BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh yang penting. Rongga mulut mencerminkan kesehatan tubuh seseorang karena

Hastin, et al, Tingkat Keparahan Gingivitis Pada Penderita Down Syndrome dan Retardasi Mental..

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

GAMBARAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK PENDERITA DOWN SYNDROME DI SLB YPAC MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan mukosa rongga mulut dapat disebabkan oleh banyak hal, antara lain

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sistemik. Faktor penyebab dari penyakit gigi dan mulut dipengaruhi oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, bersih, lembab sehingga terhindar dari infeksi (Eastham et al. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. palatum, lidah, dan gigi. Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Menurut Dr. WD

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

Pada anak anak yang menggunakan dot, menghisap ibu jari atau yang menggunakan dot mainan, keadaan semua ini juga bisa menimbulkan angular cheilitis.

ل ق د خ ل ق ن ا ال إ ن س ان ف ي أ ح س ن ت ق و يم

BAB I PENDAHULUAN. memeliki beberapa fungsi, diantaranya yaitu mastikasi atau pengunyahan, estetik,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Bitung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

KONDISI KEBERSIHAN MULUT DAN KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA TUNTUNGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. American Public Health Association mendefinisikan anak cacat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. saluran cerna, dan saluran genitourinarius. Bahkan, jamur ini kadang-kadang dijumpai

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

bukan homolognya sehingga menghasilkan gamet yang menyebabkan terjadinya Down syndrome. Tanda klinis umum yang terjadi pada anak Down syndrome yaitu

BAB 2 PENGARUH PLAK TERHADAP GIGI DAN MULUT. Karies dinyatakan sebagai penyakit multifactorial yaitu adanya beberapa faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga kesehatan gigi mempunyai manfaat yang besar dalam menunjang. kesehatan dan penampilan, namun masih banyak orang yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

BAB 2 DAMPAK MEROKOK TERHADAP PERIODONSIUM. penyakit periodontal. Zat dalam asap rokok seperti; nikotin, tar, karbon monoksida

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut, termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah anak yang mengalami gangguan fisik atau biasa disebut tuna daksa.

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Down Syndrome adalah salah satu kelainan kromosom disebabkan oleh trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan keseimbangan, koordinasi, dan gaya berjalan. Prevalensi Down Syndrome di dunia 1: 700 kelahiran hidup, di AS sekitar 250.000 keluarga terkena Down Syndrome. Prevalensi Down Syndrome di 10 wilayah Amerika Serikat saat lahir meningkat dari tahun 1979-2003 31,1%, 9,0-11,8 per 10 000 kelahiran hidup, tahun 2002 prevalensi di kalangan anak dan remaja (berusia 0-19 tahun) adalah 10,3 per 10.000. Prevalensi anak dengan disabilitas di Indonesia menurut data RISKESDAS dari 0.12% tahun 2012 menjadi 0.13% pada tahun 2013. 1,2,3,4 Retardasi mental Down Syndrome memiliki kebersihan mulut yang buruk dikarenakan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan menyebabkan retardasi mental Down Syndrome dan penyandang disabililitas kesulitan dalam menjaga kebersihan mulut. Manifestasi oral yang terdapat pada individu Down Syndrome seperti gingivitis, periodontitis, karies gigi rendah, tingginya insiden penyakit periodontal. Mouth breathing pada Down Syndrome menyebabkan mulut dan bibir kering, mucose ulcers, candidiasis dan acute necrotizing ulcerative gingivitis. 5,6 Di Chennai, India secara signifikan status kebersihan mulut retardasi mental Down Syndrome buruk, ditemukan gingivitis dari sedang sampai berat. Tingkat 1

2 dan luasnya meningkat berdasarkan usia dan tingkat disabilitas, terutama individu dengan Down Syndrome. Faktor lokal seperti yang macroglossia, maloklusi, morfologi gigi, kurangnya fungsi pengunyahan normal dan bruxism berpengaruh dalam kebersihan mulut. 7 Insidensi penyakit periodontal pada retardasi mental Down Syndrome berkisar antara 90-96%. Hal ini juga dihubungkan dengan penurunan respon imun, gangguan sistem imun dan rendahnya daya tahan terhadap infeksi pada Down Syndrome disebabkan terdapat defek kemotaksis Polymorphonuclear Neutrophil (PMN), dan fagositosis. Terdapat manifestasi oral seperti fissure tongue dengan prevalensi antara 10% dan 95%. Angular cheilitis berhubungan dengan tertekannya nasal bridge dan muscular hypotonia yang menyebabkan mulut terbuka dan lidah menonjol. Didapatkan 10 lesi diidentifikasi lesi orolabial yang paling sering diamati anak Down Syndrome adalah fissured tongue (78%), lip fissures (64%) and angular cheilitis (38%). Anak dengan Down Syndrome mempunyai prevalensi tinggi fissured tongue, fissured lip, angular cheilitis, gingival hyperplasia dan cheilitis. 5,8 Pada penelitian sebelumnya dilakukan di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Patrang dan Sekolah Luar Biasa Bintoro Jember pada bulan November-Desember 2013 dengan subjek penelitian berjumlah 12 penderita Down Syndrome dan 12 penderita retardasi mental dengan melakukan pemeriksaan kebersihan mulut menggunakan kaca mulut dan sonde dengan penilaian skor Simplified Oral Hygiene Index (OHIS) dari Greene dan Vermilion, untuk melihat tingkat keparahan gingivitis. 5

3 Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan untuk meningkatkan kesejahteraan pada penderita retardasi mental Down Syndrome terutama dalam kesehatan rongga mulut serta untuk memberikan informasi kondisi rongga mulut sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. 1.2 Identifikasi Masalah Jenis kondisi patologis rongga mulut apa sajakah yang terdapat pada Down Syndrome. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui jenis kondisi patologis rongga mulut pada Down Syndrome. 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat Akademik 1. Manfaat karya tulis ini bagi penulis adalah sebagai perwujudan aplikasi ilmu penyakit mulut yang diperoleh selama masa pendidikan di fakultas kedokteran gigi universitas kristen maranatha bandung. 2. Dapat menambah wawasan tentang kesehatan rongga mulut pada anak dengan kebutuhan khusus (Down Syndrome). 3. Dapat digunakan sebagai edukasi kesehatan rongga mulut pada penderita retardasi mental Down Syndrome.

4 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pengetahuan tentang keadaan rongga mulut pada penderita retardasi mental Down Syndrome. 2. Peningkatan edukasi kepada orang tua wali atau pengasuh mengenai pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut terhadap penderita retardasi mental Down Syndrome agar kualitas hidup menjadi lebih baik, salah satunya dengan pemeriksaan kesehatn gigi dan mulut minimal 6 bulan sekali. 1.5 Kerangka Pemikiran Down Syndrome adalah kelainan genetik yang disebabkan oleh trisomi kromosom 21 ditandai antara lain keterbelakangan mental, cardiovaskular, hematopoietik, dan musculoskeletal dan anomali sistem saraf, serta kelainan fenotipe. Kelainan rongga mulut memiliki karakteristik gigi yang berbeda seperti kongenital gigi yang hilang dan microdonsia. 6 Individu dengan Down Syndrome memiliki keseimbangan, dan koordinasi yang buruk, waktu reaksi lambat, dapat mengurangi kontrol visual-motorik dan ketajaman indra, disfungsi keterampilan motorik kasar dan halus, dan variabilitas gerakan keseluruhan yang lebih besar. Gangguan gaya berjalan, secara gambaran klinis cenderung memburuk, dan sangat membatasi kualitas hidup pasien. Disfungsi motorik pada seseorang dengan Down Syndrome dapat menghambat banyak aktivitas hidup sehari-hari, dan memberikan keterbatasan dalam

5 melakukan pekerjaan fisik. Hal ini pada akhirnya menyebabkan peningkatan ketergantungan pada orang lain. 1 Penyakit periodontal pada penderita retardasi mental Down Syndrome sebagian besar disebabkan oleh maloklusi, kebersihan mulut yang buruk, dan penurunan sistem imun. Kebanyakan penderita retardasi mental Down Syndrome memiliki palatum yang tinggi dan maloklusi. Hal ini disebabkan kurang berkembangnya maksila dan displasia kraniofasial. Keadaan ini mengakibatkan terdapatnya retensi plak dan penderita retardasi mental Down Syndrome sehingga sulit melakukan pembersihan gigi secara maksimal sehingga terjadi akumulasi plak. Prevalensi tinggi penyakit periodontal bisa karena berhubungan dengan respon host yang terganggu. Prevalensi karies yang rendah dikarenakan perlindungan kekebalan yang disebabkan oleh saliva yang dihasilkan streptococcus mutans dari konsentrasi IgA spesifik. 5,9 Penyebab lip fissuring di populasi umum yaitu pernapasan mulut, pekerjaan diluar ruangan, merokok, bakteri dan infeksi jamur. Pernapasan mulut umum ditemukan pada penderita retardasi mental Down Syndrome dikarenakan bibir inkompeten, lidah yang menonjol, keluarnya air liur dan rhinitis yang sering disebabkan oleh saluran udara yang sempit. Menunjukkan bahwa lip fissuring terkait dengan Candida albicans, prognathism mandibula dan lip version. Angular cheilitis adalah peradangan akut atau kronis pada kulit dan berbatasan membran mukosa labial pada sudut mulut. Faktor predisposisi untuk angular cheilitis adalah mekanik, infeksi, gizi, atau immune defect. 8

6 1.6 Metode Penelitian Penelitian merupakan penelitian deskriptif, dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik whole sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan. Subjek penelitian dibagikan informed consent untuk kesediaannya sebagai subjek penelitian. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sekolah Pendidikan Luar Biasa C Yayasan Pendidikan Luar Biasa Cipaganti Bandung. 2. Waktu Penelitian Penelitian berlangsung sejak Desember 2016-Januari 2017.