakarta telah memiliki ruang terbuka hijau sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725). Daerah yang mungkin dapat dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH) tambahan di Kota Surakarta ini ada beberapa opsi yang bisa dikembangkan yaitu: (a). Area pemakaman (b). Area pejalan kaki (pedestrian) (c). Area bantaran sungai dan lainnya Daerah yang akan dikembangkan oleh penulis adalah daerah bantaran Sungai Bengawan Solo di Kota Surakarta ini yang terdiri dari Kelurahan Pucang Sawit yang merupakan salah satu kawasan potensial yang bisa dijadikan kawasan konservasi yang hanya boleh dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau atau sebagai jantung kota dengan merelokasi penduduk yang bermukim di permukiman liar di tanah pemerintah di kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU PR) mendorong Kota Surakarta bebas permukiman kumuh pada tahun 2019. Menurut Pamungkas (2016)Peraturan daerah (perda) mengenai penanggulangan kawasan kumuh tengah dibahas untuk menunjang alokasi dana pemerintah pusat.letak permukiman kumuh di Kota Surakarta ini berada dibeberapa titik salah satunya di bantaran Sungai Bengawan Solo ini terdapat 64 bidang lahan berstatus hak milik (HM) belum kunjung

5 dibebaskan. Pembebasan tanah dan alokasi permukiman kumuh sedang dalam proses untuk menjadikan kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan fungsi ekologis ini penting dilakukan agar dapat mendukung visi pembangunan Kota Surakarta yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan melihat ptensi-potensi yang ada di bantaran Sungai Bengawan Solo dan mengembangkan potensi tersebut agar mendapatkan apresiasi yang layak sehingga mendorong masyarakat yang mandiri dan peduli lingkungan sekitar. Berikut merupakan data statistik Kelurahan Pucang Sawit dan Kelurahan Sewu: Tabel 1.1 Data Statistik Kelurahan Pucang Sawit tahun 2012 (Sumber : http://solokotakita.org/neighborhood/pucang-sawit-2/)

6 Tabel 1.2 Data Statistik Kelurahan Sewu tahun2012 (Sumber : http://solokotakita.org/neighborhood/pucang-sawit-2/) Berikut merupakan pemetaan yang telah dilakukan oleh penulis di kelurahan pucang sawit sebagai berikut: Gambar 1. 1 Kawasan Pemetaan (Sumber : www.googlemaps.com)

7 Berikut adalah jalur track pemetaan yang terbagi menjadi 3 segmen sebagi berikut: Segmen 1 start Segmen 3 Segmen 2 finish Gambar 1. 2 Track Pemetaan (Sumber : dokumen penulis 2016) Berikut adalah jalur pemetaan pada segmen 1 yang disana terdapat warung-warung yang non permanen yang menyediakan minuman kelapa muda dan aneka jajanan namun bangunan itu berdiri di tanah pemerintah. Gambar 1. 3 Pemetaan Segmen 1 (Sumber : dokumen penulis 2016)

8 Berikut adalah Kelurahan Pucang Sawit yang di sana terdapat potensi dari masyarakat itu sendiri yaitu sebagai tukang las yang membuat pagar dan tiang penopang lampu halaman, selain itu masyarakat di sana ada yang membuat suku cadang honda 70. Selain itu di Kelurahan ini terdapat pengolahan air bersih siap minum. Gambar 1. 4 Pemetaan Segmen 2 (Sumber : dokumen penulis 2016) Berikut adalah masih Kelurahan Pucang Sawit yang berbatasan dengan Kelurahan Sewu disana terdapat perkebunan ketela kayu (singkong) yang berada di bantaran sungai yang status tanah milik pemerintah. Daerah perbatasan ini sudah ada pengembangan seperti terdapat taman yang dekat pintu air selain itu juga terdapat produksi batik. Selain itu terdapat pendopo sebagai perkumpulan tepat di bantaran dan ada stasiun pompa banjir.

9 Gambar 1. 5 Pemetaan Segmwn 3 (Sumber : dokumen penulis 2016) Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti dalam hal ini tertarik untuk mengkaji dan meneliti permasalahan tersebut ke dalam penulisan Studio Konsep Perancangan Arsitekturdengan judul Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. 1.4. Perumusan Masalah Bagaimanakah konsep perencanaan dan perancangan arsitektur tentang Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo? 1.5. Tujuan 1.5.1. Menyusun konsep perencanaan tentang Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. 1.5.2. Menyusun perancangan arsitektur tentang Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo.

10 1.6. Saran 1.6.1. Membuat buku kpnsep perencanaan tentang Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. 1.6.2. Membuat gambar perancangan arsitektur tentang Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. 1.7. Lingkup Pembahasan 1.7.1. Lingkup Pembahasan Membatasi permasalahan dalam suatu penelitian merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam suatu rangkaian pelaksanaan penelitian ilmiah guna menghindari terjadinya kekaburan dan penyimpangan terhadap pokok permasalahan juga mengingat akan kemampuan, biaya, tenaga, dan waktu yang relatif kurang pada diri penulis. Oleh sebab itu perlu kiranya penulis membatasi permasalahn yang akan diteliti yaitu di Kelurahan Pucang Sawit dan Kelurahan Sewu. 1.7.2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai berikut :

11 Gambar 1. 1 Lokasi Penelitian (Sumber : dokumen penulis 2016) 1.8. Metode Pembahasan Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan ini adalah deskriptif dokumentatif. Metode ini memaparkan, menguraikan, dan menjelaskan mengenai kebutuhan desain (design requirement) dan penentuan desain (design determinant) terhadap perencanaan dan perancangan Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. 1.8.1. Data Primer a. Studi literatur yaitu menguji dan menelaah berbagai literatur yang terkait dengan pembahasan yang akan dilaksanakan. b. Metode Interviewyaitu melalui wawancara dengan masyarakat yang berada di sekitar Bantaran Sungai Bengawan Solo untuk mendapatkan data yang ada di kawasan setempat.

12 2.4.1 Data Sekunder Studi literatur melalui buku dan sumber-sumber tertulis mengenai perencanaan dan perancangan pendirian bangunan hotel resort serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan studi kasus perencanaan dan perancangan Ruang Terbuka Hijau di Bantaran Sungai Bengawan Solo. Selain itu data sekunder juga didapat dari referensi internet. 1.9. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang uraian latar belakang, tujuan dan sasaran, permasalahan, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahasan, dan sistematika pembahasan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang uraian Ruang Terbuka Hijau yang sesuai dengan judul dan berisi studi kasus yang di dalamnya terdapat data litelatur dan data lapangan kemudian elemen perancangan. BAB IIIGAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN Berisi tentang lokasi yang akan dijadikan Ruang Terbuka Hijau yang meliputi data fisik dan data non fisik kemudian gagasan perancangan. BAB IV ANALISIS PENDEKATAN DAN KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Berisi tentang analisa dan konsep makro yang membahas lingkungan yang lebih luas seperti kota, kawasan, dan lain-lain. Kemudian menganalisa konsep mikro yang lebih mengerucut.