PENDAHULUAN BI B I T

dokumen-dokumen yang mirip
Teknologi Budidaya Ayam Buras

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

USAHATANI AYAM KAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

Penyiapan Mesin Tetas

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

BAB II LANDASAN TEORI

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Itik Petelur - Itik Indian Runner (Malaysia dan Cina) - Itik Khaki Cambell (Inggris) - Itik lokal tersebar di Indonesia (Itik Cirebon, Itik Tegal, Iti

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

Tugas Mata Kuliah Perencanaan Program PP (Menyusun Proposal Evaluasi Dampak Dengan Judul Sistem Perkandangan Ayam Buras) Oleh Junaidi Pangeran

[Pemanenan Ternak Unggas]

USAHA TERNAK AYAM PEDAGING (BROILER)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUDIDAYA TERNAK AYAM BURAS

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

RESISTENSI AYAM LOKAL JAWA BARAT: AYAM SENTUL

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Februari 2014 di

Tanya Jawab Seputar DAGING AYAM SUMBER MAKANAN BERGIZI

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

ANALISIS PENDAPATAN DAN KEUNTUNGAN INVESTASI USAHA TERNAK Deskripsi Organisasi Produksi Usaha Ternak Ayam Buras Petelur Kelompok Hidayah Alam

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PETUNJUK TEKNIS PRODUKSI AYAM LOKAL PEDAGING UNGGUL (Program Perbibitan Tahun 2017) Penyusun: Sofjan Iskandar

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I Peternakan Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

PROFIL USAHATANI UNGGAS DI KABUPATEN BREBES (STUDI KASUS)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BUDIDAYA BURUNG PUYUH. : Coturnix-coturnix Japonica

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

PENYUSUNAN RANSUM UNTUK ITIK PETELUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

Peluang Bisnis Beternak Puyuh

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PROGRAM PEMELIHARAAN KESEHATAN AYAM JANTAN

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

METODE PENELITIAN. Materi

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

Tipe Kandang Itik TIPE KANDANG ITIK. Dalam budidaya itik dikenal 3 tipe kandang. 60 cm. 60 cm

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

Transkripsi:

PENDAHULUAN Ayam buras merupakan potensi di daerah yang selalu ada dan hampir dimiliki oleh setiap rumah tangga. Jenis unggas ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis unggas lainnya yaitu (1) mudah dipelihara, (2) cepat beradaptasi dengan lingkungan dan umumnya tahan terhadap penyakit tertentu, (3) daging dan telur ayam buras lebih disukai masyarakat sehingga peluang pasar masih terbuka lebar, (4) dapat dilaksanakan dengan modal kecil-kecilan, dan dapat diusahakan secara bertahap, serta (5) memiliki variasi keunggulan tertentu sesuai dengan daerah asalnya. Namun demikian, produktivitas ayam buras yang diusahakan masyarakat sekarang masih berpeluang besar untuk ditingkatkan mengingat pemeliharaan yang umumnya dilakukan belum menerapkan teknologi budidaya yang tepat. Ayam buras dapat menjadi sumber ekonomi petani bila ada perubahan penanganan dari sekedar sebagai sampingan yang dipelihara secara tradisional menjadi usaha komersial yang dikelola secara intensif atau semi intensif. Kunci dalam pengembangan ayam buras adalah merubah sistem lama (tradisional) dengan sistem teknologi yang mudah dilaksanakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit. BIBIT Walaupun ayam buras tergolong jenis ayam yang mempunyai produktivitas rendah jika dibandingkan dengan ayam ras impor, namun ayam buras mempunyai keragaman produktivitas yang tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk dilakukan seleksi pemilihan ayam-ayam yang lebih tinggi produksi telur maupun laju pertumbuhannya. Upaya seleksi ini tidaklah mudah dilaksanakan oleh pars peternak biasa. Perbaikan mutu ternak ayam buras dapat dilakukan melalui seleksi dan breeding. Sumber bibit ayam yang dipelihara hendaknya yang dapat diandalkan, tingkat produksi dapat diketahui serta sehat. Ayam yang digunakan berasal dari jenis yang seragam dan dipilih sebaik mungkin. Jika ayam dibeli dari luar, maka karantina diperlukan sebagai

tindak pencegahan penyakit. Sampai saat ini dipasaran belum tersedia bibit unggul ayam buras, sehingga kita harus pandai memilih berclasarkan pengalaman dan informasi. Ciri induk yang baik : memiliki postur tubuh ideal, tidak cacat, tidak terlalu gemuk, perut lunak bulu halus, pial jatuh dan berwarna merah menyala, gerakannya gesit dan lincah, nafsu makan tinggi, mata cerah dan tajam umur yang digunakan untuk induk sebaiknya sekitar 28 minggu. Gambar 1. Bibit ayam betina yang baik Gambarl. Bibit ayam jantan yang balk

Ciri pejantan yg baik adalah postur tubuh ideal, tidak cacat, dada membusung, pial tegak dan berwarna merah menyala, kaki kokoh dan kuat, gerakan aktif, agresif, sorot mats tajam, bulu tumbuh teratur mengkilap umur yang ideal sebagai pejantan sebaiknya lebih 28 minggu Rekording atau pencatatan dalam perbibitan sangat dianjurkan dan dilakukan dengan cara sesederhana mungkin. Rekording sangat berguna untuk pelaksanaan perencanaan selanjutnya. Informasi yang perlu dicatat antara lain (a) berapa ekor ayam induk dan jago yang dimiliki; (b) berapa produksi telur setiap hari; (c) jenis pakan apa saja yang kita berikan setiap hari, clan berapa banyak; (d) jenis obat, vaksin, program pencegahan dan pengobatan penyakit; (e) berapa biaya pakan, obat, dan vaksin yang telah kita keluarkan; (f) berapa biaya untuk kandang; (g) kapan kandang dibangun dan diperbaiki; (h) induk mana saja yang bertelur banyak; (i) berapa banyak telur yang dijual, ditetaskan, dan dikonsumsi; (j) berapa banyak telur yang menetas; (k) berapa banyak anak ayam yang hidup sampai umur tertentu; clan (1) berapa bobot anak ayam, dan pertumbuhannya. Perbandingan antara induk dan pejantan dapat disesuaikan dengan kondisi. Bila jantan berumur 8-12 bulan, perbandingannya 8 : 1 (8 ekor betina dicampur dengan 1 ekor pejantan) sedangkan untuk jantan berumur 8-20 bulan, perbandingannya 10 : 1 (10 ekor betina dicampur dengan 1 ekor pejantan )

Memilih anak ayam Ciri-ciri anak ayam yang balk: Tidak cacat. Bulu kering. Dubur kering clan bersih. Lincah, sehat. Mata bulat, terang bercahaya. Kaki kuat berdiri tegak. TEKNOLOGI BUDIDAYA Ayam buras sejak lama sudah dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di pedesaan. Pada umumnya ayam dipelihara secara diumbar di halaman dan di kebun sekitar rumah, sebagian dipelihara secara semi intensif dan lebih sedikit mengusahakan secara intensif. Permasalahan utama dalam budidaya ayam buras secara intensif adalah mahalnya harga pakan yang memenuhi syarat kebutuhan ayam untuk tumbuh secara optimal, sementara produktivitasnya rendah. Permasalahan lain adalah sulitnya memperoleh bibit unggul, karena memang belum banyak yang mengusahakan bibit ayam buras dalam jumlah banyak. Bagaimanapun juga, selama masih ada lahan di sekitar rumah yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara ayam, kita dapat mengusahakannya dengan berbagai cara seperti berikut ini : A. Budidaya Ayam Bur g s Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan kelompok umur maka ada 3 macam cara budidaya ayam buras yang umumnya dilakukan oleh masyarakat, yaitu (a) pemeliharaan anak ayam (starter) yakni dari umur 0-8 minggu; (b) pemeliharaan ayam dara (grower) umur 8-20 minggu; dan (c) pemeliharaan ayam mass bertelur (layer) umur 21 sampai afkir. Berikut, adalah uraian dari masing-masing periode pemeliharaan.

Pemeliharaan anak ayam (starter): umur 0-8 minggu Pemeliharaan intensif dengan menggunakan induk pemanas (menggunakan kotak/box atau kandang kecil). Caranya: Lantai kotak/box ditutup dengan kertas agar anak ayam (kutuk) tidak kedinginan. Sediakan makanan dan minuman. Air minum ditambah gula sedikit (asal sudah terasa manis). Masukan anak ayam yang baru menetas. Nyalakan lampu. Untuk 10 ekor anak ayam digunakan lampu/bohlam 10 watt selama 1 minggu, setelah 1 minggu gunakan lampu 5 watt dan hanya dinyalakan malam hari jika daerahnya terang. Umur 3 minggu, keluarkan ayam dari box dan dilepas dalam kandang yang sudah siap pakai. Pemberian pakan harus tetap tersedia sepanjang hari. Vaksinasi ND dilakukan pada anak ayam umur 4 hari, dan 4 minggu melalui tetes mata kiri atau kanan, kemudian umur 4 bulan melalui suntikan pada bagian dada. Selanjutnya dilakukan vaksinasi setiap 4 bulan. Gambar 3. Pemeliharaan anak ayam (starter)

Pemeliharaan ayam dara (grower): umur 8-20 minggu Anak ayam setelah umur 2 bulan sudah memerlukan kandang yang lebih luas yaitu 8-10 ekor per m2 (tergantung besarnya ayam). Usahakan pemeliharaannya semi intensif agar ayam dapat berjemur dan makan hijauan, untuk itu diperlukan adanya umbaran. Misalnya: ayam ada 20 ekor maka kandang yang diperlukan 2-3 m 2 (1,5 m x 2 m) ditambah umbaran di luar 1,5 m x 4 m. Gambar 4. Pemeliharaan Ayam Dara (grower) Pemberian pakan dilakukan setiap hari dan ditingkatkan jumlahnya sesuai umur dan ukuran tubuh mulai 40-70 gram per hari. Air minum harus selalu tersedia Hijaun segar dapat diberikan sesuai kebutuhan dengan cara dipotong halus baru dihambur pada umbaran. Induk dan pejantan yang bagus dipilih untuk dijadikan bibit sedangkan lainnya dapat digemukan dan dijual. Sesudah ayam berumur 5-6 bulan (sudah mulai berkotekkotek) berarti sudah/hampir bertelur, dan dapat dikategorikan sebagai ayam dewasa. Pakan dapat diganti dari pakan grower (14% protein) menjadi pakan ayam layer (ayam dewasa dengan protein 15,5-16%). Berikan obat cacing pada umur 3 bulan.

Pemeliharaan ayam mass bertelur (layer): umur 21 minggu sampai dengan afkir Pada periode ini biasanya peternak memelihara ayamnya sesuai dengan keinginan peternak. Bila hanya membutuhkan telur konsumsi saja maka cukup dipelihara pada kandang ren atau baterai (diuraikan dalam sistem pemeliharaan). Bila yang dibutuhkan telur bibit, diperlukan ayam pejantan untuk membuahi telur. Sebagai patokan yaitu 1 jantan mengawini 7-10 ekor betina. Gunakan pejantan paling banyak 2 ekor yang memang sejak kecil sama-sama dalam satu kandang. Pilih jantan dan betina yang memang memenuhi syarat sebagai bibit. Usahakan ayam tidak pindah-pindah kandang (kecuali apabila isinya terlalu banyak di dalam atau dengan sistem baterai). Pemeliharaan semi intensif dapat menghasilkan produksi telur yang tinggi dan lebih efisien dalam penggunaan pakan. Dalam kandang siapkan sarang bertelur. Boleh dierami induk dan begitu menetas anak dipisah agar induknya cepat bertelur. Boleh juga tiap hari telur dipungut dan ditetaskan melalui mesin tetas. Gambar 5. Ayam betina sedang mengeram

B. Budidaya Ayam Buras Berdasarkan Sistem Pemeliharaan Berdasarkan sistem pemeliharaan ayam buras, maka ada 3 (tiga) sistem yang dilakukan masyarakat yaitu (a) diumbar di pekarangan (pemeliharaan secara tradisional) yaitu ayam dilepas/diumbar dan dibiarkan mencari pakan sendiri; (b) sistem ren yaitu ayam kadang diberi pakan tambahan, disediakan kandang dengan halaman berpagar; dan (c) sistem baterai yaitu ayam dikandangkan sepenuhnya didalam kandang baterai seperti pemeliharaan ayam ras petelur. Berikut adalah uraian dari masingmasing sistem pemeliharaan. Diumbar di pekarangan Sistem pemeliharaan dengan diumbar merupakan sistem yang sangat sederhana tanpa terlalu banyak pasokan (input) produksi terutama pakan, karena ayam dapat memperoleh sendiri pakannya dari lahan umbarannya. Kelemahan dari sistem ini adalah keamanan dari predator dan penyakit disebabkan terjadinya kontak dengan berbagai macam ayam yang ada di umbaran. Sistem ini merupakan sistem yang umum dilakukan masyarakat. Pada umumnya tujuan pemeliharaan ayam secara diumbar ini adalah sebagai tabungan keluarga. Ayam-ayam yang diumbar biasanya tidak pernah diberi pakan khusus karena diharapkan pakan diperoleh dari sekitar lahan umbaran, namun apabila ada modal, pemberian pakan sederhana di pagi hari sangat baik. Pakan yang sering diperoleh di lahan umbaran terdiri dari sisa-sisa bijian seperti gabah, beras, jagung, nasi bekas, serangga, cacing, kodok, rumput. Adapun yang biasa diberikan hanyalah sisa-sisa dapur dan kalau ada diberi seduhan dedak padi halus bercampur menir. Air minumpun untuk sistem pemeliharaan umbaran praktis tidak pernah disediakan, karena ayamayam dapat mencari sendiri sesuai dengan kebutuhan. Penyediaan air tawar bersih di sekitar kandang sangat dianjurkan terutama pada cuaca terik. Biasanya kita mengenali ayam dari ciri-ciri atau tampilannya, namun untuk memudahkan pengenalan, ayam-ayam sebaiknya diberi tanda. Untuk kehidupan ayam buras diumbaran, perlindungan terhadap cuaca dingin, hujan dan atau terik matahari perlu dilakukan untuk mempertahankan daya tahan tubuh ayam,

sehingga tidak mudah sakit atau mati, karena sakit dan kematian merupakan faktor yang sangat merugikan mengingat jumlah pemilikan relatif sedikit. Pada malam hari sebaiknya ayam dimasukan ke dalam kandang dan pagi hari dapat dilepas kembali. Pengamatan pada ayam-ayam sangat penting terutama apabila ada ayam-ayam yang sakit atau kurang sehat, yang dipelihara khusus terpisah dari ayam-ayam sehat. Dalam rangka mempertahankan mutu, ayam-ayam yang dipilih, baik itu untuk dijual maupun dipotong untuk konsumsi keluarga, sebainya jangan yang paling bagus, karena dapat dipakai lagi sebagai induk atau jago yang dapat memberikan keturunan yang baik. Begitu juga dengan telur untuk dijual dan atau konsumsi sendiri, sebaiknya dipilih telur-telur dengan bentuk-bentuk tidak baik seperti bulat, telalu lonjong, berkulit kasar, serta ukuran yang kecil. Sementara telur-telur bagus dan besar-besar dapat ditetaskan untuk memproduksi anak ayam. Pola produksi ayam buras diumbar dalam satu siklus secara umum akan menghabiskan waktu selama 13 minggu. Induk-induk ayam umur 6 bulan, mulai bertelur selama kurang lebih 2 minggu menghasilkan telur 10 butir. Kemudian mengeram selama 3 minggu dan menetaskan anak sebanyak 7 ekor. Kemudian mengasuh anaknya selama 8 minggu dengan sisa anak hidup 6 ekor (3 jantan, 3 betina). Maka setiap ekor induk selama 12 bulan (52 minggu) sejak ayam bertelur, akan menghasilkan 4 siklus dengan 12 butir telur dan 12 ekor anak jantan dan 12 ekor anak betina. Sistem kandang terbuka (Ren) Sistem pemeliharaan dalam kandang terbuka dalam lahan berpagar biasanya dipraktekkan di pedesaan oleh peternak yang mempunyai lahan pekarangan luas minimum 250 m 2 untuk 25 ekor ayam dewasa penghasil telur. Pemeliharaan dalam lahan berpagar atau sistem ren pada lahan kurang dari 250 m 2, dapat dikatakan sebagai pemeliharaan semi intensif dengan pakan hampir seluruhnya disediakan peternak, karena besar kemungkinan kondisi lahan sudah terlalu gundul dan tidak menyediakan makanan. Sistem pemeliharaan ini biasanya banyak dipraktekan di pedesaan dengan alasan rasa kasihan pada ayam apabila dikurung terus dalam kandang, meskipun secara ekonomis pemeliharaan seperti ini relatif kurang menguntungkan, disebabkan oleh penggunaan lahan yang

tidak optimal. Lahan dalam hal ini lebih banyak berfungsi sebagai tempat bermain, tidak sebagai sumber pakan. Oleh karena itu sistem pemeliharaan harus intensif dengan seluruh pakan dan minum, disediakan dari luar. Untuk ayam buras, pemeliharaan secara ren ini akan terbatas pada jumlah ayam yang bisa dijadikan sate kandang. Praktek di pedesaan biasanya memasukan 1 ekor jago dewasa dengan 5-10 betina dewasa dalam luasan 15 m 2. Keuntungan pemeliharaan dengan sistem ren ini adalah ayam-ayam menjadi relatif terkontrol. Bibit ayam harus dipilih sebaik mungkin, apabila diperoleh dari berbagai tempat dan kita tidak tahu sejarah hidup ayam, maka perlakuan karantina disarankan untuk dilakukan. Jumlah ayam yang akan dipelihara akan tergantung pada luas lahan, modal investasi dan modal kerja yang dimiliki. Lahan seluas 15 m 2 (3 m x 5 m) diberi pagar bambu keliling setinggi minimal 2 m, yang dipersiapkan untuk 2 ekor jantan dan 8 ekor betina dewasa. Di dalam pagar harus disediakan kandang berukuran 1-1,5 m lebar dan 4 m - 5 m panjang diberi dinding pada 3 sisi dan atap. Satu sisi kandang terbuka dan menghadap ke halaman ren. Diberi tenggeran untuk ayam-ayam beristirahat dimalam hari. Tempat pakan dan minum disediakan secukupnya di dalam pagar. Sarang berdiameter 40 cm, disiapkan untuk setiap betina dewasa. Sistem ren ini tidak seperti sistem umbar di halaman, yang induk ayamnya dapat mengasuh anak-anaknya segera setelah menetas sampai disapih. Pada sistem ren induk-induk yang sedang mengasuh anaknya disediakan rumah-rumahan kecil untuk berteduh pada waktu malam hari, hari hujan atau panas terik. Induk-induk yang sedang mengasuh sebaiknya dipisahkan dari induk-induk yang tidak mengasuh anaknya dan disediakan tempat pakan khusus untuk anak ayam, yang tidak dapat disentuh oleh ayam-ayam dewasa (creep feeding). Oleh karena itu sebuah box ukuran 40 cm x 30 cm x 40 cm harus disiapkan untuk 20 ekor anak ayam umur sehari sampai berumur 3 minggu lengkap dengan pemanas lampu pijar 40 watt, tempat pakan dan minum. Diatas umur 13 minggu jumlah ayam dikurangi menjadi 10 ekor dan dapat dibiarkan sampai umur 3 bulan. Sistem baterai

Untuk tujuan produksi telur, sistem baterei ini merupakan sistem pemeliharaan yang efektif dan relatif efisien dibandingkan dengan sistem pemeliharaan lainnya. Ayam buras membutuhkan ruang gerak minimal 450 cm 2 (15 cm x 30 cm) per ekor, namun dalam prakteknya untuk kandang biasanya diperlebar menjadi 750 cm 2 (25 cm x 30 cm) per ekor atau diperlukan luas lahan 7,5 m x 0,3 m untuk 100 ekor ayam betina dewasa. Ukuran ini biasanya tersedia di belakang rumah warga di pedesaan. Dalam sistem kandang baterai ini, untuk mendapatkan telur tetas dilakukan dengan cara kawin tangan, kawin kamar atau IB (inseminasi buatan) dengan semen ayam jantan setempat. Mesin tetas atau indukinduk ayam lain atau entog (itik manila) yang bisa dijadikan sebagai penetas telur harus tersedia untuk memproduksi anak ayam umur sehari ( Day Old Duck ). Pemilihan bibit ayam d an perlakuan karantina dilaksanakan seperti untuk bibit ayam pada sistem umbaran. Dengan luasan lahan di pekarangan sekitar 5 m panjang dengan 1 m lebar, induk bibit yang dibutuhkan maksimal sebanyak 50 ekor dan 3 ekor pejantan untuk pemacak atau sumber semen (mani). Kandang yang diperlukan cukup sederhana berupa sederatan 50 kandang-kandang individu (baterai) dari bambu yang juga dipakai untuk kandang karantina, lengkap dengan tempat minum dan pakan. Kandang ditempatkan sedemikian rupa minimal 1 m di atas permukaan tanah dan diberi naungan secukupnya agar terhindar dari hujan, terik matahari langsung dan hembusan angin yang keras. Naungan biasanya terbuat dari atap rumbia atau genteng. Sarang penetasan yang bisa dibuat dalam bentuk kotak-kotak berderet atau sarang-sarang bulat yang ditambatkan bertingkat pada dinding ruangan ternaungi dan sedikit tertutup. Jika tidak, sarang sederhana dapat pula memakai mesin penetas kapasitas 50-100 butir telur dengan tenaga listrik dan atau lampu minyak tanah. PERKANDANGAN Indonesia adalah negara tropis dengan suhu udara cukup tinggi. Pada siang hari suhu udara diatas kebutuhan optimum untuk unggas. Kelembaban rata-rata juga cukup tinggi yang dapat

menciptakan lingkungan kurang baik untuk ternak ayam. Sehingga dalam pembuatan kandang perlu diperhatikan kondisi kering di dalam kandang, memberikan cukup fentilasi dan mencegah ayam dari radiasi panas matahari secara langsung. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa faktor harus diperhatikan. Fungsi kandang antara lain untuk melindungi ternak dari hewan pemangsa (anjing, musang dan hewan liar lain), sebagai tempat berteduh dari panas dan hujan, untuk tempat makan dan minum, tempat kawin untuk mendapatkan telur bertunas dan untuk memudahkan pengontrolan. Kandang harus dibuat bahan yang kuat, perlu dirawat agar tidak cepat rusak, dan perlu dibersihkan secara rutin. Dalam memilih lokasi kandang perlu memperhatikan ketersediaan tanah, topografi wilayah, penduduk sekeliling, ketersediaan sarana listrik, air, persediaan makanan ternak, fasilitas transportasi dan pemasaran. Kandang harus dibuat cukup mendapat sinar matahari, udara segar, jauh dari kediaman rumah sendiri (minimal 5 m), bersih, sesuai kebutuhan (umur dan keadaannya) dan sesuai dengan kepadatan. Kepadatan kandang untuk anak ayam beserta induk: 1-2 m 2 untuk 20-25 ekor anak ayam dan 1-2 induk. Sedangkan untuk ayam dara dibutuhkan 1 m 2 untuk 14-16 ekor. Pada ayam petelur, luas kandang yang dibutuhkan adalah 1-2 m 2 untuk 6 ekor betina dan pejantan 1 ekor. Bentuk dan Jenis Kandang Sistem Ren: Lahan seluas 15 m 2 (3 m x 5 m) diberi pagar bambu keliling setinggi minimal 2 m, yang dipersiapkan untuk diisi dengan 2 ekor jantan dan 8 ekor betina dewasa. Di dalam pagar harus disediakan kandang berukuran 1 1,5 m lebar dan 4 5 m panjang diberi dinding pada 3 sisi dan atap. Satu sisi kandang yang menghadap ke halaman ren, terbuka, diberi tenggeran untuk ayam-ayam beristirahat dimalam hari. Tempat pakan dan minum disediakan secukupnya di dalam pagar. Sarang berdiameter 40 cm, satu untuk setiap betina dewasa harus disiapkan. Sistem ren ini tidak seperti sistem umbar di halaman, yang induk-induk ayamnya dapat mengasuh anak-anaknya segera setelah menetas sampai disapih. Pada sistem ren induk-induk yang sedang mengasuh anaknya disediakan rumah-rumahan kecil untuk berteduh pada waktu malam hari, hari hujan atau panas terik. Induk-induk yang sedang mengasuh sebaiknya dipisahkan dari induk-induk yang tidak mengasuh anaknya

dan disediakan tempat pakan khusus untuk anak ayam, yang tidak dapat disentuh oleh ayam dewasa. Oleh karena itu sebuah box ukuran 40 cm x 30 cm x 40 cm harus disiapkan lengkap dengan pemanas lampu pijar 40 watt, tempat pakan clan minum untuk 20 ekor anak ayam umur sehari sampai berumur 3 minggu. Diatas umur ini jumlah ayam dikurangi menjadi 10 ekor clan dapat dibiarkan sampai umur 3 bulan. Sistem Baterai: Sistem ini hanya digunakan untuk tujuan produksi telur clan sistem baterai ini merupakan sistem pemeliharaan yang efektif dan relatif efisien dibandingkan dengan sistem pemeliharaan lainnya. Ayam buras membutuhkan ruang gerak manimal 450 cm 2 (atau luasan sekitar 15 cm x 30 cm) per ekor, namun dalam praktek untuk kandang biasanya diperlebar menjadi 750 cm (25 cm x 30 cm) per ekor atau diperlukan luas lahan 7,5 m x 0,3 m untuk menampung 100 ekor ayam betina dewasa. Ukuran ini biasanya banyak tersedia di belakang rumah warga di pedesaan. Dalam sistem kandang baterai ini, untuk mendapatkan telur tetas harus dilakukan dengan cara kawin tangan, kawin kamar atau IB (inseminasi buatan) dengan semen ayam jantan setempat. Mesin tetas atau induk-induk ayam lain atau entog (itik manila) yang bisa dijadikan sebagai penetas telur harus tersedia.

I Gambar 6. Ayam dalam kandang sistem baterai PAKAN Untuk peternakan sistem ren, 60-70% total biaya digunakan untuk pakan. Sebelum menentukan bahan pakan yang digunakan perlu diketahui ketersediaan bahan pakan yang ada di lokasi sehingga akan diperoleh ransum yang murah dan mudah diperoleh serta persediaan bahan terjamin. Kualitas dan jumlah ransum yang berasal dari pabrik lebih terjamin tapi harganya lebih mahal. Kandungan gizi dalam pakan seperti protein, energi, mineral, vitamin dan air harus tersedia secara cukup dalam ransum untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi. Berikut ini disajikan kebutuhan gizi ayam buras pada umur yang berbeda. Tabel 1. Kebutuhan gizi ayam Buras Umur (minggu) Gizi pakan 0-12 12-22 >22 Energi metabolis (kkal/kg) 2600 2400 2400-2600 Kalsium (%) 0,9 1.0 3.4 Fosfor tersedia 0,45 0,40 0,34 Protein kasar 15-17 14 14 Metionin 0,37 0,21 0,22-0,30 Lisin (%) 0.87 0.45 0.68 Tabel 2. Susunan ransum alternatif untuk ayam Buras

Bahan pakan Pertumbuhan Bertelur-1 Bertelur-2 Konsentrat komersial 29,5 30 Layer komersial 71 Jagung (%) 44 16 59,3 Dedak padi 25 12 9 Top mix (%) 0,5 0,2 0,7 Tepung kapur 1 0.8 1 Pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila ayam yang dipelihara jumlahnya sedikit, maka pencampuran pakan sebaiknya dilakukan untuk kebutuhan satu minggu atau cukup membuat campuran pakan untuk 10 kg. Tujuannya adalah untuk menghindari agar pakan tidak berjamur. Sebagai pedoman, konsumsi pakan untuk anak ayam sebanyak 15 gr/ekor/hari, umur 1-3 minggu sebanyak 30 gr/ekor/hari, umur 3-5 minggu sebanyak 60 gr/ekor/hari, umur 6 minggu hingga menjelang bertelur sebanyak 80 gr/ekor/hari dan pada induk sebesar 100 gr/ekor/hari. Pemberian pakan untuk ayam dewasa adalah dua kali sehari, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap, saat. Untuk anak ayam umur 1 hari sampai 12 minggu, pakan dan air minum harus tersedia setiap saat dan tidak terbatas jumlahnya. Pemberian pakan pada anak ayam muda sebaiknya 3-4 kali sehari. Hindari pemberian pakan yang berlebihan agar pakan tidak terbuang clan berjamur. Tempat pakan dan air minum diusahakan terbuat dari bahan yang tidak berkarat, seperti: papan, belahan bambu, plastik, atau belahan paralon. Tempat pakan dibuat berbentuk V supaya lebih efisien karena makanan terkumpul di bagian bawah sehingga ayam sulit untuk mencakarnya. Tempat air minum dan pakan dapat diletakkan di dalam atau di halaman kandang asalkan tidak terkena air hujan atau sinar matahari langsung. KESEHATAN DAN PENYAKIT Kesehatan ternak adalah kata lain dari pencegahan penyakit. Oleh karena itu berbagai hal yang berhubungan dengan penyakit clan cara-cara pencegahannya perlu diketahui. Secara umum kita dapat mernbedakan antara ayam sehat dan ayam sakit. Di bawah ini disajikan beberapa ciri-ciri ayam sehat clan ayam sakit yang perlu kita ketahui:

Tabe 13. Ciri ayam sehat clan sakit secara umum Karakteristik Ayam sehat Ayam sakit Kondisi tampilan secara umum Terlihat hidup, lincah Terlihat redup, bergerak lamban, diam saja Bobot badan Normal balk Ringan Pertumbuhan Normal Lamban, bahkan kuntet Mata Hidup, berbinar Redup Kloaka, dubur Besar, lembut, memerah clan lembab Mengkerut, agak mengeras, pucat Kulit Lembut clan segar Keriput dan kering Jengger Merah Pucat Dalam upaya pemeliharaan kesehatan ini yang terpenting adalah kita harus dapat melihat kondisi ayam seperti pads tabel 3 di atas. Tidak berarti harus diperiksa setiap hari, tetapi harus diupayakan untuk mengamati secara rutin saat ayam diberi makan selama kurang lebih 10 menit. Pencegahan penyakit harus dimulai dengan dua hal penting yaitu sanitasi dan imunisasi atau vaksinasi. Namun untuk sistem pemeliharaan diumbar pencegahan tertularnya penyakit agak sulit karena sehari-hari ayam dilepas bersama-sama ayam tetangga, sehingga cara yang dapat dilakukan untuk sistem pemeliharaan diumbar ini adalah dengan imunisasi terhadap beberapa penyakit ganas. Namun untuk sistem pemeliharaan ren dan baterai, sanitasi dan vaksinasi dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan karantina pada saat ayam pertama datang ke tempat kita, merupakan salah satu permulaan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan. Diharapkan seterusnya ayam-ayam yang mendapat perlakuan peningkatan kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit menular dan telah dibersihkan saluran pencernaannya dari berbagai penyakit yang dibawanya, dapat bertahan terhadap berbagai serangan penyakit. Penyediaan kandang peneduh untuk ayam-ayam beristirahat pada malam hari, dan dihari hujan atau terik dan penyediaan sarang yang bersih, merupakan upaya sanitasi yang baik. Tempat pakan dan minum agar dijaga kebersihannya setiap hari. Ayam yang sakit harus segera dipisahkan dari kelompok yang sehat, karena dapat menularkan penyakit yang dideritanya. Penyemprotan dengan antiseptik atau desinfektan ke sekitar kandang

secara teratur dianjurkan untuk mengurangi perkembangan berbagai kuman penyakit di sekitar kandang. Untuk unggas ayam, telah ditemukan berbagai vaksin yang dapat dipakai untuk meningkatkan imunitas tubuh ayam terhadap penyakit. Vaksin ND merupakan vaksin penting yang harus dimasukan ke dalam tubuh ayam untuk meningkatkan imunitas atau daya kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit virus ND. Dibawah ini dikemukakan berbagai penyakit yang biasa menyerang ayam buras. Gejala dan tanda-tanda terserang penyakit dan pencegahannya dikemukakan satu-persatu sesuai penyakitnya. Apabila gejala salah satu atau beberapa penyakit ini timbul terus, maka sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan mantri kesehatan setempat. Tetelo Dikenal juga sebagai penyakit ND (Newcastle desease). Sifat penyakit ini mudah sekali menular dari satu ayam ke ayam lainnya pada segala umur. Penularannya dapat melalui udara, kontak langsung dengan ayam yang sakit, makanan yang tercemar atau dapat juga dibawa oleh binatang liar seperti burung yang masuk kandang. Gejala umum ayam terlihat lemah, pucat, malas, bulu kusam dan nafsu makan kurang. Hidung, paruh dan tenggorokannya berlendir kotoran berwarna kehijauan, kekuningan atau hijau putih. Kematian ayam yang terserang ND sangat tinggi. Penyebab penyakit tetelo adalah virus Tortor Vurens. Untuk penyakit ini tidak dapat diobati kecuali dengan pencegahan melalui vaksinasi ND yang teratur, namun apabila ragu-ragu dengan gejala yang sama terserang penyakit selain ND, maka ayam dapat diberi vitamin. Seandainya ada ayam yang bertahan tidak sampai mati, biasanya ayam mempunyai kerusakan pada syaraf untuk koordinasi pergerakan tubuh. Ayam yang terserang sebaiknya dipotong untuk dikonsumsi, sementara sisa tubuh seperti bulu, darah atau jaringan tubuh yang lain yang tidak termanfaatkan dikubur atau dibakar.

Penyakit pilek (Coryza) Penyakit pilek ini biasa disebut penyakit snot. Penyakit dapat menyerang semua umur dan cepat menular dengan ganas melalui udara, kontak langsung dengan ayam terserang penyakit, binatang lain sebagai carrier yang datang singgah di kandang, dan dapat melalui makanan dan minuman., Ayam yang terserang umumnya terlihat lesu, lemah, sesak nafas, ngorok, batuk-batuk dan bersin. Paruh dan hidung berlendir, kadang mata bengkak dan berair. Jengger dan pial kadangkadang bengkak. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Haemophilus galinarium. Pencegahannya melalui sanitasi yang baik. Vaksinasi dapat dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, biasanya setiap 3 bulan sekali pada saat cuaca dingin. Ayam sakit dapat diobati dengan obat antisnot berturut-turut selama 5 hari. Penyakit pernafasan (CRD = Ironic respiratory desease) Penyakit ini sangat mirip sekali dengan penyakit pilek atau snot, yang dapat menular lewat udara, kontak langsung, atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Gejalanya mirip dengan penyakit pilek atau snot, namun sifatnya kronis atau menahun, sehingga produktivitas rendah. Kepala sering digeleng-gelengkan untuk mengatasi sesak nafas terutarna di malam hari. Cairan lendir biasanya menetes dari hidung dan paruh bila ayam menunduk. Penyebabnya adalah bakteri Mycoplasma gallisepticum. Biasa menyerang pada saat kondisi dingin dan lembab. Pencegahan diupayakan dengan sanitasi kandang. Bagi induk-induk yang terkena penyakit ini sebaiknya dipotong dan dikonsumsi. Ayam yang sakit dapat diobati dengan antisnot dan dikandangkan dalam kandang yang lebih hangat. Cacingan Penyakit ini umumnya menyerang ayam-ayam Buras yang diumbar atau dipelihara dalam kandang dengan lantai tanah. Telur cacing dapat mudah termakan oleh ayam pada waktu mencari makan di halaman ataupun di kandang. Gejalanya ayam tampak lesu, mencret berlendir, dan induk-induk

berhenti produksi. Nafas terengah-engah pada ayam yang terserang cacing saluran pernafasan. Gejala di atas dapat terjadi pada semua umur ayam. Dua jenis cacing yang sering ditemukan, yaitu cacing Ascaris gaffi dan cacing saluran pernafasan Syngamus trachea. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang yaitu membersihkan sesering mungkin kotoran ayam, karena mekanisme penularannya melalui telur-telur cacing yang keluar bersama kotoran. Penyemprotan desinfektan secara teratur sangat dianjurkan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan obat cacing dengan dosis pengobatan. Kholera Penyakit kholera dikenal juga dengan penyakit berak hijau dan menyerang semua umur ayam. Penyakit ini cukup berbahaya karena dalam waktu singkat dapat memusnahkan semua ayam yang dipelihara. Gejalanya adalah ayam lesu, nafsu makan turun, bobot ayam merosot drastis, sesak nafas dan kadang-kadang ngorok, terdapat lendir kental keluar dari paruh dan hidung. Jengger dan pialnya biru kadang-kadang membengkak. Kotorannya mula-mula encer berwarna putih, kemudian kekuningan dan akhirnya berwarna hijau. Induk-induk ayam berhenti berproduksi telur. Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella multocida yang ditularkan melalui kontak langsung atau melalui kotoran dan air liur atau ayam terserang. Penularan penyakit dapat pula melalui makanan, minuman dan peralatan yang tercemar bibit kholera. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi atau kebersihan kandang. Penyakit ini dapat diobati dengan obat-obat antibiotika yang tersedia di toko unggas. Pullorum Penyakit ini dikenal juga sebagai penyakit berak kapur. Biasanya ayam sakit yang kena pullorum, meskipun kelihatannya sudah sembuh, sesungguhnya masih mengidap penyakit yang d apat ditularkan pada ayam lain atau keturunannya. Gejala umum nafsu makan berkurang, tubuh ayam lemah, bulu kusam, sayap menggantung, kotoran berwarna putih banyak melekat pada bulu- bulu sekitar d ubur.

Penyerangan yang terjadi pada anak ayam menyebabkan kematian tinggi. Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang. Induk-induk yang pernah terserang penyakit pullorum jangan digunakan sebagai bibit d an jangan dipakai untuk mengeramkan telur-telur. Pemberian obat antibakterial (sulfa) dapat diberikan pada ayam-ayam sehat maupun yang sakit sesuai dosis dan umur pemberian yang diajurkan. Coccidiocis Penyakit ini dikenal dengan penyakit berak darah. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak ayam dibawah umur 2 bulan, meskipun penyakit ini dapat juga menyerang ayam-ayam dewasa. Gejala penyakit ini biasanya ayam lemah, lesu, nafsu makan berkurang, bulu kusam, sayap menggantung bahkan bulu-bulu berdiri seperti kedinginan. Kotoran encer berwarna merah, kemudian menjacli merah kehitaman. Penyebab penyakit ini adalah Protozoa coccidian, yang cepat menular terutama pada kondisi cuaca basah atau lembab. Protozoa ini menyerang sel-sel lapisan usus dan menimbulkan peradangan dan pendarahan. Pencegahan dilakukan terutama dengan sanitasi kandang. Pemberian obat anti koksidiosis pada anak-anak ayam umur 7 hari dapat mengurangi serangan penyakit kemudian diulang lagi dan diwaktu terjadi wabah. Pengobatan dilakukan dengan memakai obat-obat yang tersedia di toko unggas dengan dosis dan pemberian sesuai anjuran. Cacar unggas

Penyakit cacar ayam pada ayam Buras masih sering terjadi, tidak merupakan penyakit pembunuh tapi menggangu keindahan tampilan ayam. Gejalanya biasanya di sekitar paruh, mata jengger, pial dan bagian tubuh lain yang tertutup bulu terlihat bintik-bintik kecil merah, kemudian bintik ini membesar berwarna kekuningan dan selanjutnya berubah menjadi merah kehitaman. Luka-luka cacar tersebut kemudian akan tertutup oleh selaput berwarna keputihan. Penyebab penyakit ini adalah virus Borreliota avium yang menular secara kontak langsung dengan ayam terserang penyakit, melalui gigitan nyamuk, kutu, binatang lain, bulu unggas terserang yang lepas kemudian terbawa angin masuk kandang dan makanan serta minumam tercemar. Pencegahan utama adalah dengan vaksinasi cacar unggas kemudian diikuti dengan sanitasi kandang dan peralatan. Pengobatan dilakukan dengan membersihkan bungkul-bungkul luka dan membubuhkan yodium. Pengobatan dilakukan sampai sembuh. Setelah itu baru boleh dicampur dengan ayam-ayam yang sehat. Kutu dan gurem Kutu dan gurem merupakan parasit yang mengisap darah sehingga menimbulkan gatal-gatal. Kutu ayam tinggal pada tubuh ayam, melekat pada pangkal bulu, dan kulit ayam. Gurem biasanya pada siang hari bersembunyi pada tempat-tempat yang gelap, lipatan kayu kandang dan di bawah sarang. Ayam yang terkena kutu dan gurem terlihat tidak tenang, selalu gelisah karena terganggu oleh gigitan kutu dan gurem, sehingga nafsu makan berkurang. Penyebab penyakit ini adalah kutu dan gurem (lice, flea clan bug). Mereka termasuk kelas insekta. Berbagai jenis kutu yang teridentifikasi, diantaranya adalah Cuclotogaster heterographa, Lipeurus caponi,s dan sebagainya. Jenis gurem sarang (Cimex lectularius) merupakan gurem yang umum ditemukan. Sanitasi kandang dan penyemprotan kandang dengan insektisida secara teratur dapat mengusir dan memusnahkan kutu clan gurem. Pengobatan pada ayam yang terserang kutu atau gurem dapat dilakukan dengan pemberian bedak khusus, yang biasa dipergunakan untuk mengusir kutu hewan piara seperti anjing atau kucing.

PANEN DAN PASCA PANEN Keragaman produk usahatani hanya terbatas pads produk telur konsumsi, telur tetas, anak ayam dengan berbagai umur, dan ayam hidup untuk potong baik yang muda maupun ayam afkir. Produk lain dalam bentuk karkas dan potongan karkas, dapat pula dilakukan. Telur konsumsi: Kegiatan produksi telur konsumsi yakni memelihara induk-induk dengan menjaga kondisi tubuh tetap sehat serta pemberian pakan dan perlindungan dari cuaca buruk dan predator. Setelah itu, membersihkan sarang dari kotoran atau membersihkan telur dengan lap basah, sehingga telur-telur yang diproduksi bersih, kemudian menyimpannya dalam ruangan sejuk (17 C) apabila akan disimpan lebih dari 1 minggu. Diversifikasi olahan telur ayam Buras sementara ini tidak begitu banyak. Penjualan telur matang atau telur asin, kurang mendapat pasaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan produk lain berupa telur tetas dan/atau anak ayam umur sehari. Telur Tetas : Untuk mendapatkan telur-telur tetas, induk-induk ayam harus disatukan dengan pejantan dewasa untuk membuahi telur-telurnya. Sistem perkawinan seperti kawin alam dengan hanya mencampurkan dalam satu kandang induk-induk produktif dengan pejantan dewasa, kawin tangan atau inseminasi buatan (IB). Telur tetas (fertile) tersebut dapat dijual dengan harga relatif lebih mahal dari telur konsumsi, sehingga diharapkan usahatani ayam Buras masih menguntungkan. Anak ayam umur sehari (Day Old Duck) : Untuk mendapatkan anak ayam umur sehari diperlukan induk-induk ayam dan/atau mesin tetas. Telur-telur ditata sedemikian rupa dalam sarang yang ada induk ayam yang sedang mengeram, sebanyak maksimum 10 butir. Penggunaan mesin tetas lebih efisien karena jumlah anak ayam yang diperoleh akan lebih banyak dalam satu tetasan. Anak-anak ayam yang baru netas ditampung dalam kotak hangat sementara sebelum dikirim kepada pemesan. Anak ayam yang baru menetas tahan tanpa diberi minum atau pakan selama dua hari. Satu hal yang perlu diperhatikan untuk memproduksi anak ayam umur sehari ini adalah ketelatenan dalam menjaga dan melaksanakan sistem penetasan.

Ayam potong : Ayam Buras potong dalam hal ini didefinisikan sebagai ayam muda berumur sekitar 12 minggu dengan bobot hidup rata-rata 900 gr 1.100 gr per ekor. Permintaan produk ayam Buras potong cukup tinggi, mengingat masih banyaknya konsumen yang menyukai daging ayam Buras dibandingkan dengan daging ayam ras. Caranya adalah dengan membesarkan sejak umur sehari sampai dengan umur 12 minggu dengan sistem intensif, meskipun dengan sistem diumbarpun bisa dilakukan, namun umur untuk mencapai bobot sekitar 1 kg, diperlukan waktu 14 18 minggu. Karkas dan potongan karkas: Selain ayam potong hidup, karkas ayam Buras dalam bentuk karkas kosong (bobot tanpa bulu dan tanpa jeroan), biasanya diperjual belikan di pasar. Potongan karkas lain yang biasa dijual adalah hati dan rempela, yang dijual tersendiri. Sistem penjualan biasanya dalam bentuk satuan ekor, sementara hati clan rempela dijual secara kiloan. Namun penjualan dalam bentuk matang (digoreng, diungkep, diopor) biasanya disajikan dalam bentuk potongan karkas. Karkas kosong ayam Buras sekitar 69% (6672%), sementara sisanya sekitar 31% (28-34%) terdiri dari darah bulu, jeroan clan sebagainya.

POHON INDUSTRI AYAM BURRS HULU 1. INDUSTRI PAKAN 2. INDUSTRI OBAT DAN VAKSIN HEWAN 3. INDUSTRI PEMBIBITAN 4. INDUSTRI PERALATAN PETEMAKAN BUDIDAYA AYAM HILIR AYAM PEDAGING AYAM PETELUR INDUSSTRI RPA DAGING SEGAR TELUR SEGAR INDUSTRI PENGOLAHAN MAKANAN PRODUK OLAHAN - Nugget - Abon - Bakso - Dendeng - Keripik Usus - Keripik Ceker - Keripik Kulit PRODUK OLAHAN : - Tepung telur - Telur asin - Telur pindang INDUSTRI PENGOLAHAN MAKANAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MAKANAN PRODUK : - Bahan baku makanan ternak (tepung darah, tepung tulang, tepung bulu) - Peralatan rumah tangga: Kemoceng Isi bantal - Lukisan - Pupuk kandang PRODUK: - Bahan baku makanan ternak (tepung kulit telur, tepung telur afkir) - Hiasan/kerajin an tangan - Pupuk kandang INDUSTRI PENGOLAHAN MAKANAN Gambar 7. Pohon Industri ayam burgs

ANALISA USAHA TERNAK AYAM BURRS Sistem Umbaran: Perhitungan dimulai sejak dibelinya induk-induk sampai jangka waktu pemeliharaan 12 bulan. Input produksi yang dikemukakan merupakan input maksimum yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan ayam. Nilai satuan biaya (unit cost) merupakan nilai bulan Maret 2005 di Bogor. Ongkos produlksi tahun pertama Rp 389.120 Modal investasi Rp 225.000 1. Betina dewasa, 5 ekor x Rp 20.000 Rp 100.000 2. Jago dewasa, 1 ekor x Rp 40.000 Rp 40.000 3. Kandangbambu,6 bush xrplo.000 Rp 60.000 4. Sarang, 5 bush x Rp 5.000 Rp 25.000 Modal keria selama 12 bulan Rp 159.800 Untuk ayam baru datang Rp 75.200 1. Vaksin ND inaktif untuk ayam baru Rp 20.000 2. Obat cacing peperasin Rp 20.000 3. Multivitamin antistress Rp 10.000 4. Ransum 0,1 kg x 6 ekor x 14 hari x Rp 3.000 Rp 25.200 Untuk umbaran Rp 84.600 1. Dedak padi seadanya ditaksir 0.025 kg x 6 ekor x 300 hari x Rp 1.000 Rp 45.000 2. Ransum komersial untuk anak ayam selama 3 minggu 5 induk x 4 tetasan x 6 anak x 0.05 kg x Rp 3.000 Rp 18.000 3. Vaksin ND dan vitamin 120 ekor x 3 vaksinasi x Rp 60 Rp 21.600 Pendapatan Rp 930.000 Kematian anak tertinggi 20 % 1. Penjualan telur 5 induk x 12 butir x Rp 500 Rp 30.000 2. Penjualan ayam muds 5 induk x 18 ekor x Rp 10.000 Rp 900.000 Keuntungan setelah 12 bulan pertama Rp 696.000 Pendapatan-[( 1/3 x modal inventasi) + modal kerja] Rp 930.000 - [(1/3 x Rp 225.000)+(Rp 159.800) Rp 696.000 (Sumber : Iskandar, 2007)

Sistem Ren : Ongkos produksi Modal investasi AVarn dewasa 1. Betina dewasa, 8 ekor x Rp 20.000 2. 3. Jago dewasa, 2 ekor x Rp 40.000 Kandang bambu, 10 buah x Rp 10.000 4. Sarang, 8 buah x Rp 5.000 5. Pagar bambu 15 m x Rp 10.000 6. Tempat pakan induk 2 x Rp 5.000 7. Tempat minum induk 2 x Rp 10.000 Anak ayam 1. Kandang indukan 3 buah x Rp 30.000 2. Tempat pakan 6 buah x Rp 5.000 3. Tempat minum 6 buah x Rp 5.000 Rp 2.280.200 Rp 695.000 Rp 545.000 Rp 160.000 Rp 80.000 Rp 100.000 Rp 25.000 Rp 150.000 Rp 10.000 Rp 20.000 Rp 150.000 Rp 90.000 Rp 30.000 Rp 30.000 Modal kerja selama 12 bulan pertama Rp 1.585.200 Untuk induk ayam baru datanq Rp 92.000 1. Vaksin ND inaktif untuk ayam baru Rp 20.000 2. Obat cacing peperasin Rp 20.000 3. Multivitamin antistress Rp 10.000 4. Ransum 0,1 kg x10 ekor x 14 hari x Rp 3.000 Rp 42.000 Untuk ren dan anak ayam sapihan Rp 1.493.200 1. Ransum telur 0.1 kg x 10 ekor x 365 hari x Rp 2.000 Rp 730.000 2. Ransum tumbuh untuk anak ayam 8 induk x 5 tetasan x 6 anak x 1.5 kg x Fo 2.000 Rp 720.000 3. Vaksin ND dan vitamin 240 ekor x 3 vaksinasi x Rp 60 Rp 43.200 Pendapatan Rp 2.040.000 Diasumsikan kematian anak tertinggi 20%Penjualan telur 8 induk x 3 butir x 6 periode Rp 500 Rp 120.000 Penjualan ayam muda (240 ekor) x 0.80 x Rp 10.000 Rp 1.920.000 Keuntungan setelah 12 bulan pertama [(1/3 x Rp 695.000)+ Rp 1.585.200 Rp 223.133 Rp 223.133 Rp2.040.000- (Sumber : Iskandar, 2007)

Sistem Baterai Ongkos produksi Rp 6.616.750 Modal investasi Rp 4.470.000 Ayam dewasa Rp 1.970.000 1. Betina dewasa, 50 ekor x Rp 20.000 Rp 1.000.000 2. Jago dewasa, 5 ekor x Rp 40.000 Rp 200.000 3. Kandang bambu, 55 buah x Rp 10.000 Rp 550.000 4. Tempat pakan induk 55 x Rp 3.000 Rp 165.000 5. Tempat minum induk 55 x Rp 1.000 Rp 55.000 Anak ayam Rp 500.000 1. Kandang indukan 10 buah x Rp 30.000 Rp 300.000 2. Tempat pakan 20 buah x Rp 5.000 Rp 100.000 3. Tempat minum 20 buah x Rp 5.000 Rp 100.000 Mesin tetas Rp 2.000.000 Kapasitas 100 butir 1 buah x Rp 2.000.000 Rp 2.000.000 Modal kerja selama 12 bulan pertama Rp 5 126 750 Untuk induk ayam baru clatanq Rp 281.000 1. Vaksin ND inaktif untuk ayam baru Rp 20.000 2. Obat cacing peperasin Rp 20.000 3. Multivitamin antistress Rp 10.000 4. Ransum 0,1 kg x 55 ekor x 14 hari x Rp 3.000 Rp 231.000 Untuk induk dalam batere Rp 4.215.750 1. Ransum telur 0.1 kg x 55 ekor x 365 hari x Rp 2.000 Rp 4.015.000 2. Vaksin ND, obat clan vitamin 0.05 x Rp 4.015.000 Rp 200.750 Untuk produksi anak 1000 ekor sampai umur 12 minqqu Rp 6.300.000 1. Ransum tumbuh 1000 ekor x 3 kg x Rp 2000 Rp 6.000.000 2. Vaksin, obat clan vitamin 0.05 x Rp 6000.000 Rp 300.000 Pendapatan Rp 10.600.000 Diasumsikan kematian anak tertinggi 20% 1. Penjualan telur 50 induk x 8 butir x 11 periode Rp 500 Rp 2.200.000 2. Penjualan ayam muds 840 ekor x Rp 10.000 Rp 8.400.000 (Sumber, Iskandar, 2007)

BAHAN BACAAN Bambang Agus Murtidjo. 2004. Mengelola Ayam Buras. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 174 hal. ISBN No. 979413-740-5. BPTP Nusa Tenggara Barat. 2003. Beternak Ayam Buras. Folder No. 01/folder/PF31P/2003. Mataram. Dinas Peternakan DKI Jakarta. 1996. Brosur Intensifikasi Ternak Ayam Buras. Jakarta. 4 hal. Dinas Peternakan clan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung. 2004. Leaflet Beternak Ayam Buras. Bandar Lampung. http.-ilwirausaha.itgo.comlayam.htm. 2008. Meraup untung dari ayam kampung.10 Oktober 2008. Iskandar, S (2007) Usahatani Ayam Kampung : Peningkatan Manfaat Sumberdaya Nasional. Balai Penelitian Ternak (unpublished) Muhammad Rasyaf. 1994. Memelihara Ayam Buras. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 69 hal. ISBN No. 979-413-300-0. Rahmat Rukmana. 2005. Ayam Buras Intensifikasi clan Kiat Pengembangan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 79 hal. ISBN No. 979-21-0680-4. Senong Sakaria clan Baharuddin Wawo. 2004. Penyusunan Ransum Ayam Buras Secara Sederhana. Universitas Hasanudin. Makasar. 6 hal. Senong Sakaria clan Baharuddin Wawo. 2004. Pedoman Praktis Beternak Ayam Buras. Universitas Hasanudin. Makasar. 4 hal. www.sentralternak.com. 2008. Bisnis DOC Ayam Kampung. 20 Oktober 2008.