BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Tenggara dengan luas wilayah sebesar km 2 serta terletak di posisi

A. PENYEBAB TERJADINYA KRISISI PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. krisis pengungsi di Eropa pada tahun Uni Eropa kini sedang

BAB I PENDAHULUAN. menyejajarkan atau menyetarakan tingkat hidup dan masyarakat tiap-tiap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang stabil dalam hal politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, para imigran yang

BAB I PENDAHULUAN. antara Negara Penerima dengan United Nations High Commissioner for

DAFTAR SINGKATAN. Intergovernmental Committee for European Migration. Intergovernmental Committee for Migration

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negera besar dengan posisi strategis tepat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

A. DASAR HUKUM JERMAN DALAM MENYUSUN KEBIJAKAN MENGENAI PENGUNGSI

BAB IV OPINI PUBLIK SEBAGAI PENYEBAB INGGRIS KELUAR DARI UNI EROPA

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB I PENDAHULUAN. Juli Time Magazine, 21 September 2015, hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. Aksi penyelundupan narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. sama-sama hidup dalam suatu ruang yaitu globus dan dunia. 1 Globalisasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

BAB V KESIMPULAN. internasional, sebagai aktor dalam hubungan internasional, dalam hal pembentukan

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

BAB I Pendahuluan. dapat bertahan hidup. UNHCR mencatat di awal tahun 2015, sekitar 59,5 juta orang.

UPAYA PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DI INDONESIA (THE EFFORTS TO HANDLE ILLEGAL IMMIGRANTS IN INDONESIA)

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

RechtsVinding Online Pengaturan Orang Asing Pencari Suaka dan Pengungsi di Indonesia serta Peraturan yang Diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dibanding dengan subyek-subyek hukum internasional lainnya 1. Sebagai

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB V PENUTUP. memiliki beberapa kesimpulan terkait dengan fokus penelitian.

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Eropa untuk menetap dan mencari pekerjaan karena melihat majunya industri di

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup (DePillis, Saluja, & Lu, 2015). Orang orang tersebut tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, telah diterbitkan sebuah komisi independen untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki fokus dan kepedulian pada bidang-bidang kemanusiaan. Didirikan

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

merupakan masalah klasik yang telah menjadi isu internasional sejak lama. Sudah berabad-abad negara menerima dan menyediakan perlindungan bagi warga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peacebuilding. Tulisan-tulisan terebut antara lain Aid, Conflict, and Peacebuilding

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

Pengertian Dasar & Jenisnya. Mata Kuliah Studi Keamanan Internasional. By Dewi Triwahyuni

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

BAB V KESIMPULAN. Internasional yang bergerak untuk tujuan kemanusiaan. Pertama kali didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. struktur badan organisasinya, Karena negara-negara anggota tetap menjadi

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

DAFTAR PUSTAKA. Budi, Winarno, (2001), Isu-Isu Global Kontemporer, Yogyakarta: Bentang Pustaka.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat internasional.permasalahan pengungsimenjadi perhatian khusus

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mesir, Libya, Bahrain, Yaman, Irak, dan Suriah. 1

BAB II SKEMA HUBUNGAN KERJASAMA UNI EROPA DALAM PILAR JUSTICE AND HOME AFFAIRS

BAB I. Pendahuluan. Perancis oleh Presiden Nicholas Sarkozy (Sarkozy). Pembahasan yang akan

LEGALISASI HUKUM INTERNASIONAL TENTANG PENGUNGSI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PENGUNGSI KONFLIK DARFUR

An issue ignored is a crisis ensured (Regested & Larkin, 2008:95)

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

DAFTAR PUSTAKA. Wagiman, 2012, Hukum Pengungsi Internasional, Sinar Grafika : Jakarta Timur,

BAB III SIKAP NEGARA ANGGOTA UNI EROPA TERHADAP KRISIS MIGRAN

Post-Western world dan respon Turki

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dingin menyebabkan munculnya perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu specialized agency dari PBB yang merupakan organisasi

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang cukup menjadi perhatian besar bagi umat manusia, dimana

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

Internalisasi ASEAN dalam Upaya Penguatan Integrasi Kawasan Abstrak

SOSIALISASI GLOBAL CODE OF PRACTICE ON THE INTERNATIONAL RECRUITMENT OF HEALTH PERSONNEL

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

BAB V KESIMPULAN. negara berkembang tidak selalu mengalami kegagalan karena faktor-faktor

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

PROBLEMATIKA RUU KEAMANAN NASIONAL. Oleh: Al Araf

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat, dan sejak saat itu imigrasi telah berlangsung. 1. Meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di Amerika Serikat membuat

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini berusaha melihat perbedaan adaptasi kebudayaan antara Migran

Kebijakan Jerman Terhadap Krisis Pengungsi Eropa Tahun

JURNAL. ( Studi Kasus Eks Pengungsi Timor Timur) Diajukan Oleh : MARIANUS WATUNGADHA

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1489.UM TAHUN 2010 TENTANG PENANGANAN IMIGRAN ILEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dan free movement merupakan salah satu konsekuensi yang tidak terelakan dari adanya proses globalisasi. Meski demikian, arus migrasi yang meningkat drastis dapat menjadi masalah serius bagi suatu wilayah, contohnya Uni Eropa. Tahun 2011 menandai fenomena masuknya gelombang imigran secara masif ke Uni Eropa yang diakibatkan oleh adanya peristiwa Arab Spring. 1 Jumlah imigran yang masuk ke Uni Eropa pada tahun 2011 mencapai jumlah 70.000 orang, atau 7 kali lipat dari tahun sebelumnya. Selanjutnya, meski pada tahun 2012 terdapat penurunan jumlah imigran, namun pada tahun 2013, lonjakan jumlah imigran kembali harus dihadapi oleh Uni Eropa. Situasi menjadi semakin serius tatkala jumlah imigran semakin meningkat setiap tahunnya. Tercatat 219.000 imigran memasuki wilayah Uni Eropa pada tahun 2014. Sementara pada tahun 2015, diperkirakan lebih dari satu juta imigran yang mencapai Uni Eropa melalui Mediterania. 2 Dengan demikian, gelombang imigran ke Uni Eropa kali ini merupakan yang termasif sejak Perang Dunia ke-ii, sehingga tak heran apabila sampai mendapat label krisis. Fenomena lonjakan jumlah imigran ke Uni Eropa sebenarnya berkaitan erat dengan isu krisis humaniter. Pasalnya, imigran yang masuk ke Uni Eropa diperkirakan mayoritasnya didominasi oleh korban-korban daerah perang dan konflik seperti Suriah, Afgahanistan dan Eritrea.Meski demikian, terlepas dari isu humaniter dalam fenomena lonjakan imigran ini, negara-negara anggota Uni Eropa menganggap arus imigran yang masuk ke wilayahnya sebagai ancaman eksistensial terhadap identitas bangsanya.hal ini terutama muncul setelah didapati realita bahwa tak sedikit di antara yang mengaku pengungsi konflik ternyata adalah imigran ekonomi dari Afrika Utara. 3 Tak hanya itu, kekhawatiran pun semakin meningkat dengan adanya dugaan ekspansi jaringan ekstrimis Islamic State (IS) di Uni Eropa melalui 1 UNHCR: The UN Refugee Agency, The sea route to Europe: The Mediterranean passage in the age of refugees, Report Paper, 1 July 2015, pp. 1-5. 2 IOM (International Organization for Migration), Mixed Migration Flows in the Mediterranean and Beyond: Compilation of available data and information, Report Paper, 14 January 2016, p. 6. 3 W. Worley, Six out of 10 migrants to Europe come for economic reasons and are not refugees, EU Vice President Frans Timmermans says, The Independent (online), 27 January 2016, <http://www.independent.co.uk/news/world/europe/six-out-of-10-migrants-to-europe-come-for-economicreasons-and-are-not-refugees-eu-vice-president-a6836306.html>, diakes 14 Februari 2016.

perekrutan para imigran dari Suriah dan Irak. 4 Dengan demikian, tidak hanya masyarakat negara anggota Uni Eropa takut identitas bangsanya terkikis dengan perubahan komposisi komunitas akibat masuknya sekelompok populasi bangsa baru, tetapi juga khawatir sekumpulan ekstrimisn akan melakukan pembunuhan massal terhadap bangsanya. Mengacu pada alasan-alasan tersebut, tidak heran apabila isu imigran Mediterania menjadi prioritas utama dalam agenda politik di Uni Eropa pada kurang lebih lima tahun belakangan ini. Dalam hal ini, krisis imigran Mediterania dianggap sebagai masalah bersama negara-negara anggota Uni Eropa. Pasalnya, meski masuk pertama kali di wilayah Italia dan Yunani, namun mayoritas imigran mengincar negara-negara Uni Eropa lain terutama Jerman dan Swedia sebagai destinasi akhir mereka. Hal ini semakin menjadi problematika kolektif negara-negara Uni Eropa karena dengan berlakunya penghapusan kontrol perbatasan internal, maka imigran tersebut dapat bebas melalui negara-negara yang termasuk dalam area Schengen untuk menuju negara tujuannya. Menanggapi hal tersebut, pihak pemerintahan supranasional Uni Eropa berusaha mengeluarkan skema-skema kebijakan untuk menangani isu imigran Mediterania seperti, pembagian kuota imigran ke masing-masing negara anggotanya; pemberian bantuan dana dan tenaga untuk penampungan dan identifikasi imigran di Italia dan Yunani; serta deportasi bagi imigran yang tidak memasuki kualifikasi sebagai pengungsi. Meski demikian, implementasi rencana-rencana tersebut banyak mendapat hambatan. Negara-negara anggota cenderung tidak yakin skema dari Uni Eropa mampu membendung derasnya arus masuk imigran. Oleh karena itu, satu per satu negara anggota justru mulai memberlakukan sekuritisasi yang dapat dikatakan menentang skema dan aturan yang ada dari Uni Eropa untuk mencegah masuknya lebih banyak imigran ke wilayah mereka. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan apabila isu imigran Mediterania dipercaya sangat berpengaruh terhadap dinamika sosial politik negara-negara anggotanya. Selain itu, isu ini juga dianggap sebagai sebuah tantangan bagi Uni Eropa dalam hal penanganan ancaman bersama dengan tetap menjaga kohesi antara negara-negara anggotanya. Dalam hal ini, kebijakan nasional negara anggota merupakan input yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan pimpinan pusat Uni Eropa. Dengan demikian 4 Europol Public Information, Changes in modus operandi of Islamic State terrorist attacks, The Hague, 18 January 2016, p. 3.

sama. 6 Pada penulisan makalah ini, konsep mixed migration digunakan untuk menjadi menarik untuk mengaji lebih dalam proses sekuritisasi dalam langkah penanganan isu krisis imigran yang menjadi prioritas utama di Uni Eropa saat ini. 1.2 Rumusan Masalah Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: Bagaimana proses penanganan krisis imigran Mediterania di Uni Eropa tahun 2011-2015? 1.3 Landasan Teori 1.3.1 Konsep Mixed Migration Secara terminologi, konsep migrasi sendiri memiliki cakupan yang luas dan berbagai jenis. Meski demikian, istilah mixed migration dianggap sebagai yang paling sesuai untuk mendeskripsikan berbagai jenis migrasi seperti salah satunya yang terjadi di Mediterania. Mengacu pada International Organization for Migration (IOM), istilah mixed migration meliputi, pergerakan populasi secara kompleks yang meliputi, pengungsi, pencari suaka, immigrant ekonomi dan jenis imigran lainnya. 5 Dalam hal ini korban dari perdagangan manusia, stateless personsdan anak di bawah umur tanpa pengawasan juga dapat dimasukkan ke dalam kategori mixed migration. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa mixed migration merupakan istilah paling tepat untuk menjelaskan secara baik beragam alasan yang melatarbelakangi adanya migrasi. Istilah ini semakin tepat untuk menggambarkan isu imigran Mediterania apabila mengacu pada kriteria mixed migration menurut United Nations Refugee Agency (UNHCR), yaitu meski dengan motivasi dan keperluan berbeda-beda, namun dengan rute, pilihan transportasi dan jaringan penyelundup yang mewakili kondisi krisis imigran di Uni Eropa yang semakin memburuk. Hal ini terutama saat Jerman mengumumkan kebijakan buka pintu untuk lebih banyak 5 IOM (International Organization for Migration), Glossary on Migration, International Migration Law, 2004, diunduh dari<http://www.iom.int/jahia/webdav/site/myjahiasite/shared/shared/mainsite/published_docs/serial_publicatio ns/glossary_eng.pdf>, p. 42. 6 UNHCR, Refugee Protection and Mixed Migration (online), <http://www.unhcr.org/pages/4a16aac66.html>, diakses pada 20 September 2015.

pengungsi ke wilayahnya pada pertengahan tahun 2015. Banyak imigran yang bukan berasal dari daerah konflik turut membaur dengan para pencari suaka agar mendapat pengakuan serta jaminan kesejahteraan sebagai pengungsi di Eropa. Identitas pengungsi yang semakin samar dan sulit dibedakan dengan imigran ekonomi itulah yang dinamakan mixed migration sehingga berdampak pada label bad migrants bagi semua imigran yang masuk ke Uni Eropa. Mixed migration pun menjadi salah satu alasan yang mendorong negara-negara anggota untuk melakukan sekuritisasi, di samping faktor perbedaan mencolok identitas para imigran dengan masyarakat Uni Eropa. 1.3.2 Teori Sekuritisasi Sekuritisasi menurut Barry Buzan, dkk. Merupakan keamanan yang disajikan sebagai gerakan dalam ranah panic politic (politik kepanikan), dimana perpindahannya dari aturan-aturan politik normal dapat menjustifikasi adanya kerahasiaan, tambahan kekuasaan eksekutif serta aktivitas yang dapat bersifat ilegal. 7 Dalam hal ini, cakupan keamanan dapat diperluas hingga ke luar sektor militer dan politik tradisional. Dengan demikian, sebuah isu dapat menjadi bagian dari isu keamanan apabila dianggap sebagai ancaman eksistensial, terdapat speech act pelabelan suatu isu sebagai ancaman oleh aktor dengan kedudukan penting terkait isu, serta respon terhadap isu tersebut yang cenderung tergesa-gesa dan dilakukan di luar agenda politik pada normalnya. Kunci dari pandangan konstruktivisme yang terdapat pada teori sekuritisasi ini ialah upaya bagaimana mengalihkan fokus dari analisis obyektif terhadap penilaian suatu ancaman ke cara yang lebih kompleks dimana keamanan secara internal terkonstruksi dan dimunculkan. 8 Dengan kata lain, keamanan didefinisikan sebagai suatu hal yang bersifat self-referential, dimana sebuah isu dianggap sebagai isu keamanan bukan karena keberadaan ancaman eksistensial, namun karena isu tersebut disajikan sebagai ancaman. 9 Oleh karena itu, kehadiran teori sekuritisasi dapat menyediakan metode operasional konstruktivis untuk memahami dan menganalisis 7 B. Buzan, Rethinking Security after the Cold War, Cooperation and Conflict, vol. 32, no.1, 1997, p.14. 8 R. Dannreuther,International Security: The Contemporary Agenda, Polity Press, Cambridge, 2007, p. 92. 9 B. Buzan, O. Waever and J. de Wilde, Security: A New Framework for Analysis, Lynne-Rienner, London, 1998, p. 24.

bagaimana dan kapan sebuah isu berkembang menjadi isu keamanan. 10 Hal ini untuk membantu merencanakan proses desekuritisasi atau pengembalian isu ke dalam agenda politik yang normal kembali. Dalam hal ini kerangka analisis sekuritisasi digunakan dengan cara menentukan siapa yang melakukan sekuritisasi, isu apa yang disekuritisasi, mengapa isu tersebut disekuritisasi, apa hasil dari tindakan sekuritisasi serta pada kondisi seperti apa dilakukan sekuritisasi. 11 Keberhasilan dari sekuritisasi sendiri dapat dilihat melalui tiga komponen yakni bentuk ancaman eksistensial yang dihadapi, langkah darurat yang diambil untuk menghadapinya, serta efeknya terhadap relasi inter-unit akibat melanggar peraturan yang ada. 12 Selain itu, pada prosesnya sendiri awal langkah sekuritisasi haruslah didukung dengan speech act yang berpengaruh. Dalam hal ini, keberhasilan speech act dapat dilihat dari dua faktor. Dari faktor internat, speech act yang berhasil harus memiliki konten meyakinkan dengan penggunaan pemilihan kata sesuai dengan sektor keamanan apa yang terancam. Pada sektor keamanan bermasyarakat sendiri, pemilihan kata-kata yang digunakan dalam speech act sendiri akan berkaitan dengan identitas.sementara dari faktor eksternal, status dan posisi aktor sekuritisasi serta persepsi bentuk ancaman juga menentukan keberhasilan speech act. Meski speech act menentukan keberhasilan dari langkah awal sekuritisasi, namun aktor yang berperan penting untuk keseluruhan proses ini bukan hanya pelaku sekuritisasi tetapi juga pihak audiens atau obyek referen. Pasalnya, tanpa penerimaan dan dukungan dari audiens untuk melegitimasi pelanggaran beberapa aturan demi keselamatan eksistensial mereka, maka proses sekuritisasi tidak akan berhasil pada akhirnya. Selanjutnya, secara regionalisme sendiri, keberhasilan sekuritisasi juga dapat dilihat dari bagaimana dampak dan penyebarannya ke unit-unit aktor negara bangsa lainnya yang memiliki kedekatan lokasi dan relasi dengan pelaku sekuritisasi. Pola keterkaitan keamanan yang terjadi pada level regional dapat ditinjau prosesnya melalui tiga langkah. Pertama, apakah isu telah secara sukses tersekuritisasi oleh aktor tertentu. Kemudian kedua, apabila sukses, telusuri bagaimana hubungan dan interaksi aksi keamanan pada kasus ini berpengaruh pada keamanan lainnya dan bagaimana dapat ditemui efek echo secara signifikan. Terakhir dapat dillihat dari 10 Buzan et.al, p. vii. 11 Buzan, p. 32. 12 Buzan, p 26.

bagaimana rantai-rantai ini secara kolektif dikumpulkan menjadi suatu kluster ketergantungan keamanan pada tingkat keamanan. Dengan kata lain, pola sekuritisasi di tingkat regional dapat diperhatikan dari teori Kompleksitas Keamanan Klasik (Classical Security Complex) yang menggabungkan perhatian aktor-aktor utama ke dalam konstelasi, atau ikatan dari hubungan keamanan yang sama. Di sisi lain, pola sekuritisasi ini juga menggunakan pandangan keamanan regional, atau kumpulan dari keamanan-keamanan nasional atau lebih pada konstelasi tertentu dari ketergantungan keamanan dalam sekumpulan grup negara-negara. Teori sekuritisasi ini akan dijadikan landasan untuk menjawab pertanyaan yang diangkat mengenai proses sekuritisasi yang terjadi di Uni Eropa. Dalam hal ini teori sekuritisasi awalnya akan digunakan untuk melihat elemen-elemen sekuritisasi yang terjadi pada level nasional negara anggota seperti bentuk ancaman, keberhasilan speech act, penerimaan audiens dan langkah-langkah kepanikan politik. Selanjutnya, teori ini juga akan menjelaskan bagaimana sekuritisasi pada level nasional memunculkan adanya kompleksitas keamanan pada level regional sehingga langkah sekuritisasi pun dilakukan oleh badan supranasional Uni Eropa. 1.4 Argumen Utama Proses sekuritisasi terhadap isu imigran Mediterania 2011 2015 awalnya terjadi pada level nasional. Dengan mengatasnamakan identitas bangsa, aktor-aktor sekuritisasi yang berupa kepala pemerintahan maupun pihak oposisi di beberapa negara anggota Uni Eropa mengungkapkan krisis ini sebagai ancaman eksistensial. Pada penerapannya, proses sekuritisasi tersebut pun ternyata mendapat dukungan dari audiens, sehingga langkah-langkah sekuritisasi pun lantas terlegalisasi pelaksanaanya. Dalam hal ini, langkah sekuritisasi yang dilakukan oleh suatu negara anggota mendorong negara anggota lain untuk turut melakukan sekuritisasi pula. Dengan adanya ketergantungan keamanan pada negara-negara anggota Uni Eropa, maka sekuritisasi di tingkat nasional yang pada awalnya dianggap sebagai suatu ancaman eksistensial di sektor kebermasyarakatan memiliki efek echo untuk menjadi suatu ancaman sektor politik dan ekonomi pada level regional Uni Eropa. Hal ini kemudian

mendorong adanya sekuritisasi terhadap isu imigran Mediterania 2011 2015 pada level regional Uni Eropa. 1.5 Metodologi Penelitian Penulisan skripsi ini sebagian besar ditulis dengan menggunakan metode kualitatif. Secara umum, metode kualitatif terutama digunakan dengan mengumpulkan data-data terbaru terkait isu imigran Mediterania yang terjadi selama tahun 2011 2015 melalui terbitan buku, jurnal, maupun artikel dari lembaga-lembaga penelitian. Selain itu, pengumpulan data kualitatif juga diperoleh dengan cara mengikuti terbitan-terbitan yang dirilis secara berkala oleh pihak Uni Eropa, United Nation of High Commissioner on Refugees (UNHCR), serta International Organization Migration (IOM). Dalam hal ini, digunakan pula metode kuantitatif untuk memperoleh dukungan data angka yang memperkuat argumen.meski demikian, pada bagian analisis digunakan kembali metode kualititatif untuk menjelaskan peran sekuritisasi, melalui teori dari Copenhagen School, terhadap penanganan krisis imigran Mediterania 2011 2015 di Uni Eropa. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I dari penulisan skripsi ini dimulai dengan uraian yang menjelaskan latar belakang dari pengangkatan topik Sekurititsasi Isu Imigran: Krisis Mediterania 2011 2015 pada 1.1. Hal ini meliputi latar belakang dari terjadinya isu serta alasan-alasan yang membuat isu ini menarik untuk dijadikan karya ilmiah. Selanjutnya, pada 1.2 penulis merisalahkan sebuah rumusan masalah yang akan dijawab melalui bab-bab selanjutnya pada skripsi. Rumusan masalah dalam hal ini membantu agar penyajian data serta analisis nantinya tetap fokus dan koheren. Pada 1.3 diuraikan satu konsep dan satu teori yang digunakan sebagai pisau analisis untuk topik ini. Kemudian 1.4 memuat argumen utama dari penulisan makalah yang berupa hipotesa awal penulis dalam menjawab rumusan masalah dengan kerangka teori yang dipilih dan data-data sementara. Lalu, pada 1.5 dipaparkan metodologi penelitian yang digunakan serta pada 1.6 terdapat uraian mengenai sistematika penulisan dari skripsi ini. Bab II dari skripsi ini akan membahas mengenai proses sekuritisasi terhadap penanganan krisis imigran Mediterania 2011 2015 pada level nasional negara anggota Uni Eropa. 2.1 akan membahas mengenai bagaimana Krisis Imigran Mediterania 2011 2015

terjadi. Hal ini meliputi rute yang ditempuh, grafik negara anggota yang paling banyak menerima pengungsi di Uni Eropa selama krisis berlangsung, serta penjelasan pemilihan negara destinasi imigran. Selanjutnya, 2.2 menjelaskan bagaimana krisis imigran Mediterania kali ini dikonstruksikan sebagai suatu ancaman eksistensial berdasarkan logika Uni Eropa. Pada bagian ini konsep migrasi campuran dan teori sekuritisasi mulai digunakan untuk mengidentifikasi ancaman eksistensial. Bagian 2.3 kemudian menjelaskan mengenai langkah sekuritisasi yang dilakukan pada level nasional negara anggota. Hal ini meliputi data-data speech act dari aktor-aktor sekuritisasi di negara-negara bagian serta penerimaan audiens terhadap proses sekuritisasi yang disusun berdasarkan kerangka teori sekuritisasi dari Buzan, dkk. Bagian terakhir pada Bab II, yaitu 2.4 menjelaskan mengenai data-data langkah sekuritisasi yang dilakukan pada level nasional oleh negara-negara anggota Uni Eropa. Selanjutnya Bab III menjelaskan sekuritisasi isu imigran Mediterania 2011 2015 pada level regional. Pada 3.1 dijelaskan mengenai inisiasi langkah-langkah awal yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam menangani krisis imigran Mediterania kali ini dalam politik normal. Selanjutnya, 3.2 menjelaskan mengenai transisi bagaimana krisis imigran Mediterania ini lantas dianggap ancaman terhadap identitas integrasi regional Uni Eropa. Terakhir pada 3.3 dijelaskan proses dan langkah sekuritisasi pada level regional Uni Eropa. Penulisan skripsi ini akan diakhiri pada Bab IV dimana selain ditarik kesimpulan, penulis memberikan rekomendasi singkat mengenai perlunya desekuritisasi krisis imigran Mediterania 2011 2015 ini melalui perspektif humaniter.