BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Volume Lalu Lintas Menurut MKJI (1997) jenis kendaraan dibagi menjadi 3 golongan. Pengolongan jenis kendaraan sebagai berikut : 1. Kendaraan ringan (LV) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 4 roda (mobil penumpang) 2. Kendaraan berat (HV) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan roda lebih dari empat truk 2 gandar, truk 3 gandar dan kombinasi yang sesuai. 3. Sepeda motor (MC) Indeks untuk kendaraan bermotor dengan 2 roda. Kendaraan yang parkir di pinggir jalan dan pejalan kaki yang tidak menggunakan trotoar dianggap sebagai hambatan samping. Data jumlah kendaraan kemudian dihitung dalam kendaraan/jam untuk setiap kendaraan dengan faktor koreksi masing-masing kendaraan yaitu: LV=1,0; HV=1,2; MC=0,25. Arus lalu lintas total dalam smp/jam adalah Qsmp = (emp LV x LV + emp HV x HV + emp MC x MC) (3 1) Q : Volume kendaraan bermotor (smp/jam) emp LV : nilai ekivalensi mobil penumpang untuk kendaraan ringan, emp HV : nilai evivalensi mobil penumpang untuk kendaaran berat, emp MC : nilai evivalensi mobil penumpang untuk sepeda motor, 17
18 LV HV MC : notasi untuk kendaraan ringan : notasi untuk kendaraan berat : notasi untuk sepeda motor Faktor satuan mobil penumpang dapat dihitung dengan rumus : Fsmp = Qsmp/Qkend. (3 2) Fsmp : faktor satuan mobil penumpang Qsmp : volume kendaraan bermotor Q kend : Volume kendaraan bermotor (kendaraan/jam) 3.2. Hambatan Samping Hambatan samping merupakan dampak terhadap kinerja lalu lintas dari aktifitas samping segmen jalan. Hal ini ditunjukan dengan faktor jumlah berbobot kejadian yaitu frekuensi kejadian sebenarnya dikalikan dengan faktor berbobot tersebut. Faktor bobot kejadin menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 (MKJI) adalah sebagai berikut : a. Pejalan kaki (bobot = 0,5) b. Kendaraan berhenti (bobot = 1,0) c. Kendaraan keluar/masuk sisi jalan (bobot = 0,7) Untuk lebih jelas mengenai kelas hambatan samping untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini.
19 Tabel 3.1 Kelas Hambatan Samping Untuk Jalan Perkotaan Frekuensi Berbobot dari Kejadian Hambatan Samping Kondisi Khas Kelas Hambatan Samping Simbol <100 100-299 300-499 500-899 >900 Pemukiman, hampir tidak ada kegiatan Pemukiman, beberapa angkutan umum, dll Daerah industri dengan toko di sisi jalan Daerah niaga dengan aktivitas sisi jalan yang tinggi Daerah niaga dengan aktivitas pasar di sisi jalan yang sangat tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi VL L M H VH 3.3. Kecepatan Waktu Tempuh Kecepatan waktu tempu kendaraan didefenisikan sebagai kecepatan ratarata untuk kendaraan ringan dalam jam untuk kondisi jalan yang diamati (MKJI, 1997). Persamaan waktu tempuh rata-rata adalah: V = L.. (3 3) TT V L TT : Kecepatan rata-rata ruang (km/jam) : Panjang segmen Jalan (km) : Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen jalan (Jam)
20 3.4. Waktu Tempuh Waktu tempuh kendaraan digunakan sebagai ukuran utama tingkat pelayanan (MKJI, 1997). Persamaan waktu tempuh adalah sebagai berikut : TT = L.. (3 4) V TT L V : Waktu tempuh rata-rata LV sepanjang segmen jalan (Jam) : Panjang segmen Jalan (km) : Kecepatan rata-rata ruang (km/jam) Gambar 3.1 Kecepatan Sebagai Fungsi Dari DS untuk Jalan 2/2UD 3.5. Kecepatan Arus Bebas Kecepatan arus bebas (FV) adalah kecepatan kendaraan pada arus sama dengan nol, yaitu kecepatan kendaraan yang tidak dipergunakan oleh kendaraan lainnya (MKJI,1997). Persamaan untuk kecepatan arus bebas dapat dilihat pada rumus dibawah ini: FV = (Fvo + FVw) x FFVsf x FFVcs. (3 5)
21 FV Fvo : Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (km/jam) : Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan (km/jam) FVw : Penyesuaian lebar jalur lalu lintas efektif (km/jam) FFVsf : Faktor penyesuaian hambatan samping FFVcs : Faktor penyesuaian umuran kota 3.5.1. Kecepatan arus bebas kendaraan ringan (Fvo) Nilai faktor penyesuaian kecepatan arus bebas dasar menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut : Tipe Jalan Tabel 3.2 Kecepatan Arus Bebas Dasar (Fvo) Kendaraan ringan (LV) Kecepatan Arus Kendaraan berat (HV) Sepeda motor (MC) Semua kendaraan (rata-rata) Enam-lajur terbagi (6/2 D) atau satuarah 61 52 48 57 (3/1) Empat-lajur terbagi (4/2 D) atau dua0lajur 57 50 47 55 satu-arah (2/1) Empat-lajur tak-terbagi 53 46 43 51 (4/2 UD) Dua-lajur tak-terbagi (2/2 UD) 44 40 40 42
22 3.5.2. Faktor penyesuaian arus bebas untuk lebar jalur lalu lintas (FVw) Nilai dari faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas (FVw) menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini. Tabel 3.3 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FVw) Lebar Jalur Lalu Lintas Tipe Jalan FVw (km/jam) Efektif (Wc) (m) Per lajur Empat-lajur terbagi atau jalan satu-arah Per lajur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00-4 -2 0 2 4 Empat lajur tak-terbagi Total 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00-4 -2 0 2 4 5 6 Dua-lajur tak-terbagi 7 8 9 10 11-9,5-3 0 3 4 6 7 3.5.3. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk hambatan samping (FFVsf) Nilai faktor penyesuaian hambatan samping menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut.
23 Tabel 3.4 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Hambatan Samping (FFVsf) Faktor penyesuaian hambatan samping Kelas dan lebar bahu Tipe Jalan hambatan Lebar bahu efektif rata-rata Ws (m) samping (SFC) 0,5 m 1,0 m 1,5 m 2 m Empat lajur terbagi 4/2 D Empat-lajur takterbagi 4/2 UD Dua-lajur takterbagi 2/2 UD atau jalan satu-arah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 0,89 0,84 0,93 0,87 0,80 0,91 0,82 0,73 0,97 0,93 0,88 0,91 0,86 1,01 0,86 0,79 0,99 0,90 1,01 0,99 0,90 0,85 1,04 0,99 1,04, 1,01 0,99 0,91 3.5.4. Faktor penyesuaian kecepatan arus bebas untuk ukuran kota (FFVcs) Nilai faktor penyesuaian untuk ukuran kota menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5 Faktor Penyesuaian Kecepatan Arus Bebas Untuk Ukuran Kota (FFVcs) Ukuran Kota (Juta Penduduk) < 0,1 0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-3,0 >3 Faktor penyesuaian untuk ukuran kota 0,90 0,93 1.03
24 3.6. Kapasitas Jalan Menurut MKJI (1997), kapasitas jalan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor lebar jalur, faktor pemisah arah, faktor hambatan samping, dan faktor ukuran kota. Kapasitas jalan dihitung menggunakan rumus: C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam). (3 6) C Co FCw : kapasitas : kapasitas dasar (smp/jam), : faktor penyesuaian lebar jalur lalu lintas, FCsp : faktor penyesuaian pemisah arah, FCsf : faktor penyesuaian hambatan samping, FCcs : faktor penyesuaian ukuran kota. 3.6.1. Kapasitas dasar jalan perkotaan (Co) Faktor penyesuaian untuk kapasitas dasar ditentukan berdasarkan atas tipe jalan dan jalur jalan. Nilai kapasitas dasar jalan perkotaan menurut MKJI (1997) dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6 Kapasitas Dasar Jalan Perkotaan (Co) Tipe Jalan Kapasitas Dasar (smp/jam) Catatan Empat-lajur terbagi atau jalan satu arah 1650 Per Lajur Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur Dua-lajur tak-terbagi 2900 Total dua arah 3.6.2. Faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar jalur lalu lintas (FCw) Nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk lebar kalur lalu lintas menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
25 Tabel 3.7 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Lebar Jalur Lalu Lintas (FCw) Tipe Jalan Lebar Jalur Lalu Lintas efektif (Wc) (m) FCw Empat-Lajur terbagi atau jalan satu arah Per jalur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Empat-lajur tak terbagi Per jalur 3,00 3,25 3,50 3,75 4,00 Dua-lajur tak-terbagi Total dua arah 5 6 7 8 9 10 11 1,04 1,08 0,91 1,05 1,09 0.56 0,87 1.14 1,25 1,29 1,34 3.6.3. Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCsp) Nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisah arah menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada tabel 3.8 berikut. Tabel 3.8 Faktor Penyusuaian Kapasitas Untuk Pemisahan Arah (FCsp) Pemisah arah SP%-% 50-50 55-45 60-50 65-35 70-30 FCsp Dua-Lajur 2/2 0,97 0,91 0,88 Empat-lajur 4/2 5 0,97 5
26 3.6.4. Faktor penyesuaian kapasitas untuk hambatan samping (FCsf) Nilai faktor penyesuain kapasitas untuk hambatan samping (FCsf) menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut. Tabel 3.9 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Hambatan Samping (FCsf) Faktor Penyesuaian Untuk hambatan samping dan Kelas lebar bahu FCsf Tipe Jalan Hambatan Lebar bahu efektif Ws 0,5 1,0 1,5 2,0 4/2 D 4/2 UD 2/2 UD atau Jalan satu arah VL L M H VH VL L M H VH VL L M H VH 0,88 0,84 0,87 0,80 0,89 0,82 0,73 0,97 0.88 0,99 0,97 0,91 0,86 0,86 0,79 1,01 1,01 0,90 0,99 0,97 0,90 0,85 3.6.5. Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs) 1,01,0,91 Nilai faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota menurut MKJI 1997 dapat dilihat pada tabel 3.10 berikut.
27 Tabel 3.10 Faktor Penyesuaian Kapasitas Untuk Ukuran Kota (FCcs) Ukuran kota (Juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota <0,1 0,1-0,5 0,5-1,0 1,0-3,0 >3,0 0.86 0,90 1,04 3.7. Derajat Kejenuhan Derajat kejenuhan (DS) didefinisikan sebagai rasio arus jalan terhadap kapasitas, digunakan sebagai faktor utama dalam penentuan tingkat kinerja simpangan dan segmen jalan. Nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan tersebut mempunyai masalah kapasitas atau tidak. Derajat kejenuhan dihitung dengan rumus DS = Q.... (3 7) C DS Q C : derajat kejenuhan : volume lalu lintas (smp/jam) : kapasitas (smp/jam) 3.8. Tingkat Pelayanan Tingkat pelayanan adalah indikator yang dapat mencerminkan tingkat kenyamanan ruas jalan, yaitu perbandingan antara volume lalu lintas yang ada terhadap kapasitas jalan tersebut (MKJI, 1997). Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2016, tingkat pelayanan jalan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpanagan untuk menampung lalu lintas pada
28 keadaan tertentu. Adapun tingkat pelayanan (LoS) dilakukan dengan persamaan sebagai berikut: LoS = V.... (3 8) C LoS V C = Tingkat pelayanan jalan = Volume lalu lintas (smp/jam) = Kapasitas jalan (smp/jam) Tingkat Pelayanan A B C D Tabel 3.11 Nilai Tingkat Pelayananan Jalan Karakteristik Operasi Terkait Arus bebas Kecepatan perjalanan rata-rata 80 km/jam Load factor pada simpang = 0 Arus stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun s/d 40 km/jam Load factor pada simpang 0,1 Arus stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun 30 km/jam Load factor pada simpang 0,3 Mendekati arus tidak stabil Kecepatan perjalanan rata-rata turun 25 km/jam Load factor pada simpang 0,7 Batas Lingkup V/C 0,60 0,70 < V/C < 0,80 0,70 < V/C < 0,80 0,80 < V/C < 0,90 E Arus tidak stabil, terhambat, dengan tundaan yang tidak dapat ditorerir Kecepatan perjalanan rata-rata sekitar 25 km/jam Load factor pada simpang 1 Arus tertahan, macet F Kecepatan perjalanan rata-rata < 15 km/jam Simpang jenuh Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan, Nomor: KM 14 Tahun 2006 0,90 < V/C < >