BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

Data Reduksi, Data Display / Penyajian Data, Data Verifikasi / Pemeriksaan Kembali Pengulangan Data, Data Konklusi/Perumusan Kesimpulan. Hasil Penelit

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. lain sehingga muncul hubungan utang piutang. Suatu utang piutang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Kekuatan Eksekutorial Hak Tanggungan dalam lelang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

Pembebanan Jaminan Fidusia

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi sebagai dampak krisis ekonomi global. tahun 2008 mencapai (dua belas ribu) per dollar Amerika 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. terutama oleh instansi-instansi yang menurut Undang-Undang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. provisi ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PARATE EXECUTIE PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN ASET KREDITOR DAN DEBITOR

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang di utamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur- kreditur lain. Berrdasarkan pengertian di atas maka pemegang hak tanggungan memiliki hak preferensi yaitu hak mendahului daripada kreditur- kreditur lain dalam hal pelunasan utang tertentu jika debitur cedera janji. Materi Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah dalam praktik menimbulkan masalah. Salah satu penyebabnya karena materi UU Hak Tanggungan sendiri terkesan saling bertentangan. Berdasarkan Pasal 20 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, pada prinsipnya ada tiga cara eksekusi hak tanggungan. Pertama, eksekusi berdasarkan janji untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri. Kedua, eksekusi berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan. Ketiga, eksekusi melalui penjualan objek hak tanggungan dilaksanakan di bawah tangan berdasarkan kesepakatan yang dibuat antara pembeli dan pemegang hak 1

2 tanggungan. Berdasarkan ketiga cara eksekusi itu, cara pertama yang relatif menimbulkan masalah. Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, jika debitur cedera janji atau wanprestasi, pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Pelunasan piutang diambil dari hasil lelang. Inilah yang lazim disebut parate executie. Merujuk rumusan Pasal 6, proses eksekusi dilakukan tanpa campur tangan atau melalui pengadilan, dengan kata lain tak perlu meminta fiat eksekusi dari ketua pengadilan negeri. Hak dari pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual objek hak tanggungan atas kekuasaan sendiri adalah hak berdasarkan Undang-Undang (Pasal 6 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah),jadi tanpa perjanjian pun hak itu sudah lahir. Berbeda pula dengan ketentuan Pasal 11 ayat (2) huruf e Undang- Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah. Berdasarkan aturan ini, akta pemberian hak tanggungan dapat dicantumkan janji-janji. Misalnya janji bahwa pemegang hak tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri objek hak tanggungan jika debitur cedera janji. Suatu janji belum ada jika kedua belah pihak belum bersepakat. Pada prakteknya tidak selalu eksekusi jaminan bisa berjalan baik padahal salah

3 satu ciri hak tanggungan adalah mudah dan pasti pelaksanaannya sebagaimana penjelasan UUHT nomor 3 huruf d. Persoalan yang dihadapi oleh pihak bank selaku kreditur dalam menggunakan Hak Tanggungan sebagai jaminan kredit bank adalah mengenai eksekusi Hak Tanggungan jika nasabah wanprestasi, tidak menjalankan kewajibannya. Berdasarkan dari pemikiran banyaknya kredit macet akibat debitur wanprestasidan adanya kendala dalam melaksanakan eksekusi objek Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi yang sebenarnya ada prosedur eksekusi Hak Tanggungan yang dapat dilaksanakan secara mudah, murah, dan lebih cepat dibandingkan eksekusi berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan yaitu secara parate executie. Parate executie memberikan hak kepada kreditur pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum. Permasalahan yang ada, kadangkala parate executie tidak berjalan dengan lancar karena adanya gugatan dari pihak debitur maupun pihak ketiga. Hal tersebut sangat merugikan bagi kreditur selaku pihak yang menurut UUHT mendapatkan hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri. Hal tersebut tentunya akan menghambat pengembalian dana pinjaman yang sangat dibutuhkan dalam pembagunan ekonomi. Adapun yang melatarbelakangi penulis mengambil tempat penulisan tersebut karena Sumbawa Besar merupakan kota kabupaten yang ramai setelah Kota Bima di Pulau Sumbawa yang memiliki potesi

4 masalah yang akan diteliti, dan berdasarkan hasil pra penulisan yang dilakukan bahwa bank tersebut memiliki masalah yang menjadi pembahasan penulis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dapat di buat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah kepastian hukum eksekusi Hak Tanggungan berupa tanah dan bangunan akibat dari kredit macet pada PT. Bank NTB Cabang Sumbawa? 2. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi pemegang Hak Tanggungan jika eksekusi Hak Tanggungan yang telah dilaksanakan berdasarkan parate executie digugat oleh pemberi Hak Tanggungan? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dirumuskan maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui dan mengkaji kepastian hukum eksekusi Hak Tanggungan berupa tanah dan bangunan akibat dari kredit macet pada PT. Bank NTB Cabang Sumbawa. 2. Untuk mengetahui dan mengkaji perlindungan hukum bagi pemegang Hak Tanggungan jika eksekusi Hak Tanggungan yang

5 telah dilaksanakan berdasarkan parate executie digugat oleh pemberi Hak Tanggungan. D. Manfaat Penulisan Penulisan yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis diharapkan penulisan ini memberikan manfaat ilmu pengetahuan dibidang hukum perdata khususnya hukum jaminan dan perbankan. Kaitannya dengan kepastian hukum hak tanggungan menurut ketentuan Undang-Undang dan bagaimana perlindungan hukum bagi kreditur jika terjadi eksekusi hak tanggungan. Secara praktis, penulisan ini juga diharapkan memberikan manfaat kepada praktisi baik di lingkungan perbankan maupun praktisi hukum lainnya seperti notaris, hakim dan advokat. E. Keaslian Penulisan Berdasarkan penelusuran kepustakaan terdapat beberapa penulisan yang dilakukan oleh penulis lain mengenai hak tanggungan, antara lain : 1. Perlindungan hukum bagi kreditur terhadap kredit macet dengan jaminan hak tanggungan melalui surat kuasa membebankan hak tanggungan 1. dengan tujuan penulisan yaitu pertama untuk mengetahui apakah kredit yang diberikan kepada kreditur yang diikat dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan tanpa ditingkatkan 1 ParbantoroDanardono, 2013,Tesis, PerlindunganHukumBagiKrediturTerhadapKreditMacetdenganJaminanHakTanggunganmelaluiSu ratkuasamembebankanhaktanggungan, Magister KenotariatanUniversitasGadjahMada.

6 menjadi akta pemberian hak tanggungan sudah member perlindungan hukum bagi kreditur, kedua untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan ditandatanganinya blangko surat kuasa membebankan hak tanggungan yang belum disi dengan subyek, obyek dan jangka waktu surat kuasa membebankan hak tanggungan. Kesimpulan yaitu pada dasarnya kredit yang diberikan dengan jaminan Hak Tanggungan yang diikat melalui Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan tanpa ditingkatkan menjadi APHT belum memberikan perlindungan hukum serta belum memiliki kepastian hukum yang kuatbagi kreditur disebabkan belum adanya agunan yang diberikan kepada pihak kreditur. Jaminan Hak Tanggungan yang diikat melalui SKMHT yang tidak ditingkatkan menjadi APHT berpotensi menimbulkan resiko bagi kreditur dan Pejabat Notaris/PPAT. Bagi kreditur resiko yang mungkin terjadi adalah kerugian yang harus ditanggung, sedangkan bagi Pejabat Notaris/PPAT resikonya jaminan hak tanggungan yang diikat melalui SKMHT menjadi batal demi hukum bahkan dapat diberhentikan dari jabatannya. 2. Eksekusi hak tanggungan atas tanah dan bangunan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bangun Drajat Warga di Daerah Istimewa Yogyakarta 2. dengan tujuan penulisan yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana eksekusi hak tanggungan atas objek tanah dan bangunan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bangun Drajat 2 BenaKuzarito, 2012,Tesis, EksekusiHakTanggunganatas Tanah danbangunan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BangunDrajatWarga di Daerah Istimewa Yogyakarta,Magister KenotariatanUniversitasGadjahMada

7 Warga di Daerah Istimewa Yogyakarta, kedua untuk mengetahui keuntungan dan kendala dari eksekusi hak tanggungan atas objek tanah atau bangunan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bangun Drajat Warga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesimpulannya yaitu bahwa dalam eksekusi Hak Tanggungan di BPRS BDW menggunakan dua cara yaitu, pertama penjualan dibawah tangan. Penjualan dibawah tangan ditawarkan oleh bank kepada debitur dengan adanya iktikad baik dari debitur, kedua penjualan melalui pelelangan umum dilaksanakan oleh KPKNL sesuai dengan Pasal 20 ayat (1) juncto Pasal 6 UUHT adapun pelaksanaanya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No.93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang. 3. Penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Temanggung 3 dengan tujuan penulisan yaitu pertama untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Temanggung, kedua untuk mengetahui hambatan apa saja yang ditemui dalam penyelesaian kredit macet dengan jaminan hak tanggungan pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Temanggung. Kesimpulannya adalah penyelesaian kredit macet pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Temanggung dilakukan dengan penjualan obyek Hak Tanggungan, dimana penjualan tersebut dilakukan dengan 3 YantutAgungHaryanto, 2009, Tesis,PenyelesaianKreditMacetdenganJaminanHakTanggunganpada PT. Bank Rakyat Indonesia CabangTemanggung, Magister KenotariatanUniversitasGadjahMada.

8 cara yaitu pertama penjualan dibawah tangan, kedua melalukan penjualan melalui pelelangan umum, ketiga melalui pelelanagan umum berdasarkan titel eksekutorial dengan meminta bantuan Pengadilan Negeri. Berdasarkan beberapa penulisan diatas terdapat perbedaan dengan penulisan yang akan dilakukan oleh penulis. Penulisan ini akan difokuskan pada parate executiehak Tanggungan berupa tanah dan bangunan akibat dari kedit macet pada PT. Bank NTB Cabang Sumbawa dengan tujuan penulisan yaitu pertama mengkaji bagaimanakah kepastian hukum eksekusi Hak Tanggungan, kedua mengkaji bagaimanakah perlindungan hukum bagi kreditur jika eksekusi Hak Tanggungan yang telah dilaksanakan digugat oleh debitur.