BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Utara di sebelah Tenggara dan Selatan. (Adan 2006: 3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibagi dalam 4 daerah, yaitu Gayo Laut yang mendiami sekitar danau Laut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. pemerintah negara indonesia yang melindungi segenap bangsa indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

bangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas untuk menerapkan Syaria t Islam di sejumlah daerah yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dimatangkan oleh berbagai pergerakan yang bersifat nasional di daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi membuat dunia transparan seolah olah tidak mengenal batas antar Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan Revolusi merupakan perlawanan penjajah terhadap Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang bebas mengungkapkan semua ide dan ktreatifitasnya agar pembaca dapat menangkap

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

PENANAMAN NILAI PATRIOTISME (Analisis Isi Film Merdeka atau Mati Soerabaia 45 Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

DIRECTOR OF PHOTOGRAPHY DALAM KARYA FILM DOKUMENTER RIDER BMX BANDUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Film AWAL: Nasib Manusia mengangkat potongan kisah hidup seorang pria bernama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah peradaban Aceh begitu panjang, penuh liku dan timbul tenggelam.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1.1 Latar Belakang Permasalahan

TERBENTUKNYA GAM DAN RMS SEBAGAI BUKTI LEMAHNYA PENERAPAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

BAB I PENDAHULUAN. menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. dimasa lampau itu dapat kita pelajari dari bukti-bukti yang ditinggalkan, baik yang berupa bukti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa jasa para pahlawannya. Itulah

Silabus. 11, A p r i l Kompetensi Inti :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengertian Program Dokumenter Televisi

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

Peran Mahasiswa Melalui Gerakan Indonesia Membaca untuk Mewujudkan Pendidikan Indonesia yang Berkarakter Oleh : Ghoffar Albab Maarif

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA. 2.2 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam Silabus SMKN 21 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

Pancasila dalam kajian sejarah perjuangan bangsa

PANCASILA ERA PRA KEMERDEKAAN

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Tidak mustahil dalam tubuh GAM yang di dalamnya juga ada mantan-mantan pejuang DI/TII, muncul perbedaan pendapat.

Konstitusi Rancangan Rusia untuk Suriah: Pertimbangan tentang Pemerintahan di Kawasan Tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Negara Jangan Cuci Tangan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi sangat penting setelah selama ribuan tahun perempuan berada. ideologi yang mendunia dan dianggap kodrat Tuhan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas dari Negara Republik Indonesia. GAM sendiri memiliki sejarah yang panjang bagi Negara Indonesia, sebuah konflik yang kita lihat dari masa ke masa, dari era Soekarno sampai dengan perjanjian perdamaian Helsinki. Konflik yang mengorbankan sesama anak bangsa dikarenakan memperjuangkan hal yang sama namun diinterpretasikan secara berbeda oleh kedua belah pihak yang bertikai. Sebuah perbedaan dalam memaknai kemerdekaan, sebuah perlawanan untuk memperjuangkan Nasionalisme, sebuah perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan merebutnya kembali. Sebuah pertikaian yang harus dipetik dari perbedaan pendapat akan arti kemerdekaan. Gerakan Aceh merdeka tak akan ada tanpa tokoh yang memulai perjuangannya untuk memperoleh kesejahteraan rakyat Aceh, jauh sebelum Indonesia merdeka rakyat Aceh sudah memulai perangnya sendiri. Rakyat Aceh adalah orang-orang yang merdeka yang tak suka diinjakinjak di tanah kelahirannya sendiri. Adapun tokoh yang paling di kenal adalah Tengku Daud Beureueh, Tengku Daud Beureueh adalah seorang republikan sejati dengan mendukung kemerdekaan RI pada tahun 1945. Bukti Tengku Daud Beureueh mendukung kemerdekaan Indonesia ialah perang cumbok, Perang Cumbok adalah sebuah konflik sosial yang berpusat di Pidie, antara kelompok Ulee Balang (Bangsawan) yang dipimpin Teuku Muhammad Daud di Cumbok, seorang Ulee Balang di Cumbok (Lameuloe, Pidie) melawan kelompok Ulama yang tergabung dalam PUSA (Persatuan Ulama Aceh) yang dipimpin Tgk. Daud Beureueh yang berbasis di Beureunen. Perang ini pada dasarnya adalah pergolakan untuk meruntuhkan Feodalisme di Pidie yang dipicu perbedaan pandangan dalam menyikapi Kemerdekaan RI di Aceh paska proklamasi RI, 1

dimana pihak Ulee Balang menghendaki agar Belanda kembali ke Aceh, sementara PUSA menyetujui kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Tetapi uniknya, setelah usai Perang Cumbok tahun 1946, kelak, Tgk Daud Beureueh justru memimpin pemberontakan DI/TII tahun 1953, sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah RI yang telah dibelanya semasa Perang Cumbok. Hal tersebut merupakan sebuah fakta yang menarik dimana pola penyelesaian konflik dalam perspektip Aceh selalu cenderung bersifat adversarial (permusuhan), dan bukan secara kooperatif. Seperti disinggung diatas, peristiwa Cumbok sebenarnya hanyalah puncak gunung es, dari konflik laten antara Ulee Balang dan Ulama yang sudah terjadi sejak ketika Belanda masih menguasai Aceh, dimana Belanda mendapatkan banyak dukungan dari kaum bangsawan, sementara para bangsawan menikmati berbagai keistimewaan dibawah perlindungan Belanda. Previllege yang diperoleh kaum Ulee Balang diantaranya adalah posisiposisi kekuasaan di dalam struktur kekuasaan Belanda di kawasan Aceh Lheu Sagoe (kesultanan Aceh). Sementara itu, di lain pihak para Ulama sangat menentang Belanda dan dengan sendirinya menyimpan ketidaksenangan terhadap kelompok Ulee Balang yang dianggap mempertahankan status quo sebagai penghkhianat orang Aceh. Meskipun, ada beberapa Ulee Balang, yang tetap pro-kemerdekaan dan mendukung ulama, tapi Perang Cumbok tetap merepresentasikan konflik Ulama melawan bangsawan di Aceh. Dampak perang ini sangat mengerikan, banyak kaum Teuku melarikan diri keluar Aceh atau di wilayah Aceh yang bebas konflik, serta meninggalkan luka mendalam didalam jiwa orang Aceh, terutama di kawasan pesisir Timur dan Utara Aceh hingga kini. Ada kecenderungan orang Aceh menghindari diskusi tentang peristiwa kelam ini dalam pembicaraan sehari-hari, karena takut menyinggung orang-orang yang notabene adalah bagian dari komunitas sehari-hari. Perang Cumbok sendiri berakhir Januari 1946, dimana pimpinanannya, Teuku Daud Cumbok dihukum mati. 2

Kurangnya wawasan mengenai konflik ini mengakibatkan banyak masyarakat yang belum mengetahui perihal GAM atau Gerakan Aceh Merdeka dan tokoh tokoh sejarahnya. Masih banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa mereka melakukan pemberontakan lagi dikarenakan poin-poin perjanjian perdamaian Helsinki tidak sepenuhnya terpenuhi, masih banyak mantan kombatan GAM yang miskin dan berpikir untuk balas dendam untuk kematian keluarganya dikarenakan kejadian masa lalu. Kurangnya wawasan di masyarakat juga mengakibatkan lingkungan yang salah menganggap keadaan mantan kombatan GAM, banyak masyarakat berfikir bahwa mereka adalah penjahat penjahat yang hanya memikirikan perang dan perang, padahal mereka semua menuntut keadilan yang merata bagi seluruh rakyat Aceh. Usaha meningkatkan wawasan masyarakat sebelumnya sudah beberapa kali dilakukan oleh media dan pusat riset dengan mengeluarkan artikel ilmiah dan film dokumenter, seperti The Black Road oleh jurnalis Amerika dan kerikil di perdamaian Aceh ( metro tv Agustus 2015). Akan tetapi usaha ini masih kurang meraih segmentasi muda diakibatkan media dan subjek pelaku yang digunakan hanya lah sebatas ketua pemberontakan yang baru yaitu dinminimi. Penggunaan media film dokumenter sebenarnya dapat dimanfaatkan sebagai media yang dapat meraih segmentasi muda sebagaimana yang dilakukan oleh Douglas Duartee dalam film The Personal Che (2007) yang melalui penggayaan dokumenter biografi dapat mengangkat topik pemberontakan Che Guevara dari sisi opini-opini masyarakat di Cuba. Film tersebut menggunakan gaya penyutradaraan yang menitikberatkan pada kehidupan masyarakat cuba setelah mereka mendapatkan kemerdekaannya. Penonton diajak untuk mengikuti peristiwa-peristiwa dalam cerita melalui sudut pandang tokoh utama atau korban dengan menggunakan studi tutur mengenai pengalaman dari korban yang mengalami kejadian pada saat itu, pandangan, serta emosi tokoh dalam penceritaan. Dengan gaya penyutradaraan yang tepat, seperti memfokuskan penceritaan kepada korban dan pelaku, mengikuti cerita dalam film tersebut melalui pengalaman-pengalaman yang 3

dialami oleh korban, penonton menjadi dibawa untuk fokus memerhatikan korban dan memahami pandangan serta emosi dari korban konflik tersebut dan bagaimana film ini menceritakan betapa cintanya masyarakat Cuba dengan Che Guevarra. Hal ini membuat pesan atau gagasan yang ingin dituangkan dalam film tersebut menjadi lebih tersampaikan kepada target audiens. Oleh karena itu, gaya penyutradaraan yang tepat dalam menyutradarai sebuah film menjadi hal yang penting dalam menjadikan film documenter sebagai media informasi yang dapat memberikan pesan kepada penonton. 1.2 Permasalahan 1.2.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis menuliskan identifikasi masalah sebagai berikut : a. Kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap mantan anggota GAM, sehingga mantan anggota GAM sulit mendapatkan perkerjaan dan kehidupan yang bisa kita sebut layak. b. Kurangnya sumber informasi yang lengkap tentang sejarah GAM dan kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang GAM di Nanggroe Aceh Darussalam. c. Dikhawatirkan terjadinya krisis Nasionalisme terhadap masyarakat Aceh. d. Kurangnya kesadaran bagi pemerintah Indonesia untuk membantu mantan anggota GAM dalam mendapatkan aspek pendidikan, lapangan pekerjaan, yang dapat mempengaruhi pola piker mantan anggota GAM sendiri. e. Kurangnya media film di Indonesia yang mengangkat mengenai Gerakan Aceh Merdeka khususnya mantan tokoh Gerakan Aceh Merdeka. f. Penyutradaraan yang tepat dapat menjadikan film menjadi media informasi yang baik dalam memberikan pesan kepada target audiens. 1.2.2 Batasan Masalah Setelah mengidentifikasi masalah di atas, maka agar pembahasan tidak terlalu meluas perlu adanya pembatasan masalah yaitu penulis akan memfokuskan 4

permasalahan pada sejarah dari tokoh Gerakan Aceh Merdeka yaitu Tengku Daud Bereuh dan penyutradaraan dalam film. 1.2.3 Rumusan Masalah Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah, yaitu : a. Bagaimanakah film documenter biografi pada tokoh Daud Beureuh, agar menjadi pembangkit rasa Nasionalisme pada masyarakat Aceh. b. Bagaimanakah menyutradarai film documenter biografi dengan pendekatan gaya performative pada tokoh Daud Beuereuh. 1.3 Ruang Lingkup Dari identifikasi masalah yang telah ada serta agar pembahasan lebih terarah, maka penulis memberikan ruang lingkup masalah pada perancangan ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah : 1.3.1 Apa Media film yang dirancang meliputi media utama berupa film documenter. 1.3.2 Siapa Target audiens dari perancangan ini ialah masyarakat berpendidikan dan masyarakat local Aceh dengan rentang usia 19 40 tahun di wilayah geografis perkotaan. 1.3.3 Bagian Mana Dalam perancangan media film ini penulis akan berperan dan berbicara melalui sudut pandang sutradara. 1.3.4 Tempat Media film ini akan diinformasikan melalui media social secara online. 1.3.5 Waktu Waktu dari penayangan film ini direncanakan pada tahun 2017. 5

1.4 Tujuan Perancangan Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui perancangan ini adalah sebagai berikut: a. Untuk membangkitkan kesadaran Nasionalisme pada masyarakat Indonesia khususnya remaja lewat film documenter agar nantinya mereka memahami sejarah yang pernah ada di negerinya sendiri. b. Untuk mengetahui bagaimana pengkarakteran tokoh Daud Beureueh dimulai dari beliau kecil hingga menjadi pemimpin yang paling disegani di Aceh lewat film dokumenter biografi dengan gaya performative. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a. Secara Umum 1) Perancangan ini dapat digunakan menjadi media tontonan yang informative. 2) Perancangan ini dapat digunakan untuk membantu dalam pengajaran dalam keilmuan sejarah dan psikologis. 3) Perancangan ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan di bidang keilmuan terkait. b. Secara Khusus 1) Sebagai tinjauan untuk penelitian selanjutnya. 2) Untuk menambah dan memperkaya ilmu pengetahuan Indonesia dari segi dan bidang perfilman. 6

1.5 Metodologi Pengumpulan Data dan Analisis Agar dapat membuat sebuah perancangan dan penyutradaraan yang tepat, maka dibutuhkan metode pengumpulan data dan analisis yang tepat juga. Maka dari itu metode dalam penyusunan konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan ini ialah metode kualitatif dan model analisis naratif dengan menggunakan model studi tutur sebatas deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut : a. Metode Studi Pustaka Data dan informasi yang didapat diperoleh melalui buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang berkaitan dengan topik permasalahan seperti teori film dan sinematografi, jurnal riset dan media film mengenai Gerakan Aceh Merdeka. b. Metode Literatur Data diperoleh melalui literatur berupa film dan karya yang berkaitan dengan topik permasalahan seperti karya mengenai Gerakan Aceh Merdeka serta kajian literatur yang mengkaji penyutradaraan. c. Metode Wawancara Data juga diperoleh dengan cara mewawancarai ahli terkait seperti mewawancarai aktivis LSM secara langsung dan tidak langsung, dan mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka yang ahli pada bidangnya. d. Metode Analisis Melalui analisis naratif, penulis menganilsa bagaimana perjalanan tokoh Tengku Daud Beureuh dalam memulai perjuangannya dimulai dari perlawanannya terhadap agresi belanda sampai dengan dia dijadikan tahanan rumah oleh pemerintah Indonesia. 7

e. Metode Perancangan Penyutradaraan Proses Penyutradaran yang meliputi : Memilih Narasumber, tahap mencaricari, tahap memberi isi, tahap pengembangan dan tahap pemantapan. Desain artistik yang meliputi : Desain seting, desain pencahayaan,desain musik,, dan desain bloking. 1.6 Kerangka Perancangan 8

9

1.7 Pembabakan Penulisan karya Tugas Akhir ini terbagi menjadi lima bab, yaitu : BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan dari topik yang diangkat, permasalahan, ruang lingkup, tujuan perancangan, model analisis, hingga pembabakan. Dasar pemikiran menjelaskan dasar dari teori-teori yang relevan sebagai panduan dalam perancangan. Data dan analisis masalah berisi data yang berkaitan dengan perancangan dan analisa data. Konsep & hasil perancangan menjelaskan konsep perencanaan dan gaya penyutradaraan film Dokumenter Gerakan Aceh Merdeka hingga hasil akhir. Penutup berisi kesimpulan dan saran. 10