BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

2016 PENGARUH KOMPETENSI PENGUSAHA, INOVASI D AN KUALITAS PROD UK TERHAD AP D AYA SAING USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

PERBANDINGAN TENAGA KERJA INDONESIA DENGAN NEGARA ASEAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi memaksa setiap orang dan organisasi untuk segera melakukan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan inovasi di bidang finansial yang semakin canggih.

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. modal terutama terjadi dari negara-negara yang relatif kaya modal yaitu umumnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

DAYA SAING DALAM MENGHADAP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei Darusalam, Vietnam,

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

STRUKTUR PEKERJAAN DAN STRUKTUR SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Aliran masuk remitansi (remittance inflow) global telah mengalami pertumbuhan pesat

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan besarnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam suatu. angkatan kerja. Terakhir yaitu kemajuan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. perdebatan telah disampaikan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Beberapa peneliti

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

BAB I PENDAHULUAN. dana yang berasal dari dalam negeri, seringkali tidak mampu mencukupi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

Artikel Prof Mudrajad Kuncoro di Investor Daily: Paket Kebijakan Plus Revolusi Mental Thursday, 19 May :39

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik adalah dengan mengukur tingkat investasi yang dimiliki oleh daerah

BAB V PENUTUP. pemerintah Indonesia telah melakukan ratifikasi Piagam ASEAN kedalam. hukum nasional Indonesia dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor

Peningkatan Daya Saing Daerah Dalam Menghadapi Pasar Tunggal ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

INVESTASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE XX TAHUN 2016 TANGGAL 25 APRIL 2016

Policy Paper PENINGKATAN DAYA-SAING INDONESIA. Oleh Herry Darwanto

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 2, OKTOBER 2017; p-issn: e-issn: SIAPKAH INDONESIA MENGHADAPI MEA?

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang adalah sebuah Negara dengan rata-rata pendapatan

Perbandingan Daya Saing Indonesia Diantara Negara-Negara ASEAN 1

BAB IV GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN. 4.1 Gambaran Umum Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1 KESIMPULAN A. Hasil tipologi berdasarkan tingkat penggangguran dan openness dalam penelitian ini menemukan: 1. Posisi negara Indonesia dan Filipina rata-rata tahun 1995-2013 juga tidak mengalami perubahan. Ketiga negara ini tetap menempati kuadran IV yaitu memiliki openness yang rendah dan pengangguran tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah system ekonomi yang dianut ketiga negara ini masih terbuka kecil. Masalah tenaga kerja yang besar dan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia dan skill tenaga kerja yang dibutuhkan masih menjadi kendala 3 negara ini untuk berkembang. Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa baik Filipina, Indonesia dan Brunei Darussalam memiliki masalah pada pilar infrastruktur dan teknologi yang masih rendah. 2. Posisi Laos tahun 1995-2013 juga tidak mengalami perubahan. Kamboja dan Laos tetap menempati kuadran III yaitu memiliki openness yang rendah dan pengangguran rendah. Hal ini juga disebabkan karena system ekonomi yang dianut oleh negara Laos adalah terbuka kecil. Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa negara Laos memiliki daya saing yang masih lemah. Laos memiliki infrastruktur yang masih buruk, sarana telekomunikasi yang terbatas dan serta market size yang kecil. 55

3. Posisi negara Malaysia dari tahun 1995-2013 mengalami perubahan. Pada tahun 1995, Malaysia menempati kuadran I yaitu openness tinggi dan pengangguran rendah. Sedangkan pada tahun 2013, Malaysia berubah posisi menempati kuadran II yaitu openness tinggi dan pengangguran juga tinggi. Dari segi Ekonomi, Malaysia merupakan terbesar ketiga di Asia Tenggara dan kedua puluh sembilan di dunia berdasarkan PDB. Daya saing Malaysia juga tinggi berdasarkan Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 yakni menempati peringkat ke 20. Walaupun demikian, Malaysia menghadapi peningkatan pengangguran yang disebabkan karena jumlah lapangan pekerjaan setiap tahunnya hanya naik 8,2 persen padal peningkatan tenaga kerja yang mencari pekerjaan lebih besar dari pada itu (Departemen Statistik Malaysia, 2013). 4. Posisi negara Thailand, Vietnam dan Kamboja dari tahun 1995-2013 juga mengalami perubahan. Pada tahun 1995, Thailand, Vietnam dan Kamboja menempati kuadran III yaitu openness rendah pengangguran rendah. Sedangkan pada tahun 2013, Thailand Vietnam dan Kamboja menempati kuadran I yaitu openness tinggi pengangguran rendah. Hal ini disebabkan penguatan daya saing di ke dua negara tersebut. Berdasarkan Global Competitiveness Index tahun 2014-2015, diketahui bahwa Thailand memiliki daya saing yang cukup kuat karena menempati peringkat 31, sedangkan Vietnam mengalami peningkatan walaupun posisi masih menempati posisi 68 dan Kamboja pada posisis 95. 5. Brunei Darussalam dari tahun 1995-2013 mengalami perubahan. Pada tahun 1995, Brunei Darussalam menempati kuadran II yaitu openness tinggi dan pengangguran Tinggi. Sedangkan pada tahun 2013, Brunei Darussalam berubah posisi menempati 56

kuadran IV yaitu openness rendah dan pengangguran juga tinggi. Pergeseran posisi ini disebabkan karena penurunan daya saing Brunei Darussalam. Berdasarkan Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 menunjukkan bahwa negara Brunei Darussalam mengalami penurunan daya saing. Brunei Darussalam memiliki infrastruktur yang masih buruk, a market size yang kecil dan Inovasi yang masih sangat rendah. B. Hasil regresi panel data faktor-faktor yang mempengaruhi pengangguran di ASEAN tahun 1995-2013 dapat disimpulkan: 1. Variabel inflasi berpengaruh positif terhadap pengangguran di ASEAN. Hal ini sesuai dengan Kurva Phillips yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengangguran dan perubahan tingkat pertumbuhan upah nominal. Kurva Phillips membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan, yang berarti bahwa jika ingin mencapai kesempatan kerja yang tinggi dan tingkat pengangguran yang rendah, sebagai konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. 2. Variabel openness berpengaruh positif terhadap pengangguran di ASEAN. Hasil temuan ini sesuai dengan teori H-O dan temuan Helpman & Itskhoki (2010). Mereka menyatakan bahwa hambatan perdagangan yang lebih rendah dapat menyebabkan peningkatan pengangguran. Hal ini disebabkan karena berkurangnya hambatan perdagangan, menyebabkan profitabilitas ekspor sehingga mengarah ke perluasan sektor perdagangan. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut 57

memiliki faktor produksi yang relatif lebih banyak dan murah untuk melakukan produksi. Spesialisasi produksi inilah yang menyebabkan pengangguran bertambah banyak karena meujuk pada kebutuhan tenaga kerja dengan skill tertentu. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa teori Ricardian yang menyatakan bahwa perdagangan internasional dapat mengurangi pengangguran tidak berlaku untuk ASEAN. 3. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan studi empiris temuan Nathakumar (2011) yang menunjukkan pengaruh negatif neraca perdagangan pada skenario pengangguran di Malaysia. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa peningkatan neraca perdagangan mampu mengatasi skenario pengangguran di Malaysia. Hal ini karena, keterbukaan perdagangan dalam ekonomi globalisasi mampu meningkatkan ekonomi Malaysia dan menciptakan lapangan kerja baru serta transfer teknologi untuk memastikan sektor ekonomi domestik bergerak maju dalam jangka produksi menggunakan tenaga kerja dalam negeri dengan perdagangan intra-industri. Liberalisasi perdagangan juga mampu meningkatkan produktivitas dan peningkatan efisiensi dalam hal kesempatan kerja untuk tenaga kerja terampil dan tidak terampil di Malaysia. C. Hasil regresi logistic faktor-faktor yang mempengaruhi kelompok negara berdasarkan hasil tipologi di ASEAN tahun 1995-2013. 1. Berdasarkan analisis hasil regresi logistik binary diketahui bahwa variabel predictor utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat menjelaskan kelompok negara berdasarkan tingkat berdasarkan tingkat openness dan pengangguran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dan inflasi berpengaruh terhadap 58

kelompok negara yang memiliki openness tinggi dengan pengangguran rendah dari pada kelompok lain. Artinya bahwa semakin besar tingkat pertumbuhan ekonomi maka meningkatkan probabilitas negara di ASEAN masuk dalam kategori openness tinggi dan pengangguran rendah. Semakin besar tingkat inflasi maka menurunkan probabilitas negara di ASEAN masuk dalam kategori openness tinggi dan pengangguran rendah 2. Hasil regresi logistik multinomial, diketahui bahwa hanya variabel predictor utama yaitu inflasi yang dapat menjelaskan kelompok negara berdasarkan tingkat berdasarkan tingkat openness dan pengangguran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh terhadap kelompok negara yang memiliki openness tinggi dengan pengangguran rendah dari pada kelompok lain. Artinya bahwa semakin besar tingkat inflasi maka akan menurunkan probabilitas negara di ASEAN masuk dalam kategori openness tinggi dan pengangguran rendah disbandingan kelompok Reference Category. 5.2 IMPLIKASI KEBIJAKAN Dari hasil diketahui bahwa ternyata oppeness memiliki hubungan positif terhadap pengangguran di ASEAN. Hal ini patut untuk menjadi perhatian bagi negara-negara ASEAN karena sebentar lagi memasuki MEA 2015. Usuluan peneliti berdasarkan hasil penelitian: 1. WEF (World Economic Forum) menunjukkan terdapat 12 pilar utama dalam penentuan daya saing global yaitu institusi (birokrasi), infrastruktur, lingkungan makroekonomi, pendidikan dasar dan kesehatan, pendidikan lanjutan dan pelatihan, pasar barang yang efisien, pasar tenaga kerja yang efisien, pertumbuhan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar (market size). Untuk kasus di Indonesia, 59

walaupun pertumbuhan ekonomi berjalan lambat selama kwartal pertama dan kedua tahun 2014, namun pasar tenaga kerja di Indonesia terus mengalami peningkatan (ILO,2014). Perubahan struktural di semua sektor dan pekerjaan terus terjadi. Perkembangan ini menempatkan Indonesia pada posisi yang menguntungkan karena Masyarakat Ekonomi ASEAN akan mulai diberlakukan pada ahkir tahun 2015. Untuk terus mendukung perluasan pekerjaan yang bermutu di negara-negara ASEAN khususnya Indonesia dan meningkatkan posisi dari kategori penggangguran tinggi dan openness rendah menuju posisi sama seperti Singapura yaitu openness tinggi pengangguran rendah maka perlu dilakukan: a. Meningkatkan efisiensi pasar tenaga kerja dengan fokus pada penciptaan lapangan kerja dan produktivitas pekerja. Hasil produktivitas pekerja menjadi penting karena dapat diwujudkan menjadi pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik, termasuk perbaikan upah. b. Kebijakan perlidungan tentang upah minimum, pesangon, outsourcing dan tunjangan jaminan sosial. c. Peningkatan akses atas informasi pasar tenaga kerja dan layanan ketenagakerjaan. d. Peningkatan skill tenaga kerja dengan meningkatkan akses ke pelatihan kerja dan pendidikan tinggi. 2. Terkait dengan bagaimana meningkatkan openness dan mengurangi masalah pengangguran, peneliti mengusulkan beberapa hal seperti berikut: a. Hasil Global Competitiveness Index tahun 2014-2015 menunjukkan rata-rata daya saing negara di ASEAN masih lemah kecuali negara Singapura dan 60

Malaysia. Lemahnya daya saing ini sebagian besar disebabkan karena kondisi infrastruktur yang kurang memadai, penguasaan teknologi yang masih kalah jauh dengan negara maju, peran institusi atau kelembagaan yang lemah. Hasil ini didukung juga dari laporan Bank Dunia yang berjudul Doing Bussiness 2014. Dalam laporan tersebut Indonesia menempati posisis paling bawah terkait dengan kemudahan berbisnis dari pada negara lain. Malaysia melakukan banyak perubahan sehingga menempati peringkat 6 diikuti Thailand yang menduduki peringkat 18 dan Filipina 108. Doing Bussiness 2014 menjelaskan bahwa indikator yang masih lemah terutama adalah memulai bisnis, melaksanakan kontrak, membayar pajak dan mendapatkan listrik. Oleh karena hal-hal yang perlu dilaksanakan adalah: 1. Pemerintah perlu membenahi infrastruktur dan meningkatkan pelayanan dengan penyerderhanaan system. 2. Menyetabilkan kondisi politik dalam negeri karena memiliki dampak pada kekawatiran para investor dan mempengaruhi iklim bisnis. 3. Mempermudah dan mempercepat proses perijinan bagi pengusaha lokal yang ingin melakukan ekspor. 4. Pemerintah berfokus pada peningkatan ekspor yang padat kaya, karena dapat menyerap tenaga kerja yang besar. 61