BAB 4 SAMBUNGAN LAS. Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar.

dokumen-dokumen yang mirip
PENYULUHAN KAMPUH DAN KEKUATAN LAS UNTUK PEMUDA DESA GULON

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diktat Elemen Mesin. Disusun oleh: Agustinus Purna Irawan

Proses pembentukan sambungan las

Diktat Elemen Mesin. Disusun oleh: Agustinus Purna Irawan

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Las Pertemuan - 14

Persentasi Tugas Akhir

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

DASAR-DASAR PENGELASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Mesin Pencacah Rumput

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

Konstruksi Baja. AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material

STUDI KOMPARASI KUALITAS PRODUK PENGELASAN SPOT WELDING DENGAN PENDINGIN DAN NON-PENDINGIN ELEKTRODA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Dosen Pembimbing: Ir. Subowo, MSc Oleh : M. Fathur Rohman

Pengaruh arus pengelasan terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro pada material aluminium

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB 3 METODE PENELITIAN

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA


Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

STUDI KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN SPOT WELDING PADA ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN GAS ARGON

RANCANG BANGUN ALAT BANTU 3D SCANNER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Peningkatan akan kualitas dan kuantitas serta persaingan

Gambar 3.1. Diagram Alir Perancangan Mesin Pengupas Kulit Kentang

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

Studi Kekuatan Sambungan Plat Pada Spot Welding Ditinjau dari Kekuatan Tarik dan Geser

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

PERHITUNGAN TUMPUAN (BEARING ) 1. DATA TUMPUAN. M u = Nmm BASE PLATE DAN ANGKUR ht a L J

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

BAB IV DATA DAN ANALISA

ANALISA PENGARUH TEGANGAN SISA DAN DISTORSI PADA PENGELASAN BUTT JOINT DAN T JOINT DENGAN VARIASI TEBAL PLAT

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Dimas Hardjo Subowo NRP

JOOB SHEET MENGELAS DENGAN PROSES LAS OKSI ASETILIN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PENGELASAN TINGKAT X PENYUSUN : MUKHTAROM,S.T.

ELEMEN PENGIKAT SAMBUNGAN PERMANEN ( PENGELASAN & PENYOLDERAN )

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

Gambar 1.7 Pengelasan busur plasma

STUDI PENGARUH ARUS DAN WAKTU PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS TITIK (SPOT WELDING) LOGAM TAK SEJENIS

STUDI KEKUATAN BENDING DAN KEKERASAN PADA PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN MENGGUNAKAN LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELING)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PROSES PENGELASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. penting pada proses penyambungan logam. Pada hakekatnya. diantara material yang disambungkan. Ini biasanya dilakukan

BAB IV PENGUJIAN MECHANICAL TEST.

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Transkripsi:

BAB 4 SAMBUNGAN LAS Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar. Proses pengelasan secara umum dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu : Las dengan menggunakan panas saja atau Fusion Welding (cair/lebur) yang meliputi thermit welding, gas welding atau las karbit/las asitelin dan electric welding (las listrik). Las dengan menggunakan panas dan tekanan atau Forge Welding (tempa). Gambar 1. Skema Pengelasan Cara kerja pengelasan : Benda kerja yang akan disambung disiapkan terlebih dahulu mengikuti bentuk sambungan yang diinginkan. Pengelasan dilakukan dengan memanaskan material pengisi (penyambung) sampai melebur (mencair). Material pengisi berupa material tersendiri (las asitelin) atau berupa elektroda (las listrik). Setelah didinginkan maka material yang dilas akan tersambung oleh material pengisi. Gambar. Simbol Pengelasan Gambar 3. Contoh Simbol Pengelasan 5

Tipe Sambungan Las a. Lap joint atau fillet joint : overlapping plat, dengan beberapa cara : Single transverse fillet (las pada satu sisi) :melintang Double transverse fillet (las pada dua sisi) Parallel fillet joint (las paralel) Gambar 4. Tipe Las Lap Joint b. Butt Joint - Pengelasan pada bagian ujung dengan ujung dari plat. - Pengelasan jenis ini tidak disarankan untuk plat yang tebalnya kurang dari 5 mm - Untuk plat dengan ketebalan plat (5 1,5) mm bentuk ujung yang disarankan adalah : tipe V atau U. Gambar 5. Tipe Las Butt Joint Gambar 6. Tipe Las Sudut 6

Perhitungan Kekuatan Las a. Kekuatan transverse fillet welded joint Jika Gambar 7. Tipe Las Sudut t : tebal las L : panjang lasan Throat thickness, BD : leg sin 45 0 t = 0.707 t A : Luas area minimum dari las (throat weld) = throat thickness x length of weld = 0.707 t x L t = tegangan tarik ijin bahan las. Tegangan tarik/kekuatan tarik maksimum sambungan las : Single fillet : F x = 0.707 x t x L x t t Double fillet : F x = 1,414 x t x L x t t b. Kekuatan las paralel fillet Gambar 8. Tipe Las Paralel Fillet 7

A : luas lasan minimum = 0,707 t x L Jika : tegangan geser ijin bahan las Gaya geser maksimum single paralel fillet : F s x = 0,707 x t x L x Gaya geser maksimum double paralel fillet : F x = 1,414 x t x L x s Hal yang perlu diperhatikan dalam desain adalah : Tambahkan panjang 1,5 mm pada lasan untuk keamanan. Untuk gabungan paralel dan transverse fillet (melintang), kekuatan lasan merupakan jumlah kekuatan dari paralel dan transverse. F total = F paralel + F tranverse c. Kekuatan butt joint weld Digunakan untuk beban tekan /kompensi Panjang leg sama dengan throat thickness sama dengan thickness of plates (t) Gaya tarik maksimum : Gambar 9. Tipe Las Butt Joint Single V butt joint, F t = t. L. t Double V butt joint, F t = ( t 1 + t ) L x t Tabel 1. Rekomendasi Ukuran Las Minimum Tebal plat (mm) Ukuran las minimm (mm) 3 5 3 6 8 5 10 16 6 18 4 10 6 58 14 > 58 0 8

Tegangan Sambungan Las Diktat-elmes-agustinus purna irawan-tm.ft.untar Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena variabel dan parameter tidak terprediksikan, misalnya : Homogenitas bahan las/elektroda Tegangan akibat panas dari las Perubahan sifat-sifat fisik. Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa : Beban terdistribusi merata sepanjang lasan Tegangan terdistribsi merata Tabel. Harga Tegangan Sambungan Las Dengan Beberapa Electrode Dan Beban Tipe Las Bare Electrode Covered Electrode Steady (MPa) Fatigue (MPa) Steady (MPa) Fatigue (MPa) Fillet welds (all types) 80 1 98 35 Butt welds 90 35 110 55 a. Tension b. Compression 100 35 15 55 c. Shear 55 1 70 35 Faktor Konsentrasi Tegangan Las Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type of joint, k = 1 Tabel 3. Faktor Konsentrasi Tegangan Untuk Beban Fatigue No. Tipe Las Faktor k 1. Reinforced butt welds 1,. Toe of transverse fillet 1,5 3. End of parallel fillet,7 4. T - butt joint with sharp corner,0 Konsentrasi tegangan terjadi akibat penambahan material yang berasal dari material dasar yang mungkin berbeda dengan material utama yang disambung. Contoh Soal 1. Sebuah plat lebar 100 mm tebal 10 mm disambung dengan menggunakan las tipe double parallel fillets. Plat menerima beban beban statis sebesar 80 kn. Hitung panjang las yang diperlukan jika tegangan geser ijin las tidak boleh melebihi 55 MPa. Jawab : Diketahui : b = 100 mm t = 10 mm max = 55 MPa F = 80 kn Panjang total lasan (double parallel fillets) untuk beban statis F = 1,414. t. L. max 9

80 x 10 6 = 1,414. 10.L. 55 6 80 x10 L = 103 mm 1,414 x10 x55 L tot = 103 + 1,5 = 115,5 mm.. Dua plat baja lebar 10 cm, tebal 1,5 cm dilas dengan cara double transverse fillet weld. Tegangan tarik maksimum tidak boleh melebihi 700 kg/cm. Hitung panjang dari lasan untuk kondisi beban statis dan dinamis. Jawab : Diketahui : b = 10 cm t = 1,5 cm t max = 700 kg/cm = 7 000 N/cm a. Panjang total lasan untuk beban statis (double transverse fillet weld) F max yang dapat diterima plat : F max = t max. A = 7 000. b. t = 7000. 10. 1,5 = 87 500 N F = 1,414. t. L. t max 87 500 = 1,414. 1,5.L. 7000 87500 L = 7,07 cm 1,414 x1,5x7000 Untuk mereduksi kesalahan pada saat pengelasan, panjang + 1,5 cm Panjang lasan beban statis : L tot = L + 1,5 = 7,07 + 1,5 = 8,3 cm. b. Panjang las untuk beban dinamis Faktor konsentrasi beban transverse fillet weld = 1,5 k 7000 1,5 Tegangan ijin t 4650 N/cm F max = 1,414. t. L. t 87 500 = 1,414. 1,5. L. 4650 t 87500 L = 10,6 cm 1,414 x1,5x4650 L tot = L + 1,5 = 10,6 + 1,5 = 11,85 cm 30

3. Plate lebar : 100 mm, tebal 1,5 mm disambung dengan las parallel fillet welds. Beban pada plat 50 kn. Hitung panjang lasan jika tegangan geser maksimum tidak boleh melebihi 56 N/mm. Hitung dalam beban statis dan dinamis. Jawab : Diketahui : Lebar plat, b = 100 mm t = 1,5 mm F = 50 kn = 5 000 N max = 56 N/mm a. Panjang lasan untuk beban statis (parallel fillet welds): F =. t. L. F 5000 L = 50,5 mm. t..1,5. 56 Panjang L total = L + 1,5 mm = 50,5 + 1,5 = 63 mm b. Panjang lasan untuk beban dinamis. Faktor konsentrasi tegangan (k) parallel fillet =,7 56,7 Tegangan geser ijin, 0, 74 N/mm F =. t. L. F 5000 L = 136,4 mm. t. x1,5x0,74 k L total = L + 1,5 mm = 136, + 1,5 = 148,9 mm 4. Sebuah plat dengan lebar 75 mm dan tebal 1,5 mm di sambung dengan plat lain dengan single transverse weld and double parallel fillet seperti gambar. Tegangan tarik maksimum 70 MPa dan tegangan geser 56 MPa. Hitung panjang setiap parallet fillet untuk beban statis dan fatigue. Jawab : b = 75 mm t = 1,5 mm = 70 MPa = 56 MPa a. Panjang lasan setiap parallel filet untuk Beban Statis Panjang lasan melintang (transverse) : L 1 = 75 1,5 = 6,5 mm Beban maksimum yang dapat diterima plat : F = A x = 75 x 1,5 x 70 = 65 65 N Beban yang dapat diterima single transverse weld : F 1 = 0,707 x t x L 1 x = 0,707 x 1,5 x 6,5 x 70 = 38 664 N Beban yang dapat diterima double parallel fillet weld : 31

F = 1,414 x t x L x = 1,414 x 1,5 x L x 56 = 990 L Beban maksimum (total) : F tot = F 1 + F 65 65 = 38 664 + 990 L L = 7, mm Panjang lasan setiap parallet fillet = 7, + 1,5 = 39,7 mm b. Panjang lasan setiap parallel filet untuk Beban Fatigue: Faktor konsentrasi tegangan transverse weld = 1,5 Faktor konsentrasi tegangan parallel fillet weld =,7 Tegangan tarik ijin : = 70 / 1,5 = 46,7 MPa Tegangan geser ijin : = 56 /,7 = 0,74 MPa Beban yang dapat diterima single transverse weld : F 1 = 0,707 x t x L 1 x = 0,707 x 1,5 x 6,5 x 46,7 = 5 795 N Beban yang dapat diterima double parallel fillet weld : F = 1,414 x t x L x = 1,414 x 1,5 x L x 0,74 = 336 L Beban maksimum (total) : F tot = F 1 + F 65 65 = 5 795 + 366 L L = 108,8 mm Panjang lasan setiap parallet fillet = 108,8 + 1,5 = 11,3 mm Soal Latihan 1. Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm disambung dengan plat lain dengan cara dilas menggunakan tipe transverse weld at the end. Jika plat digunakan untuk menerima beban 70 kn dan tegangan tarik ijin tidak boleh melebihi 70 MPa, hitung panjang las berdasarkan beban satis dan beban fatique.. Sebuah plat lebar 100 mm dan tebal 10 mm disambung dengan plat lain dengan cara dilas menggunakan tipe double parallel fillets. Jika plat digunakan untuk menerima beban 70 kn. dan tegangan geser ijin tidak boleh melebihi 56 MPa, hitung panjang las berdasarkan beban satis dan beban fatique. 3. Sebuah plat dengan lebar 10 mm dan tebal 15 mm di sambung dengan plat lain dengan single transverse weld and double parallel fillet weld seperti gambar. Tegangan tarik maksimum 70 MPa dan tegangan geser 56 MPa. Hitung panjang las parallel fillet untuk beban statis dan fatigue. 3