BAB I PENDAHULUAN. organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan

dokumen-dokumen yang mirip
A. DAFTAR PERTANYAAN UNTUK PENGGUNA (SANTRI/WATI, USTADZ/AH, KARYAWAN) POSKESTREN

KERANGKA ACUAN POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) 2017 PUSKESMAS BREBES. Jl. Tritura No. 22 Telp. ( 0283 ) Brebes 52212

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan ketertiban dunia yang

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. M. Federspiel, salah seorang pengkaji ke-islaman di Indonesia, menjelang

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

PEMBENTUKAN POSKESTREN DENGAN MENGUNAKAN POLA PENDEKATAN DESA SIAGA DI PESANTREN AL-MUNAWARAH KABUPATEN MERANGIN

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235);

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berkualitas. Salah satu upaya yang strategis untuk meningkatkan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN DAN PEMBINAAN POS KESEHATAN PESANTREN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

Syarifah (Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara) Fotarisman Zaluchu (Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. prioritas (Nawa Cita) dimana agenda ke-5 (lima) yaitu meningkatkan kualitas

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BUPATI PAMEKASAN TENTANG BUPATI PAMEKASAN, pembangunan perdesaan sehat, diperlukan

PEMERINTAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DINAS KESEHATAN UPTD PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT CIKAMPAK JLN. Lintas Sumatera-Riau kode Pos 21465

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAKSANAAN KOORDINASI DESA SIAGA DAN PHBS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SANTRI PONDOK PESANTREN AS AD DAN PONDOK PESANTREN AL HIDAYAH

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

Usaha-usaha Kesehatan Masyarakat. Contact: Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp: /

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI. nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. (Effendy,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

II. TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh Pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB II KEBIJAKAN. Untuk mencapai visi tersebut, maka telah disepakati misi yang akan dijalankan, yaitu :

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bayi terjadi transisi epidemiologis penyakit. Populasi lansia semakin

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. umur termasuk murid Sekolah Dasar (SD) (Kepmenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, remaja cenderung untuk menerima tantangan atau coba-coba melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dekade berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat cukup signifikan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam kategori

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

PROGRAM DOKTER KECIL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) PHBS KELOMPOK SANTRI POSKESTREN

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

Administrasi dan Kebijakan Upaya Kesehatan Perorangan. Amal Sjaaf Dep. Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, FKM UI

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata

UPAYA dan AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS ERNAWATY AKK 2011

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

Urusan Pemerintahan Organisasi : ( 102 ) : ( 0101 ) Triwulan. Lokasi. Sumber. Uraian. Kode. Kegiatan. Dana I II ,557,750

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

KAJIAN PELAKSANAAN PROGRAM POS KESEHATAN PESANTREN (POSKESTREN) DI PONDOK PESANTREN AR-RAUDHATUL HASANAH MEDAN PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI.

Pembinaan dan Pengembangan UKS

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PELAKSANAAN MANAJEMEN POSKESTREN DI PONDOK PESANTREN DARUL FUNUN EL-ABBASIYAH PADANG JAPANG

Daftar Isi. Bab 1 : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi setiap penduduk. Selain sebagai hak asasi, kesehatan juga merupakan investasi, untuk itu harus diperjuangkan oleh semua pihak, tidak hanya bidang kesehatan saja, namun juga oleh berbagai jajaran (lintas sektor). Hal ini diperkuat oleh konstitusi organisasi kesehatan sedunia World Health Oganization (WHO) tahun 1948 dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan. Alasan mengapa pemerintah suatu negara harus berperan penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat, yaitu: (1) kesehatan merupakan suatu hak dasar rakyat (2) kesehatan mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan ekonomi, yaitu pada tingkat mikro kesehatan merupakan dasar bagi peningkatan produktivitas dan pada tingkat makro kesehatan merupakan input untuk menurunkan kemiskinan. Di Indonesia, peran penting pemerintah tersebut ditambah dengan alasan lain, yaitu: (1) Pelayanan dasar bagi penduduk miskin adalah perintah konstitusi; dan (2) Terjadi disparitas status kesehatan (Trisnantoro, 2005).

Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 telah ditetapkan Visi Kementerian Kesehatan yaitu: Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan, dengan salah satu strateginya adalah pemberdayaan masyarakat dan swasta melalui kerja sama nasional dan global (Bapelkes Cikarang, 2012). Pentingnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, telah diakui oleh semua pihak. Hasil pengamatan, pengalaman lapangan sampai peningkatan cakupan program yang dikaji secara statistik, semuanya membuktikan bahwa peran serta masyarakat amat menentukan keberhasilan, kemandirian, dan kesinambungan pembangunan kesehatan. Sebagaimana yang terkandung dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 174 ayat 1 dan 2 tentang Peran Serta Masyarakat bahwa masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif (Undang-Undang Kesehatan, 2009). Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan merupakan salah satu indikator akan keberhasilan suatu upaya kesehatan. Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan adalah dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada termasuk yang ada di masyarakat. Peran serta masyarakat semakin terasa setelah munculnya posyandu sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM), yang merupakan wujud nyata peran serta mereka dalam pembangunan kesehatan. Kondisi ini ternyata mampu memacu terbentuknya berbagai UKBM lainnya seperti Polindes (Pondok Bersalin Desa), POD

(Pondok Obat Desa), Pos UKK (Pos Upaya Kesehatan Kerja), TOGA (Tanaman Obat Keluarga), Dana Sehat, Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren), dan lain sebagainya (Depkes RI, 2006). Inti kegiatan poskestren adalah memberdayakan masyarakat pesantren baik santri maupun guru agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Konsep pemberdayaan masyarakat pesantren ini adalah memperkenalkan mereka akan permasalahan yang mereka hadapi yang dilakukan oleh mereka sendiri. Sehingga masalah yang ditemukan benar-benar dirasakan dan disepakati oleh mereka (Bapelkes Cikarang, 2012). Sebagaimana menurut Mahyuliansyah (2010) bahwa santri-santri yang berada di pondok pesantren merupakan anak didik yang pada dasarnya sama saja dengan anak didik di sekolah-sekolah umum yang harus berkembang dan merupakan sumber daya yang menjadi generasi penerus pembangunan yang perlu mendapat perhatian khusus terutama kesehatan dan pertumbuhannya. Pondok Pesantren pada awal berdirinya mempunyai pengertian yang sederhana, yaitu tempat pendidikan santri-santri untuk mempelajari pengetahuan Agama Islam di bawah bimbingan seorang guru/ustadz/kyai dengan tujuan untuk menyiapkan santri-santri menguasai ilmu Agama Islam dan siap mengajarkan Agama Islam dengan mendirikan pesantren baru untuk memperbanyak jumlah kader dakwah Islamaiyahnya (Mahyuliansyah, 2010). Pondok pesantren yang ada di Indonesia berjumlah 14.798, terdiri dari 3.184 (22,0%) pondok pesantren salafi/salafiah (tradisional), 4.582 (31,0%) pondok pesantren khalafi/khalafiah (modern), dan pondok pesantren terpadu/kombinasi sebanyak 7.032 (47,0%), dengan jumlah santri sebanyak 3.464.334 orang. Dari

jumlah tersebut yang merupakan santri pesantren kombinasi dan modern sebanyak 2.057.814 orang atau 59,4% dan santri pesantren tradisional sebanyak 1.406.519 orang atau 40,6% (Depag, 2005). Keberadaan pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat Indonesia sudah dirasakan manfaatnya sejak dulu. Sejarah perkembangan pondok pesantren tidak lepas dari sejarah bangsa ini dalam meraih kemerdekaan. Seiring perjalanan waktu, kebutuhan akan pondok pesantren yang dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat di bidang agama dan pendidikan yang berkualitas sangatlah dibutuhkan. Dalam upaya mendukung hal tersebut, kebutuhan fasilitas penunjang sangatlah dibutuhkan. Salah satu kebutuhan tersebut adalah tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai (Muqowis, 2009). Kesehatan adalah salah satu pilar yang berpengaruh terhadap kualitas hidup sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diharapkan lembaga pendidikan pondok pesantren memiliki sarana pendukung kesehatan bagi warga pesantren sebagai sarana penunjang bagi para santri untuk meningkatkan kepedulian serta partisipasi seluruh warga pesantren dalam berperilaku hidup bersih dan sehat sehingga kualitas sumber daya manusia meningkat (Isnaini, 2011). Permasalahan kesehatan yang dihadapi santri-santri tidak berbeda dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah umum bahkan bagi santri yang mondok akan bertambah lagi dengan masalah kesehatan lingkungan yang ada di pondok yang mereka tempati. Berdasarkan hal tersebut, dituntut suatu peran aktif dari masyarakat dalam hal ini adalah pesantren bekerja sama dengan pihak kesehatan melakukan pembinaan kesehatan bagi santri-santri yang ada sehingga terwujud pola perilaku

hidup bersih dan sehat bagi para santri dan masyarakat pondok pesantren serta masyarakat lingkungannya (Mahyuliansyah, 2010). Pada umumnya kondisi kesehatan di lingkungan pondok pesantren masih memerlukan perhatian dari pelbagai pihak, baik dalam aspek pelayanan kesehatan, perilaku sehat maupun aspek kesehatan lingkungannya. Berikut beberapa poin permasalahan kesehatan secara umum di pondok pesantren. (1) Berkaitan dengan kesehatan lingkungan: (a) sampah yang berserakan di lingkungan pesantren (b) lantai asrama jarang dipel (c) bak mandi jarang dikuras dan (e) kasur tidak dijemur. (2) Bekaitan dengan masalah tingkah laku: (a) piring tidak segera dicuci sebelum dan sesudah makan (b) sisa makanan yang berserakan di asrama (c) pakaian yang sudah digunakan bergantungan di dalam asrama (d) santri tidur di lantai, tanpa selimut dan alas tidur (e) ember sabun, sepatu dan sandal diletakkan sembarangan di dalam asrama (f) bantal sering dipakai bersama-sama dan (g) sesudah Buang Air Besar (BAB) tidak cuci tangan dengan sabun. (3) Berkaitan dengan masalah gizi: (a) mie instan dijadikan makanan pokok (b) menu makanan kurang bervariasi (c) santri tidak sarapan pagi (d) mengambil porsi makanan yang tidak sesuai, dan (4) Berkaitan dengan masalah sarana dan prasarana: (a) ruang asrama tidak sesuai dengan jumlah penghuni dan (b) kurangnya tempat menjemur pakaian (Muslim, 2012). Berhubungan dengan berbagai penyakit yang paling sering diderita oleh warga pondok pesantren, melalui wawancara yang dilakukan diperoleh data, yaitu: scabies, diare, sesak nafas, batuk pilek dan penyakit lainya seperti gangguan pencernaan. Untuk itu, salah satu upaya mendekatkan pelayanan kesehatan bagi warga pondok pesantren adalah menumbuhkembangkan poskestren.

Mengingat bahwa pondok pesantren merupakan wadah yang potensial dalam meningkatkan sumber daya manusia, maka perlu didukung oleh kebijakan pemerintah dan berbagai program kesehatan, khususnya upaya pelayanan kesehatan melalui poskestren, yang diperkuat dengan adanya Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri dalam Negeri No. 1067/Menkes/SKB/VIII/2002, Nomor 385 Tahun 2002 dan Nomor 37 Tahun 2002 tentang Peningkatan Kesehatan Pondok Pesantren dan Instituti Keagamaan lainnya. Selanjutnya pada tahun 2006 Menteri Kesehatan menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No 867/Menkes/SK/X/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Poskestren. Di sekolah-sekolah formal, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sudah berkembang dengan baik. Sedangkan di pondok pesantren dikembangkan poskestren yang merupakan salah satu wujud UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan untuk warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif (pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan), yang diharapkan menjadi wadah warga pondok pesantren untuk mengatasi persoalan kesehatan yang masih banyak dijumpai di pondok pesantren, yang selanjutnya diikuti dengan binaan puskesmas setempat (Depkes RI, 2006). Pembinaan dilakukan secara terpadu oleh puskesmas dan stakeholder terkait lainnya, yang dilakukan secara berkala, baik langsung maupun tidak langsung. Peran petugas puskesmas di poskestren antara lain: (1) membimbing dan membina kader dalam pengelolaan poskestren termasuk melakukan orientasi dan pembinaan, (2) menyelenggarakan pelayanan kesehatan, (3) menyelenggarakan penyuluhan

kesehatan masyarakat dan gizi kepada pengunjung poskestren dan masyarakat sekitar, (4) menganalisis hasil kegiatan poskestren, menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya perbaikan sesuai dengan kebutuhan poskestren, (5) menerima konsultasi atau rujukan dalam menangani berbagai kasus kesehatan yang tidak dapat ditanggulangi oleh kader poskestren, dan (6) membantu pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan yang dibutuhkan poskestren (Depkes RI, 2006). Pondok pesantren Ar-raudhatul Hasanah merupakan salah satu pondok pesantren terbesar di Sumatera Utara yang telah menerapkan program poskestren untuk meningkatkan derajat kesehatan warga pesantren. Poskestren tersebut telah berdiri selama lebih kurang tiga tahun. Pada awalnya poskestren diberi nama Poliklinik atau Balai Pengobatan santri/wati dan hanya terfokus pada pelayanan kesehatan kuratif maupun rehabilitatif seperti pengobatan warga pondok pesantren dan rujukan kasus ke pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Sedangkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif seperti penjaringan kesehatan santri/wati yaitu pemeriksaan golongan darah, perhitungan tinggi dan berat badan, kegiatan gotongroyong atau jumat bersih, dan kegiatan pengkaderan santri/wati tentang kesehatan belum terlalu difokuskan, demikian juga dengan kegiatan penyuluhan tentang berbagai masalah kesehatan. Beberapa kegiatan penyuluhan kesehatan yang pernah dilakukan selama tiga tahun tersebut diantaranya tentang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunedeficiency Syndrome (HIV/AIDS), Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), kesehatan reproduksi bagi santriwati, dan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dimana kegiatan tersebut dilakukan dengan

memanfaatkan sumber daya yang terdapat di pesantren tanpa adanya pembinaan dan koordinasi dengan pihak puskesmas setempat. Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pelaksanaan program pelayanan kesehatan adalah penelitian yang dilakukan oleh Subchairanur (2004), menunjukkan bahwa pencapaian tujuan pelayanan kesehatan belum sesuai dengan target yang telah ditetapkan, dimana masih terdapat beberapa aspek kegiatan yang belum terlaksana. Sedangkan penelitian yang behubungan dengan program upaya kesehatan di lingkungan pendidikan atau sekolah adalah penelitian Samira (2011) yang menunjukkan adanya pengaruh pembinaan lingkungan sekolah sehat dan ketenagaan dengan pelaksanaan program usaha kesehatan sekolah. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang ada di pondok pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 867 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar untuk berperilaku hidup bersih dan sehat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pelaksanaan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara.

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program poskestren yang diberlakukan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan informasi kepada stakeholder dalam hal ini Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren di Pondok Pesantren Ar-raudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 2. Sebagai masukan bagi pihak Puskesmas Simalingkar dan Pondok Pesantren Arraudhatul Hasanah Medan Provinsi Sumatera Utara tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan program poskestren dalam upaya terwujudnya kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. 3. Sebagai bahan menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan secara nyata bagi penulis. 4. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi penelitian lain yang berhubungan dengan program poskestren.