Prospek Endapan Mineral Titanium Magnetit Pada Selat Bali, Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
INTRUSI VULKANIK DI PERAIRAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

SEISMIK STRATIGRAFI PERAIRAN LOMBOK LEMBAR PETA 1807, NUSA TENGGARA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

STRUKTUR GEOLOGI TELUK BONE - SULAWESI SELATAN GEOLOGICAL STRUCTURES OF THE BONE GULF- SOUTH OF SULAWESI

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN BAHAN GALIAN NON LOGAM DI KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI IRIAN JAYA BARAT

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

BAB IV SEJARAH GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

PENYEBARAN DAN KETERDAPATAN MINERAL BERAT DI PERAIRAN KALIMANTAN BARAT. Noor Cahyo D. Aryanto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI DAN PENYELIDIKAN MINERAL NON LOGAM KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB V SEJARAH GEOLOGI

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

POTENSI BAHAN GALIAN GRANIT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KARAKTERISTIK MINERALOGI ENDAPAN PASIR BESI DI DAERAH GALELA UTARA KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

Citra LANDSAT Semarang

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

SURVEY GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI KAMPALA KABUPATEN SINJAI SULAWESI SELATAN

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa merupakan daerah penghasil sumber daya tambang dengan

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB II GEOLOGI REGIONAL

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DASAR LAUT BERDASARKAN HASIL PENAFSIRAN DATA SEISMIK PERAIRAN TELUK JAKARTA DAN SEKITARNYA

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

BAB II TINJAUAN UMUM

Transkripsi:

Prospek Endapan Mineral Titanium Magnetit Pada Selat Bali, Indonesia Kevin Muster Regulus VICTOR 1, Aton PATONAH 1, Dicky MUSLIM 1 dan Delyuzar ILAHUDE 2 1 Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21, 45363, Sumedang, Jawa Barat, Indonesia 2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL), Jalan Dr. Djunjunan No. 236, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Email : kevinmuster.rv@gmail.com Abstrak Lokasi daerah penelitian terletak pada koordinat 8 o 03 8 o 07 LS dan 114 o 25 114 o 35 BT. Tujuan penelitian ini adalah menginventarisasi data mineral khususnya endapan Titanium Magnetit di perairan Selat Bali. Secara stratigrafi, daerah penelitian termasuk dalam Formasi Batuan Gunungapi Buyan-Bratan dan Batur Purba. Metode penelitian yang digunakan adalah pengambilan percontoh batuan di pantai Banyuwangi-Bali Barat dan pantai Pulau Menjangan- Tabuan. Selanjutnya, pemilihan percontoh sebanyak 107 percontoh dengan rata rata ukuran butir 0,125 mm, untuk analisis mineral oles dan mineral berat. Hasil analisis mineral oles menunjukkan keterdapatan tiga kelompok mineral, yaitu: biogenik, non-biogenik, dan antigenik. Sementara, hasil analisis mineral berat memperlihatkan kandungan Titanuim Magnetit (TiO2Fe2O4) sebanyak 87% dengan 15%-30% terdapat di dalam percontoh sedimen permukaan. Mineral berat lainnya yang hadir adalah Hematit (Fe2O3), Rutil (TiO2), Zirkon (ZrSiO4), Sphene (CaTi(SiO4)O), Hornblende (Ca2(Mg,Fe,Al)5(Al,Si)8O22(OH)2), Augit (CaNa(MgFeAlTi)(SiAl)2O6), Biotit (K(Fe,Mg)3AlSi3O10(F,OH)2). Berdasarkan himpunan mineral di daerah ini, Titanium Magnetit berasal dari batuan vulkanik seperti basalt dan andesit. Ditemukannya ukuran butir yang halus pada mineral berat dan mineral antigenik mengindikasikan bahwa arus laut memiliki peranan besar dalam pengendapan Titanium Magnetit. Kajian ini diharapkan menjadi data awal untuk eksplorasi prospek endapan Titanium Magnetit yang ekonomis di Selat Bali. Kata Kunci : Endapan Titanium Magnetit, mineral oles, mineral berat, prospek, Selat Bali Pendahuluan Indonesia merupakan suatu negara maritim atau kepulauan yang berwawasan nusantara, memiliki lebih dari 13.600 pulau dan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km. Secara geografis wilayah negara kepulauan Indonesia terletak diantara tiga lautan besar, menyebabkan Indonesia tidak saja sangat penting ditinjau dari kacamata ekonomi dan politik, tapi juga menarik ditinjau dari aspek laut (oseanologi), geologi pantai, dan lepas pantai yang dipengaruhi oleh unsur-unsur yang datang dari laut dan daratan. Sebagai konsekuensi logis dari keadaan alam Indonesia diatas, maka diperlukan suatu kajian khusus dalam mengembangkan potensi yang ada di Indonesia ini terutama dari sisi mineralmineral yang dapat bermanfaat sebagai sumber energi dan ekonomi suatu daerah. Penelitian yang dilakukan di Perairan Selat Bali melalui pendekatan geologi dan geofisika mendapatkan berbagai jenis mineral yang bisa untuk dikembangkan sebagai pengembangan

daerah Bali ini terutama untuk kawasan Bali Barat. Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dari penelitian di perairan Selat Bali ini adalah untuk menginventarisasi, mengevaluasi, dan menafirkan data yang diperoleh serta kompilasi dengan data penunjang lainnya. Tujuan dari penelitian ini terutama akan mengkajikan kondisi geologi daerah penelitian secara khusus dalam bidang mineral, rekomendasi keteknikan baik yang berguna untuk pengembangan wilayah, perekayasaan potensial pertambangan, inventarisasi data mineral ekonomis dari daerah penelitian ini. Waktu dan Lokasi Penelitian dimulai dengan studi pustaka dan observasi daerah penelitian pada tanggal 18 Juli 2015 31 Agustus 2015. Lokasi penelitian (Gambar 1) meliputi daerah daratan pantai sebelah timur P. Jawa (Lembar Banyuwangi/Blambangan) dan sebelah barat P. Bali (Lembar Bali) serta daerah perairan Selat Bali, dengan luas daerah sekitar 400 km, terletak paa koordinat 8 o -8 o 25 LS dan 114 o 28-114 o 35 dan lembar peta 1707-5,1708-2-1, kedalaman lauta berdasarkan peta GEBCO skala 1 : 250.000, berkisar antara 0-200 meter dengan ketinggian daratan pantai berkisar antara 0 hingga kurang lebih 20 meter diatas muka laut. Lokasi penelitian dapat dicapai dengan melalui jalur darat yang berjarak sekitar 300 km dari kota Surabaya ke arah timur, sedangkan dengan sarana keretaapi dapat ditempuh menuju pelabuhan Ketapang yang berjarak kurang lebih 7 km dari kota Banyuwangi. Metode Penelitian Jumlah percontoh yang dianalisis adalah 107 percontoh. Percontoh yang diambil untuk dianalisis mineral berat, mempunyai besar butir ± 0,125 mm. Percontoh ini kemudian dipreparasi dengan cairan bromoform. Yang mempunyai berat jenis 2,89. Jenis mineral yang dianalisis mempunyai berat jenis lebih besar dari 2,89, meskipun pada kenyataannya sering dijumpai pengaturan mineral ringan seperti kuarsa atau beberapa jenis fauna/fossil. Geologi Regional Berdasarkan klasifikasi morfologi dari Inman dan Nordstrom (1971) dengan penekanan pada kenampakan-kenampakan morfologi utama dari tipe tektoniknya, pantai Bali termasuk dalam tipe morfologi Mountaineous Coast yaitu pantai yang terjadi akibat tumbukan antara lempeng benua dan lempeng samudera. Hal ini terlihat dari jajaran gunungapi masingmasing dari barat ke timur adalah G. Seraja (1058 mdpl), G. Agung (3142 mdpl), G. Batur (1717 mdpl), G. Tjatur (2098 mdpl), G. Lesong (1860) mdpl, G. Sengajang (2087 mdpl), G. Batukaru (2276 mdpl), G. Kutul (842 mdpl), G. Patas (1414 mdpl), G. Musi (1215 mdpl), G. Merbuk (1586 mdpl)g. Sangiang (1004 mdpl), dan G. Kelatakan (698 mpdl). Beberapa ahli geologi yang pernah bekerja di daerah ini diantaranya adalah M.M Pubohadiwidjojo, N.R Sutarto, Darwin Kadar, J.D Elifas, dan L. Padjianto serta M. Alzwar. Hasilnya adalah peta Geologi Lembar Bali dengan skala peta 1:250.000 yang disusun oleh M.M Purbohadiwidjojo (1971). Menurut para peneliti diatas, daerah penelitian tersusun oleh masing-masing (lihat Tabel 1) : a. Endapan aluvium yang tersebar di sekitar pantai Seminyak, Pantai Kuta hingga Teluk Jimbaran. b. Tuffa dan endapan lahar Buyan-Brata dan Batur. Batuan ini dijumapi di sepanjang pantai antara Tg. Bulungdaja hingga pantai Canggu. c. Formasi Palasari yang berumur Kuarter Bawah. Formasi ini terdiri dari konglomerat, batupasir, dan batugamping terumbu yang tersebar di sepanjang pantai antara Pulukan hingga sebelah timur Surabrantan.

d. Batuan gunungapi Jembrana yang tersusun oleh lava, breksi, tufa dari G. Kelatakan, G. Merbuk, G. Patas, dan batuan lain yang tergabung. Batuan ini berumur Kuarter Bawah dan tersingkap sedikit di sekitar pantai Surabrantan. e. Formasi Selatan yang berumur Miosen-Pliosen, tersusun terutama oleh batugamping. Batuan ini tersingkap di sepanjang pantai antara sebelah selatan Teluk Jimbaran hingga Tg. Mebulu. Hasil dan Analisis Di perairan Selat Bali telah dilakuka seismik pantul dangkal; saluran tunggal Sparker Resolusi tinggi. Data seismik direkam dengan menggunakan energi suara 600 Joule, sapuan perekaman 0,5 detik dan picu ledakan diatur setiap 1 detik. Dari seismik (lihat gambar 2) diperoleh bahwa di perairan Selat Bali terdapat sesar-sesar aktif di bagian barat dan bagian timur daerah penelitian. Terdapat juga morfologi tinggian di bagian timur yang diduga sebagai daratan Pulau Bali dan morofologi tinggian barat sebagai daratan Pulau Jawa. Adanya onggokan dipermukaan dasar laut di sekitar Tanjung Pasir Putih ditafsirkan sebagai carbonate build-up. Bentuk ini banyak ditemukan di sekitar Pulau Menjangan yang merupakan kawasan wisata bawah laut. Selama penelitian geologi di lingkungan pantai dan lepas pantai di perairan Selat Bali dan sekitarnya telah dilakukan pengambilan sedimen dasar laut dengan menggunakan pemercontohan 68 sampel. Dari seluruh percontohan yang diambil ternyata 58 contoh berhasil dan sisanya gagal didalam perolehan sedimen, walaupun telah dicoba dua sampai tiga kali pengambilan dan membatasi hanya pada kedalaman maksimum 50 meter. Kegagalan ini memungkinkah oleh karena kurang sesuainya peralatan untuk beberapa lokasi daerah penelitian, khususnya bagi lokasi yang mempunyai perairan yang mempunyai kelerengan bawah laut besar dan kuatnya arus bawah laut seperti sepanjang pantai Selogiri dan Gilimanuk. Sedimen dasar laut diatas memperlihatkan bahwa sebagian besar sedimennya terdiri dari fraksi ukuran pasir dan krikil disusun oleh bahan-bahan vulkanikklastik, gamping-klastik, dan organo-klastik. Analisis Contoh Oles : Untuk penelitian di daerah Selat Bali ini dapat dianalisis melalui 107 percontoh batuan yang diambil di pantai dan lepas pantai. Mineral-mineral didalam analisa dari daerah penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu : Biogenik, bukan biogenik, dan Antigenik. 1. Biogenik Dapat dikelompokkan lagi menjadi dua yaitu : Gampingan dan silikatan. Dari hasil analisa secara keseluruhan, di daerah ini ternyata yang ditemukan hanya mineral (dan fosil) fauna bersifat gampingan. Mineral gampingan (kalsit), umumnya ditemukan sebagai fragmen, berukuran pasir halus sampai halus menengah. Tidak ditemukan mineral gampingan yang berbutir sangat halus (Mikrit). 2. Bukan biogenik Didominasi oleh mineral detrital terutama mineral berat dengan besar butir antara pasir halus-pasir menengah. Mineral dalam jumlah yang cukup besar butir antara pasir haluspasir menengah. Mineral berat dalam jumlah yang cukup banyak (15-75 %), ditemukan terutama di daerah sekitar pantai Banyuwangi ( contoh no. D1- D38, C1-C36). Sedangkan di pantai barat Pulau Bali, yang banyak mengandung mineral berat adalah dari lokasi no. contoh B2-B21. 3. Antigenik Mineral antigenik terdiri dari Zeolit, Dolomit, Gipsum, dan Glaukonit. Didaerah ini ditemukan hanya mineral Zeolit dan Dolomit dalam jumlah yang tidak sedikit dimana tidak pada semua contoh ada.

Analisis Mineral Berat Jumlah percontoh yang dianalisa adalah 107 sampel. Contoh yang diambil untuk dianalisa mineral berat, mempunyai besar butir 0,125 mm. Contoh ini kemudian dipreparasi dengan cairan bromoform. Yang mempunyai berat jenis 2,89. Jadi mineral berat yang dianalisa mempunyai berat jenis yang lebih besar dari 2,89 meskipun pada kenyataannya sering dijumpai pengaturan mineral ringan seperti kuarsa, atau beberapa jenis fauna/fosil. Dari analisa mineral berat ditemukan banyak Titanomagnetit (Ti.Magnetit) pada perairan Selat Bali. Dari analisa lainnya ternyata selain Ti magnetit, juga ditemukan beberapa jenis mineral berat lainnya yang cukup penting. Dibawah ini, uraian secara rinci masing-masing jenis mineral berat yang ada di dalam daerah penelitian (lihat gambar 3-5) : 1. Ti. Magnetit (TiO2Fe2O4) ditemukan di sekitar pantai Banyuwangi, contoh No. D1-D38, C1-C36, Gb.2-Gb.14 dan di pantai Pulau Bali bagian barat yaitu pada contoh No. B2-B21 dan Gb.40- Gb.43. 2. Hematit (Fe2O3) terdapat di daerahdaerah dimana ditemukannya Ti. Magnetit hal ini dikarenakan bahwa Hematit adalah hasil dari reaksi perubahan Ti. Magnetit pada daerah penelitian ini. 3. Rutil (TiO2) yang ditemukan pada daerah ini hampir pada setiap contoh terdapat rutil dalam jumlah sedikit, sekitar 1-5% terutama berasosiasi dengan Ti. Magnetit dan Horblende. 4. Zirkon (ZrSiO4) ditemukan pada beberapa contoh saja dengan jumlah kadar kurang lebih hanya 1% antara lain contoh No. Gb. 12, Gb. 15, Gb. 29, Gb. 34, Gb. 35, Gb. 40, B.9, B.15, dan beberapa contoh lagi. 5. Sphene ((CaTi (SiO4) O) yang terdapat pada beberapa contoh, dalam jumlah sedikit, kurang lebih sekitar 1% antara lain pada contoh nomor Gb.2, Gb.3, Gb.7, Gb.12, Gb.13, Gb.15, Gb. 24, Gb.26, B.9, B.15. 6. Horblende, merupakan mineral yang hampir ditemukan pada banyak contoh analisa, dengan jumlah cukup banyak yaitu sekitar 5-50%. 7. Augit, merupakan mineral salah satu jenis piroksen, di daerah ini ditemukan pada beberapa contoh dengan jumlah sekitar1-5%. 8. Biotit, dimana terdapat beberapa contoh yang sering berasosiasi dengan horblende, hanya terdapat dalam jumlah sedikit sekitar 1-3% dari tiap contoh yang ada. Pada Tabel 2 menunjukkan interpretasi tentang asal-usul mineral dan sumber batuan (source rock), dari mineral-mineral yang ditemukan di daerah Selat Bali. Diskusi Kestabilan mineral berat, dipengaruhi oleh faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor dari luar yanjg dimaksud adalah pengaruh dari luar seperti pelapukan, transportasi, abrasi, dan alterasi. Karena itu, tempat dimana contoh tersebut diambil sangat dipengaruhi oleh faktor luar. Karena contoh yang dianalisa disini diambil dari sekitar pantai dan lepas pantai, maka faktor pelapukan, transportasi, dan abrasi sangat berperan.sedangkan alterasi bisa terjadi pada waktu mineral tersebut masih berada dalam batuan di daratan. Faktor dari dalam maksudnya adalah sifat-sifat mineral itu sendiri, yaitu sifat fisik dan kimiawi. Dari sifatsifat mineral itu sendiri yang terpenting adalah kekerasan, sistem kristal, dan unsur-unsur kimia. Dari hal-hal tersebut maka sebenarnya adalah sukar dalam menentukan atau membuat daftar kestabilan mineral secara tetap dan tepat. Meskipun demikian, berdasarkan faktorfaktor diatas, disini akan dicoba

mengelompokkan mineral-mineral berat yang ditemukan di daerah Selat Bali, dilihat dari segi kestabilannya. Mineral yang termasuk ultra stabil adalah Rutil, Zirkon, dan Sphene, sedangkan mineral yang lainnya seperti Ti. Magnetit, Hematit, Limonit, Horblende, Augit, dan Biotit termasuk mineral yang meta stabil. Dari hasil analisa mineral berat, ternyata daerah Selat Bali khususnya disekita Pantai Banyuwangi cukup menarik. Hal ini disebabkan karena di daerah ini mengandung besi dan terutama titanium. Meskipun sekarang ini Titanium belum terkenal di Indonesia, tetapi sebenarnya sejak tahun 1971, PT Aneka Tambang telah memproduksi konsentrat Ti Magnetit yang diambil di Cilacap Jawa Tengah sebanyak 100.000 ton/tahun. Sebagian besar Titanium dipergunakan sebagai bahan campuran untuk industri besi baja, sehingga dapat dihasilkan besi baja dengan kualitas mutu yang lebih tinggi. Antara lain mempunyai sifat yang lebih kuat, ringan, dan tahan karat. Para empu zaman Kerajaan Majapahit di Jawa-Bali dahulu sering melapisi bagian luar senjata yang dibuatnya baik berupa keris atau tombak sebagai pamor dengan logam yang diambil dari Selat Bali ini dengan demikian senjata dapat dibuat dengan kualitas baik. Kesimpulan Dari hasil analisis penelitian dan diskusi diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1. Di daerah penelitian ditemukan sesarsesar aktif yang terus berkembang. Sesar-sesar aktif tersebut diduga tersebar di kawasan pantainya. Onggokan dasar laut yang muncul ke permukaan diperkirakan sebagai carbonate build-up yang banyak dijumpai di sekitar Tanjung Pasir Putih di Pulau Bali sampai sekitar Pulau Menjangan. 2. Dari hasil analisa mineral berat, ternyata daerah Selat Bali khususnya perairan sekitar Pantai Banyuwangi mengandung cukup banyak besi terutama Titanium. Sebagian besar Titanium dipergunakan sebagai bahan campuran untuk industri besi baja, sehingga dihasilkan besi baja dengan mutu tinggi 3. Banyaknya mineral berat dan tidak dijumpai mineral yang berbutir halus (lempung), serta terlalu sedikitnya dijumpai mineral antigenik di daerah penelitian menunjukkan bahwa arus laut cukup kuat terjadi di daerah ini. Saran dan Rekomendasi 1. Daerah ini merupakan kawasan wisata bawah laut yang dapat dikembangkan karena memiliki potensi pemandangan bawah laut yang indah dan banyak ditumbuhi oleh aneka ragam koral. Pengembangan di wilayah ini diharapkan tidak mengabaikan kondisi geologi setempat. 2. Apabila ada pihak atau perusahaan yang berminat tentang Titanium, khususnya di daerah Selat Bali maka disarankan agar melakukan penelitian lebih lanjut terutama tentang jumlah dan kadar Titanium dan besi secara lebih teliti Pustaka Bambang, D., Lukman, A., Udaya, K., Delyuzar, I., Mimin, K., Hartono., 1990, Penyelidikan Geologi dan Geofisika Kelautan di Selat Bali dan Sekitarnya, Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Bandung. Tidak dipublikasi. Purbo Hadiwidjojo, M.M., 1971, Peta Geologi Lembar Bali, skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Sangree, J.B. and J.M. Weidmier, 1979, Interpretation of Depositional Facies

Lampiran Seismic Data. Geophysics, 44, No.2, 133p. Tabel 1. Stratigrafi Bali Sheriff, R.E., 1986, Seismic Stratigraphy. International Human Resources Development Corporation, Boston, 22p. Tabel 2. Interpretasi asal-usul mineral dan sumber batuan (source rock), dari mineral-mineral yang ditemukan di daerah Selat Bali. Nama Mineral Ti. Magnetit Hematit Rutil Zirkon Sphene Horblende Biotit Limonit Kalsit Dolomit Asal-usul mineral Batuan vulkanik : Basalt, Andesit Berasal dari ubahan Ti. Magnetit Batuan vulkanik : Basalt Batuan vulkanik : Tufa Berasal dari ubahan rutil atau biotit Batuan vulkanik : Andesit, Basalt Batuan vulkanik : Basalt, Andesit Berasal dari ubahan biotit Biogenit dan detrital Antigenik

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Perairan Selat Bali. Gambar 2. Hasil dan Interpretasi Seismik Daerah Penelitian Selat Bali

Gambar 3. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (1) Gambar 4. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (2)

Gambar 5. Kandungan Mineral Berat Dalam Sedimen Perairan Selat Bali (3)