BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

dokumen-dokumen yang mirip
Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

BAB I PENDAHULUAN. berkembang bahwa industri dipandang sebagai jalan pintas untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2007

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BADAN PUSAT STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB I PENDAHULUAN. pembelanjaan. Pengeluaran-pengeluaran untuk membiayai administrasi

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. (Adrimas,1993). Tujuannya untuk mencapai ekonomi yang cukup tinggi, menjaga

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian dari suatu perwujudan pembangunan ekonomi nasional yang bertujuan menciptakan kemandirian suatu daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi dan permasalahan pembangunan di daerah. Sedangkan pembangunan ekonomi pada dasarnya mengoptimalkan bagaimana peranan sumber daya dalam menciptakan kenaikan pendapatan yang terakumulasi pada sektor-sektor ekonomi, yang tercermin pada besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun. Tercapai tidaknya pertumbuhan ekonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan daerah dalam memberdayakan sumber-sumber alam dan manusia yang tersedia di daerah. Bali merupakan provinsi yang didalamnya mempunyai karakteristik sumber daya yang berbeda dengan provinsi lain dalam kesatuan wilayah negara Indonesia. Sumber daya berupa keindahan alam dan kebudayaan khas masyarakat Bali ternyata telah mengambil bagian dari sejarah perekonomian provinsi Bali. Sumber daya tersebut terbentuk sebagai objek pariwisata yang tidak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal, bahkan terkenal dan mengundang kedatangan wisatawan dari seluruh manca negara. Akibatnya dari sisi ekonomi merupakan aset yang potensial dalam menunjang pertumbuhan perekonomian bagi provinsi Bali. 1

Salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit atau sektor-sektor ekonomi di suatu daerah. Terdapat sembilan sektor-sektor ekonomi dalam membentuk PDRB antara lain : 1) Sektor Pertanian; 2) Sektor Pertambangan dan Penggalian; 3) Sektor Industri Pengolahan; 4) Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; 5) Sektor Bangunan; 6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi; 8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9) Sektor Jasa-jasa. (Bappeda Provinsi Bali, 2007). Dengan adanya pariwisata sebagai sumber daya yang dihandalkan bagi perekonomian di Provinsi Bali, maka tidak salah jika pariwisata memiliki kontribusi yang besar dalam menunjang PDRB Provinsi Bali. Kontribusi pariwisata ini dapat dilihat secara langsung dan tercermin dari salah satu sektor ekonomi pembentuk PDRB yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Adapun rata-rata dan kontribusi per sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali tahun 2003-2007 atas dasar harga konstan tahun 2000 sebagai pembanding sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap sektor lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. 2

Tabel 1.1 Rata-rata dan Kontribusi Per Sektor PDRB Provinsi Bali Tahun 2003-2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000. Lapangan Usaha Rata-rata Kontribusi (Juta Rupiah) (%) 1. Pertanian 4.585.152,24 21,67 2. Pertambangan & Penggalian 133.213,57 0,63 3. Industri Pengolahan 2.030.872,22 9,60 4. Listrik, Gas & Air Bersih 314.102,41 1,48 5. Bangunan 820.933,26 3,88 6. Perdag, Hotel & Restoran 6.526.826,34 30,85 7. Pengangkutan & Komunikasi 2.218.331,45 10,48 8. Keu, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1.558.629,04 7,37 9. Jasa-Jasa 2.971.601,62 14,04 TOTAL PDRB 21.159.662,16 100 Sumber : Bappeda Provinsi Bali, Tahun 2007 (Data diolah) Dari Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ternyata memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB rata-rata tahun 2003-2007 di Provinsi Bali yakni sebesar Rp 6.526.826.340.000,- atau sebesar 30,85 (Mendekati sepertiga dari Total PDRB). Sektor ini terjadi sebagai akibat dari proses efek multiplier dari karakteristik Provinsi Bali berupa keindahan alam atau objek pariwisata yang terkenal diseluruh manca negara. Dilihat dari besarnya kontribusi terhadap PDRB Provinsi Bali, maka sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran bisa dikatakan sebagai leading sector dan tumpuan perekonomian provinsi Bali yang secara langsung maupun tidak langsung pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran akan berpengaruh terhadap sektor-sektor lain yang pada akhirnya mampu menjaga tingkat stabilitas perekonomian Provinsi Bali. Sehingga dalam menjaga tingkat stabilitas khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan umumnya Perekonomian Provinsi Bali, maka sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran harus tetap dijaga, dipertahankan dan ditingkatkan dalam menunjang perekonomian Provinsi Bali. 3

Oleh karena itu Provinsi Bali harus terus mengupayakan laju pertumbuhan PDRB khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Salah satu upaya diantaranya adalah dengan peningkatan investasi. Investasi pada hakekatnya merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, juga mencerminkan marak lesunya pembangunan ekonomi. Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi, setiap daerah senantiasa berusaha menciptakan iklim yang menggairahkan investasi. Sasaran yang dituju tidak hanya masyarakat/kalangan swasta dalam negeri saja, tetapi juga investor asing. Adapun investasi di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Provinsi Bali tahun 1994-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut. Tabel 1.2 Jumlah Investasi di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bali Tahun 1994-2007 Tahun Investasi (Juta Rupiah) Pertumbuhan Investasi (%) 1994 226.104,406-1995 465.595,368 105,92 1996 278.255,710 (40,24) 1997 770.999,472 177,08 1998 712.476,836 (7,59) 1999 360.898,918 (49,35) 2000 399.465,922 10,69 2001 488.981,175 22,41 2002 824.520,968 68,62 2003 547.043,962 (33,65) 2004 959.875,198 75,47 2005 1.079.816,787 12,50 2006 891.096,674 (17,48) 2007 1.080.226,394 21,22 Rata-rata 648,954.128 26,58 Ket : ( ) = negatif Sumber : BPM, Data Diolah (2007) 4

Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa penanaman modal disektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Provinsi Bali tahun 1994-2007 memiliki ratarata pertumbuhan sebesar 26,58 %. Jika dilihat data time series pertahun baik nilai absolut maupun persentase pertumbuhan investasi di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Provinsi Bali masih menunjukkan nilai yang bersifat fluktuatif. Dimana terjadi kenaikan dan penurunan yang sangat signifikan seperti pada tahun 1997 sebesar 177,08 % dan penurunannya sebesar 40,24 % pada tahun 1996 dibandingkan dengan persentase pertumbuhan rata-ratanya sebesar 26,58 %. Banyaknya investasi terhadap wilayah sudah seharusnya memberikan nilai tambah/output yang tercermin pada nilai PDRB wilayah tersebut. Hal itu bisa terjadi jika alokasi investasi benar-benar tepat sasaran. Dalam hal ini pemerintah daerahlah yang berperan melalui intervensinya dalam mengatur pertambahan investasi terhadap alokasi di sektor tertentu. Pemecahan yang biasa dilakukan selama ini adalah pemecahan yang bersifat agresif, yakni dengan usaha memperbesar sektor-sektor ekonomi di masing-masing daerah tanpa mengetahui sektor unggulan untuk dikembangkan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam pengalokasian investasi harus dilakukan perencanaan terlebih dahulu. Sektor ekonomi manakah yang dianggap potensial terhadap pembangunan ekonomi sebagai leading sektor. Diberlakukanya UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, merupakan momen penting bagi pemerintah Provinsi Bali dalam mengembangkan potensi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam usaha memacu pertumbuhan ekonomi wilayah yang pada akhirnya akan 5

mampu menjaga tingkat stabilitas perekonomian provinsi Bali. Namun demikian dalam usaha mengembangkan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ini ditetapkan atau diidentifikasi tentu perlu sumber pembiayaan/investasi yang cukup, maka analisis yang menyangkut kebutuhan investasi untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tersebut sangat perlu dilakukan. Dalam suatu pembangunan, kerberhasilan tidak hanya dapat diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang terakumulasi pada nilai PDRB. Masih ada unsur lain yang harus diperhitungkan. Salah satu unsur penting lainnya adalah masalah kesempatan kerja. Dalam konteks BPS, tingkat kesempatan kerja merupakan suatu ukuran yang menunjukkan proporsi orang yang bekerja dalam angkatan kerjanya. Jadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi seharusnya bisa menjadi nilai positif terhadap peningkatan kesempatan kerja maupun pengurangan pengangguran. Dalam teori ekonomi mikro, variabel tenaga kerja merupakan variabel terpenting dalam mengukur tingkat output suatu perekonomian. Model-model ekonomi juga selalu akan membedakan perekonomian yang full employment dengan perekonomian yang berada dibawah tingkat full employment. Kedua model ini tentu juga harus dibahas dalam pendekatan yang berbeda. Karena itu dalam pembuatan kebijakan ekonomi, variabel tenaga kerja harus diperhitungkan agar kebijakan ekonomi yang terbentuk dapat secara komprehensif memecahkan berbagai persoalan ekonomi, yang kerapkali berkaitan dengan masalah ketenagakerjaan. (BPS Provinsi Bali, 2008). 6

Dengan adanya sumber daya Pariwisata diharapkan pertumbuhan yang terakumulasi pada Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tidak hanya memberikan nilai output yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Bali, melainkan juga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat di Provinsi Bali. Adapun rata-rata kesempatan kerja yang ada Menurut Lapangan Usaha dan kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Bali dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Rata-rata Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Bali Tahun 2003-2007. Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha Rata-rata (Orang) Kontribusi (%) 1. Pertanian 673.010 36,00 2. Pertambangan & Penggalian 11.192 0,60 3. Industri Pengolahan 256.823 13,74 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5.289 0,28 5. Bangunan 123.179 6,59 6. Perdag, Hotel & Restoran 435.144 23,28 7. Pengangkutan & Komunikasi 75.394 4,03 8. Keu, Persewaan, & Jasa Perusahaan 43.395 2,32 9. Jasa-Jasa 245.909 13,15 Total Kesempatan Kerja 1.869.334 100 Kondisi Ketenagakerjaan Rata-rata (Jiwa) Proporsi (%) Total Kesempatan Kerja (Angkatan Kerja yang Bekerja) 1.869.334 57.69 Pengangguran Terbuka 107.714 3.32 Angkatan Kerja 1.977.443 61.02 Penduduk Usia Kerja 2.625.502 81.02 Jumlah Penduduk 3.240.578 100 Sumber : BPS Provinsi Bali (Berdasarkan hasil Sakernas 2007). Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa rata-rata kesempatan kerja pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tahun 2003-2007 sebanyak 435.144 orang. Walaupun sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memiliki kontribusi tertinggi terhadap nilai PDRB di Provinsi Bali, dari segi penyerapan tenaga kerja ternyata 7

kesempatan kerja yang diciptakan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran masih berada diurutan kedua setelah sektor Pertanian dengan rata-rata kesempatan kerja tahun 2003-2007 sebanyak 673.010 orang. Sedangkan kontribusi rata-rata kesempatan kerja tahun 2003-2007 yang diciptakan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebanyak 23,27 persen di bawah sektor Pertanian yang menyumbangkan rata-rata kesempatan kerja tahun 2003-2007 sebanyak 36 persen dari total kesempatan kerja di Provinsi Bali. Sementara itu kondisi rata-rata ketenagakerjaan tahun 2003-2007 dari total seluruh penduduk di Provinsi Bali sebanyak 3.240.578 jiwa dengan rincian jumlah penduduk usia kerja sebanyak 2.625.502 jiwa atau sebesar 81,02 persen, angkatan kerja sebanyak 1.977.443 jiwa atau sebesar 61,02 persen, kesempatan kerja sebanyak 1.869.729 jiwa atau sebesar 57,69 persen dan pengangguran terbuka sebanyak 107.714 jiwa atau sebesar 3,32 persen. Melihat ketiga variabel di atas baik pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja serta investasi ternyata memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisah-pisahkan dalam perencanaan pembangunan. Menurut Harrod-Domar (Mulyadi, 2002 : 8), investasi tidak hanya menciptakan permintaan, tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor produksi, otomatis akan ditingkatkan penggunaannya. Terutama disektor jasa sepeti Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi, mencerminkan marak lesunya pembangunan. Maka, setiap negara berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Terutama investasi swasta dimana proyek-proyek yang dilakukan melalui 8

investasi swasta dapat membantu membuka lapangan kerja sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja (Dumairy, 1996 : 133). Dengan melihat pariwisata yang potensial di Provinsi Bali yang dapat dicerminkan melalui nilai Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, maka perlu dilakukan sebuah perencanaan yang komprehensif. Artinya analisis mengenai potensi pariwisata dalam mendukung investasi khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta seberapa besarkah kebutuhan investasi sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta menunjang nilai Produk Domestik Regional Provinsi Bali sangat diperlukan. Lebih dari itu adanya peningkatan investasi yang dapat meningkatkan nilai PDRB khususnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran semestinya juga dapat meningkatkan kesempatan kerja. Sehingga dengan adanya kesempatan kerja secara otomatis dapat mengurangi pengangguran dan menambah pendapatan masyarakat yang pada akhirnya dapat menciptakan kesejahateraan masyarakat khususnya di Provinsi Bali. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan adalah, sebagai berikut: 1) Berapakah prakiraan kebutuhan investasi Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam menunjang PDRB Provinsi Bali tahun 2009-2013? 2) Berapakah prakiraan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali sebagai akibat pengaruh investasi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009-2013? 3) Bagaimanakah strategi peningkatan investasi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Provinsi Bali Tahun 2009-2013? 9

1.2 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.2.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan maka yang menjadi tujuan dalam laporan ini adalah : 1) Untuk mengetahui prakiraan kebutuhan investasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dalam Menunjang PDRB Provinsi Bali Tahun 2009-2013. 2) Untuk mengetahui prakiraan penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali sebagai akibat pengaruh investasi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Tahun 2009-2013. 3) Untuk mengetahui strategi peningkatan investasi pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di Provinsi Bali Tahun 2009-2013 1.2.2 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kegunaan dari penelitian ini adalah : 1) Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan gambaran dan pemahaman serta wawasan tentang pembangunan melalui perencanan kebutuhan investasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran periode yang akan datang serta proyeksinya terhadap kesempatan kerja serta dapat mengaplikasikan teori-teori ekonomi yang diperoleh selama menempuh kuliah dalam kenyataan. Penelitian ini juga diharapkan dapat 10

menambah referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ekonomi pembangunan. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan terutama berkaitan dengan perencanaan investasi pembangunan daerah melalui sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta proyeksinya terhadap kesempatan kerja di Provinsi Bali. 1.3 Sistematika Penyajian Bab I Pendahuluan Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah dari penelitian ini yang kemudian dirumuskan ke dalam pokok permasalahan, juga dibahas mengenai tujuan dan kegunaan penelitian serta pada akhir bab ini dikemukakan mengenai sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Hipotesis Bab II menguraikan mengenai teori-teori yang relevan yang mendukung pokok permasalahan mengenai pembangunan terutama mengenai perencanan kebutuhan investasi sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran periode yang akan datang serta proyeksinya terhadap kesempatan kerja dan teori lainnya yang mendasari masalah dalam penelitian ini serta diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya. 11

Bab III Metode Penelitian Bab III disajikan mengenai hipotesis dan metode penelitian yang mencakup berbagai hal seperti lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan dipergunakan dalam membahas permasalahan yang diteliti. Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV disajikan data beserta pembahasan berupa gambaran umum wilayah penelitian dan pembahasan hasil dari model yang digunakan, yang merupakan jawaban dari permasalahan yang ada. Bab V Simpulan dan Saran Bab V menyajikan simpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan, permasalahan serta saran yang dapat diberikan berdasarkan atas hasil penelitian. 12