: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN, PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN, PENGEDARAN DAN PENJUALAN, SERTA PERIZINAN MINUMAN BERALKOHOL

P E R A T U R A N D A E R A H

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 01 Tahun : 2009 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PELARANGAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 12 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PENGEDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PEREDARAN

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BURU Dan BUPATI BURU MEMUTUSKAN :

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 6 TAHUN 2013

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 10 TAHUN 2015 RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 SERI E NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PELARANGAN PRODUKSI, PENGEDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PELARANGAN PENGEDARAN, PENJUALAN DAN PENGGUNAAN MINUMAN BERALKOHOL

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 13TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN KUNINGAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 06 TAHUN 2006 T E N T A N G PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN MINUMAN KERAS DAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 6 TH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 3 TAHUN 2010 SERI : E NOMOR : 3

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 19 TAHUN 2001 T E N T A N G PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL KOTA BATAM

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 04 TAHUN 2002 SERI C NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN BULUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KEBUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 12 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGATURAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR : 23 TAHUN 2000 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN `SAMBAS NOMOR : 2 TAHUN 2004 TENTANG LARANGAN, PENGAWASAN, PENERTIBAN PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

7. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 25, T

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011 NOMOR 6

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN, PENGENDALIAN DAN PELARANGAN MINUMAN BERALKOHOL

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2000

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

LARANGAN MINUMAN KERAS

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG MINUMAN KERAS / BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN MINUMAN KERAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN DAN LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAIMANA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG LARANGAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR (5" TAHUN2014 TENTANG PENGENDALIAN, PENGAWASAN DAN PENERTIBAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 07 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

Transkripsi:

BUPATI SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERTURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBA TIMUR Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol perlu dijabarkan lebih lanjut di Kabupaten Sumba Timur; b. bahwa minuman beralkohol jika tidak ditata/diatur dapat memberi dampak negatif bagi kehidupan masyarakat sedangkan jika ditata atau diatur dengan baik dapat memberi manfaat positif bagi kesehatan, ekonomi, sosial bagi kehidupan masyarakat; c. bahwa menghindari bahaya dan menjamin dampak pemanfaatan minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu mengadakan pengendalian dan pengawasan terhadap produksi, peredaran dan penjualan minuman beralkohol; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Produksi, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 1

2. Undang Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 5. Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1962 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2473); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1962 tentang Perdagangan Barang Barang Dalam Pengawasan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4402); 2

7. Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2013 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 190); 8. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 71/M-IND/PER/7/2012 tentang Pengendalian dan Pengawasan Industri Minuman Beralkohol; 9. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG / PER / 4 / 2014 tentang Pengendalian dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR dan BUPATI SUMBA TIMUR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sumba Timur. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumba Timur. 3. Bupati adalah Bupati Sumba Timur. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumba Timur. 5. Setiap orang adalah Badan Usaha atau orang yang melakukan usaha minuman beralkohol. 3

6. Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etil alkohol atau ethanol (C2H5OH) yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi tanpa destilasi. 7. Minuman beralkohol tradisional adalah minuman beralkohol yang dibuat secara tradisional dan turun temurun yang dikemas secara sederhana dan pembuatannya dilakukan sewaktu waktu serta dipergunakan untuk kebutuhan adat istiadat atau upacara keagamaan. 8. Peredaran minuman beralkohol tradisional adalah kegiatan mengedarkan minuman beralkohol tradisional kepada pengecer dan penjual langsung. 9. Penjual langsung minuman beralkohol tradisional adalah setiap orang yang melakukan penjualan minuman beralkohol tradisional secara langsung kepada konsumen. 10. Pengecer Minuman Beralkohol Tradisional adalah setiap orang yang melakukan penjualan minuman beralkohol tradisional dalam kemasan di tempat tertentu yang telah ditetapkan oleh Bupati. 11. Surat Izin Usaha Perdagangan Minuman Beralkohol Tradisional yang selanjutnya disingkat SIUP-MBT adalah surat izin untuk melakukan kegiatan usaha produksi, peredaran, dan penjualan minuman beralkohol tradisional. 12. Surat Izin Produksi Minuman Beralkohol Tradisional yang selanjutnya disingkat SIP-MBT adalah surat izin untuk melakukan kegiatan produksi minuman beralkohol tradisional. 13. Label Edar adalah Tanda Pengenal dalam bentuk Stiker yang ditempelkan pada setiap kemasan minuman beralkohol tradisional yang siap edar. 14. Kemasan adalah bahan yang digunakan sebagai tempat atau wadah pembungkus minuman beralkohol tradisional baik bersentuhan langsung maupun tidak besentuhan langsung dengan minuman beralkohol tradisional. 15. Pengendalian dan pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengendalikan dan mengawasi kegiatan produksi, peredaran dan penjualan minuman beralkohol. 16. Produksi minuman beralkohol tradisional adalah kegiatan memproses dari bahan baku menjadi minuman beralkohol tradisional. 17. Mabuk adalah keadaan seseorang karena pengaruh minuman keras sehingga tingkat kesadarannya menjadi berkurang atau terganggu, dan/atau terganggunya kondisi anggota tubuh. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup pengendalian dan pengawasan terhadap produksi pengedaran dan penjualan minuman beralkohol meliputi : a. Pengendalian dan Pengawasan; 4

b. Perizinan; c. Peran serta masyarakat; dan d. Larangan dan sanksi. BAB III PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Minuman Beralkohol Pasal 3 (1) Minuman beralkohol yang diatur dalam Peraturan Daerah ini adalah yang berasal dari produksi dalam negeri atau hasil import dengan pengggolongan sebagai berikut : a. minuman beralkohol golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol 0 % sampai dengan 5 % ; b. minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol lebih dari 5 % sampai dengan 20 %; dan c. minuman beralkohol golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol lebih dari 20 % sampai dengan 55 %. (2) Minuman beralkohol sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai barang dalam pengawasan. Pasal 4 (1) Bupati berwenang melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap peredaran dan penjualan minuman beralkohol. (2) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada unit terkait. (3) Tata cara pengawasan dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 5 (1) Minuman beralkohol sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hanya dapat dijual di : a. Hotel, Bar dan Restoran yang memenuhi persyaratan berdasarkan Peraturan Perundang undangan ; dan/atau b. Toko bebas bea. (2) Selain tempat sebgaimana dimaksud pada ayat (1) penjualan minuman beralkohol dapat dilakukan di tempat tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati. 5

(3) Tempat tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berada di sekitar sarana atau fasilitas umum yaitu sarana pendidikan, sarana kesehatan dan sarana ibadah. Bagian Kedua Minuman Beralkohol Tradisional Paragraf 1 Produksi Pasal 6 (1) Pemerintah Daerah berwenang menetapkan penggolongan minuman beralkohol tradisional yang diproduksi oleh setiap orang; (2) Penetapan penggolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. minuman beralkohol tradisional golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 0 % sampai dengan 5%; b. minuman beralkohol tradisional golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 5% sampai dengan 20%; dan c. minuman beralkohol tradisional golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 20% sampai dengan 55%. Pasal 7 (1) Bupati berwenang mengendalikan dan mengawasi proses produksi minuman beralkohol tradisional. (2) Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan cara permentasi dan penyulingan. (3) Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 8 (1) Setiap orang yang melakukan proses produksi minuman beralkohol tradisional wajib memiliki alat pengukur kadar ethanol yang dikandung oleh minuman beralkohol tradisional tersebut. (2) Alat pengukur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pikno meter yang secara teknis, jenis dan kualifikasi ditentukan oleh Bupati. Pasal 9 (1) Pemerintah Daerah berwenang melakukan pengujian terhadap kandungan ethanol yang diproduksi. (2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilakukan oleh unit terkait. (3) Tata cara pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 6

Pasal 10 (1) Setiap orang yang melakukan produksi minuman beralkohol tradisional wajib menggunakan bahan baku hasil pertanian dan akar akar yang mengandung karbohidrat berguna bagi kesehatan. (2) Penggunaan bahan baku sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut oleh unit terkait. Pasal 11 (1) Setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol tradisional wajib memasang label edar dalam bentuk stiker yang ditempel pada kemasan minuman tradisional beralkohol. (2) Label edar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat : a. nama minuman beralkohol tradisional; b. gambar ramuan yang digunakan ; c. kadar ethanol yang dikandung; d. lambang asal produksi minuman tradisional beralkohol; dan e. masa berlaku. Paragraf 2 Peredaran Pasal 12 (1) Pemerintah Daerah berwenang mengendalikan dan mengawasi peredaran minuman beralkohol tradisional yang diproduksi oleh setiap orang. (2) Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) agar : a. minuman beralkohol tradisional yang diedarkan sudah dalam bentuk kemasan dan telah diberi label edar; b. peredaran minuman beralkohol tradisional dilakukan oleh pengecer dan penjual langsung yang telah memiliki izin. (3) Pengendalian dan Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilakukan oleh unit terkait. Paragraf 3 Penjualan Pasal 13 (1) Pemerintah Daerah berwenang mengendalikan dan mengawasi penjualan minuman beralkohol tradisional yang diproduksi oleh setiap orang. (2) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. minuman tradisional beralkohol yang dijual adalah yang sudah dalam bentuk kemasan dan telah diberi label edar; 7

b. minuman beralkohol tradisional tidak dijual di gelanggang remaja, kaki lima, penginapan remaja, dan bumi perkemahan; c. minuman tradisonal beralkohol tidak dijual ditempat yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah dan sarana kesehatan; dan d. minuman beralkohol tradisional tidak dijual kepada konsumen di bawah usia 21 tahun. (3) Pengendalian dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara teknis dilakukan oleh unit terkait. Pasal 14 Penjualan minuman beralkohol tradisional dilakukan oleh : a. Pengecer; dan b. Penjual langsung. BAB IV PERIZINAN Pasal 15 (1) Perusahaan yang melakukan kegiatan peredaran dan/atau penjualan minuman beralkohol wajib memiliki SIUP-MB sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. (2) Setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, dan/atau menjual minuman beralkohol tradisional sebagai home industri / kerajinan rumah tangga wajib memiliki SIUP-MBT. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara dan syarat untuk memperoleh SIUP- MBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 16 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap produksi, peredaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional yang diproduksi oleh setiap orang. (2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam wujud melaporkan atau memberikan informasi tentang adanya tindakan : a. setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol tradisional tidak sesuai dengan proses produksi, pembuatan dan pengolahan minuman beralkohol tradisional; b. setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol tradisional tanpa ijin; c. setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol tradisional melebihi 25 (dua puluh lima) liter per hari; 8

d. setiap orang yang memproduksi minuman beralkohol tradisional melebihi kadar ethanol yang telah ditetapkan; dan/atau e. setiap orang yang memproduksi, mengedarkan, dan/atau menjual minuman beralkohol tradisional tanpa label edar. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 17 (1) Pemerintah Daerah mengalokasikan biaya pelaksanaan pengendalian dan pengawasan, produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional. (2) Alokasi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sumba Timur dan sumbangan lain yang tidak mengikat. BAB VII LARANGAN Pasal 18 Setiap orang dilarang memproduksi, mengedarkan, dan/atau menjual minuman beralkohol tradisional tanpa ijin. Pasal 19 Pengecer atau penjual langsung minuman tradisional beralkohol dilarang menjual minuman beralkohol tradisional pada : a. gelanggang remaja, kaki lima, penginapan remaja dan bumi perkemahan; b. tempat yang berdekatan dengan tempat ibadah, sekolah dan pelayanan kesehatan; atau c. kepada pembeli di bawah usia 21 tahun. Pasal 20 Penjual langsung maupun pengecer dilarang mengiklankan minuman tradisional beralkohol golongan A, golongan B dan golongan C kepada masyarakat. Pasal 21 Setiap orang dilarang mengkonsumsi minuman beralkohol tradisional sampai mabuk yang mengakibatkan kerugian harta benda, badan dan / atau nyawa orang lain. 9

BAB IX SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 22 (1) Setiap orang yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 10 ayat (1), Pasal 11 ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) serta melanggar larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Pasal 19, dan/atau Pasal 20 akan dikenakan sanksi administratif. (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. teguran lisan dan tertulis; b. penghentian sementara proses produksi, peredaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional ; dan/atau c. pencabutan Ijin Usaha. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menginterogasi seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ; d. melakukan penyitaan benda dan/atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara ; 10

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik Umum, bahwa tidak dapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum, memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya ; dan i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan ; (3) PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan disampaikan hasilnya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) dan/atau ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.50.000.000, - (lima puluh juta rupiah). (2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dipidana dengan hukuman sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. (3) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati. 11

Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumba Timur. Ditetapkan di Waingapu pada tanggal, 23 Juli 2014 BUPATI SUMBA TIMUR, GIDION MBILIJORA Diundangkan di waingapu pada tanggal, 23 Juli 2014 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR, JUSPAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2014 NOMOR 29 NOMOR REGISTRASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 005 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PRODUKSI, PEREDARAN DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL I. UMUM Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memuat paradigma demokratisasi, pemberdayaan dan pelayanan, serta keanekaragaman, sehingga Pemerintah Daerah memiliki keleluasaan dalam pengambilan keputusan dalam batas-batas kewenangannya, untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya dalam mendukung kualitas pelayanan publik. Konsekuensi dianutnya paradigma tersebut memberi keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan dalam rangka menciptakan perubahan yang mendasar dalam sistem kewenangan terhadap seluruh sistem penerintahan di daerah. Dalam kondisi seperti ini, Pemerintah Daerah memiliki ruang kebijakan yang luas untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat dan aspirasi yang berkembang. Salah satu kondisi ril yang harus mendapatkan perhatian serius saat ini adalah produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional yang dilakukan secara bebas di Kabupaten Sumba Timur, disatu sisi dapat membahayakan kesehatan jasmani dan mental serta memicu tindak kekerasan, kriminalitas dan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Namun disisi lain produksi minuman beralkohol tradisional dapat meningkatkan pendapatan ekonomi dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh jika dikonsumsi secara teratur dengan kandungan ethanol yang terukur. Berdasarkan kondisi ini, dipadang perlu untuk melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional agar para pengrajin dapat mengetahui hak dan kewajiban dalam melakukan kegiatan produksi, pengedaran dan penjualan minuman beralkohol tradisional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 13

Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 14

Pasal 19 Pasal 20 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 534 15