BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka bahwa cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

XI mengenai minatnya terhadap pelajaran kimia. Diantara sebagian siswa berpendapat bahwa kimia merupakan pelajaran yang kurang diminati serta

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elvina Khairiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

yang diperoleh sebaik mungkin. Seiring dengan kemajuan zaman, proses belajar mengajar masih kurang efektif karena belum terdapat kerjasama yang baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013 (penjelasan pada Lampiran 1), yang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komputer merupakan produk kemajuan teknologi yang mampu. melakukan hal-hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan yang bertindak sebagai guru

EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN BAGI CALON GURU KIMIA DALAM PEMBELAJARAN. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan suatu alat untuk mengukur aspek aspek tertentu dari siswa. Dengan adanya pengukuran tes prestasi belajar ini, maka tingkat pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran pun dapat terukur. Berdasarkan studi dokumenter di salah satu SMA di Cihampelas (Cililin), nilai ulangan harian fisika siswa di salah satu kelas adalah 48,59. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dapat dikatakan masih rendah. Rendahnya prestasi belajar ini bisa dipengaruhi oleh banyak faktor. Setelah melihat pembelajaran dikelas, guru tidak melakukan demonstrasi, tidak memunculkan masalah untuk memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi. Hal ini tidak sesuai dengan

2 karakteristik belajar siswa. Yang paling erat kaitannya dalam mempengaruhi prestasi belajar ini adalah proses pembelajaran yang diberikan oleh guru mata pelajarannya. Jika guru memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa, maka prestasi belajar pun dapat dicapai dengan maksimal. Untuk memberikan proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa tersebut, maka guru haruslah mengetahui gaya berpikir siswanya. Karena gaya berpikir siswalah yang menjadi acuan tindak tanduknya. Ada dua pengkategorian gaya berpikir yaitu assosiative thingking dan directed thingking. Directed thingking atau gaya berpikir yang memiliki tujuan merupakan gaya berpikir yang sangat penting karena berpengaruh pada proses pembelajaran, terdiri dari gaya berpikir kreatif dan gaya berpikir kritis. Kemudian gaya berpikir kreatif dan kritis ini terbagi menjadi lima kategori yaitu gaya berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang, gaya berpikir kritis, dan gaya berpikir kritis superior (Filsaime, 2008). Gaya berpikir kreatif dan kritis merupakan dua hal yang saling bertolak belakang, karena memang kedua pola pikir itu lahir dari dua bagian otak yang berbeda. Kreativitas lahir dari otak kanan yang cenderung spontan dan lompat-lompat. Sedangkan kekritisan lahir dari otak kiri yang cenderung teratur dan linear. Berdasarkan studi pendahuluan di sekolah yang sama, dengan memberikan soal tes gaya-gaya berpikir kreatif-kritis, di dapat 35,48% termasuk ke dalam pola berpikir kreatif, 58,06% termasuk ke dalam pola berpikir seimbang, dan 6,45% termasuk ke dalam pola berpikir kritis. Tidak ada siswa yang masuk pada kelompok pola berpikir kreatif superior dan pola berpikir kritis superior, karena kedua gaya berpikir ini merupakan gaya berpikir yang sangat dominan pada

3 kreatif atau kritisnya sehingga jarang sekali orang yang memiliki gaya berpikir ini. Ketika dilihat prestasi belajar yang di capai oleh para siswa pada setiap kelompok gaya berpikir, di dapat nilai rata-rata pada kelompok gaya berpikir kreatif 37,73, pada kelompok gaya berpikir seimbang 55,83, dan pada kelompok gaya berpikir kritis 37,5. Dari semua kelompok rata-rata nilainya masih rendah, akan tetapi kelompok gaya berpikir seimbang lah yang memiliki prestasi paling tinggi. Maka semua pola gaya berpikir haruslah dilatih kekurangannya, terutama gaya berpikir yang rendah prestasinya. Kekurangan pada gaya berpikir kreatif adalah berpikir kritisnya, sedangkan pada gaya berpikir kritis adalah berpikir kreatifnya. Dengan melatihkan kekurangan yang mereka miliki diharapkan mereka mampu mencapai prestasi yang maksimal. Apabila guru mengetahui gaya berpikir siswa, maka akan dapat ditentukan mana proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Setiap siswa memiliki gaya berpikir yang berbeda dalam sebuah kelas. Dalam paragraf diatas telah disampaikan bahwa dengan mengetahui gaya berpikir tiap siswa maka akan dapat ditentukan proses pembelajaran yang sesuai dengan gaya berpikir siswa. Dengan keanekaragaman gaya berpikir siswa ini, guru tetaplah bertanggung jawab dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Agar proses belajar tetap sesuai dengan kebutuhan tiap siswa guna meningkatkan prestasi belajar siswa, maka haruslah dipilih model pembelajaran sesuai untuk siswa yang berpikir kreatif, berpikir kritis, maupun berpikir seimbang.

4 Pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis tentulah berbeda. Berpikir kreatif akan mudah terwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka, sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70). Sedangkan untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif singkat (Filsaime, 2008). Dari semua pendekatan yang dapat meningkatkan berpikir kreatif dan kritis tersebut maka harus dicari model pembelajaran yang dalam langkahlangkahnya mencakup pendekatan-pendekatan tersebut. Agar setiap siswa dapat meningkatkan prestasinya secara maksimal maka setiap siswa harus difasilitasi model pembelajaran yang langkah-langkah di dalamnya sesuai dengan cara belajar mereka masing-masing. Penulis mencoba memberikan salah satu alternatif model pembelajaran yaitu model Problem Based Learning (PBL). Tahapan model pembelajaran PBL diawali dengan tahap-1 yaitu orientasi siswa pada masalah, tahap 2 yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3 yaitu membimbing penyelidikan individual mau pun kelompok, tahap 4 yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap 5 yaitu menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sehingga dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis siswa.

5 Berdasarkan pentingnya mengetahui gaya berpikir siswa untuk meninjau peningkatan prestasi yang dapat mereka peroleh, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemetaan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning (PBL) Berdasarkan Gaya Berpikir Kreatif-Kritis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL) berdasarkan pemetaan gaya berpikir kreatif-kritis? Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)? 3. Bagaimana pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL)?

6 C. Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Dalam penelitian ini akan melihat komponen-komponen gaya berpikir kreatifkritis di sebuah kelas, sehingga bisa digambarkan sebaran gaya berpikir kreatifkritisnya sesudah melakukan pembelajaran dengan model problem based learning. 2. Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rat-rata gain ternormalisasi skor pre-test dan post-test. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4. 3. Pemetaan peningkatan prestasi belajar akan dilakukan berdasarkan pada gaya berpikir kreatif-kritis. Peningkatan prestasi belajar setiap kelompok gaya berpikir ditunjukkan dengan adanya perubahan yang positif terhadap prestasi belajar siswa yang dinyatakan dengan rata-rata gain ternormalisasi. Sehingga

7 akan terlihat kelompok gaya berpikir yang rata-rata gain ternormalisasinya dipengaruhi oleh model problem based learning. D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu : 1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 2) Prestasi belajar 3) Keterampilan berpikir kreatif dan kritis E. Definisi Operasional 1. Model Problem Based Learning (PBL) didefinisikan sebagai suatu model yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran. Ciri-ciri utama PBL meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah, suatu pemusatan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerja-sama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Problem Based Learning meliputi 5 tahap pembelajaran, yaitu tahap orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model ini terlaksana dengan benar, maka dilihat dari keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran pada saat model pembelajaran ini diterapkan,

8 yaitu dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa. Terlaksananya model ini dengan baik jika kedua lembar observasi minimal pada kriteria baik, sehingga dapat dikatakan model ini mempengaruhi dalam pembelajaran. 2. Prestasi belajar yang akan diteliti hanya ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek hafalan (recall) yang disebut C1, aspek pemahaman (comprehension) yang disebut C2, aspek penerapan (aplication) yang disebut C3,dan aspek analisis (analysis) yang disebut C4. Aspek C1 meliputi menjelaskan, memilih, dan menyatakan. Aspek C2 meliputi mempolakan, menghitung, memperkirakan, membandingkan, menjelaskan, dan mengidentifikasi. Aspek C3 meliputi menerapkan, menghitung, dan menentukan. Aspek C4 meliputi menganalisis dan meyimpulkan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah tes prestasi belajar berupa tes tertulis. Tes tertulis berupa pilihan ganda. 3. Keterampilan berpikir kreatif atau kritis dapat diukur dengan tes yang disebut Gaya-Gaya Kreatif-Kritis Yanpiaw (Filsaime, 2008: 102-114). Dengan menjawab sosl-soalnya sesuai dengan instruksi-instruksi yang diberikan, setiap item yang dipilih akan memberikan nilai yang berbeda-beda. Nilai yang didapat dari hasil tes akan menunjukkan gaya berpikir kreatif atau kritis siswa yang menggambarkan sebaran gaya berpikir siswa di sebuah kelas.

9 F. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sebaran gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL). 2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL). 3. Mengetahui pemetaan peningkatan prestasi belajar berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis siswa dalam pembelajaran fisika dengan model problem based learning (PBL). G. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti ; a. Memperoleh pengalaman strategi pembelajaran. b. Memperoleh wawasan tentang pelaksanaan model PBL. c. Memberi bekal bagi peneliti sebagai calon guru fisika untuk siap melaksanakan tugas di lapangan. d. Memberi informasi kepada peneliti lain untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model PBL berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis. 2. Bagi guru, diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang cara meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika dengan model Problem Based Learning (PBL) berdasarkan gaya berpikir kreatif-kritis.