Jangan Jadi Gila Gadget

dokumen-dokumen yang mirip
Jejakku, Aplikasi tentang Perjalanan Wisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN HANDPHONE TERHADAP PERILAKU REMAJA DALAM PELAKSANAAN IBADAH SHOLAT 5 WAKTU

MAKALAH PENGARUH SMARTPHONE TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang membanggakan. Kita dapat melihat hal tersebut dari

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Internet singkatan dari Interconected networking yang apabila di artikan

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Masalah. Modernisasi telah membawa arus perubahan besar terhadap cara pandang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan komunikasi non verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan. melalui isyarat, simbol, tanpa menggunakan kata-kata.

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan lingkungan kehidupan yang melingkupinya. Untuk itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah menjadi makhluk sosial karena

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media teknologi komunikasi di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

Mempersiapkan Diri Sebelum Berkomunikasi Dengan Anak (Tamat)

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman yang semakin modern ini, bentuk-bentuk komunikasi seringkali

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Melalui pendidikan akan dapat dihasilkan sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

ADIKSI ATAU KETERGANTUNGAN GADGET

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

KAITAN PSIKOLOGIS ANAK DAN SOSIAL MEDIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disetiap kalangan umumnya. Sekarang ini banyak kita jumpai warung internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pada mahkluk-makhluk lainnya di muka bumi ini. Manusia memiliki akal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan, dengan otoritas dan memiliki organisasi yang

BAB 6 INTERPRETASI DAN KESIMPULAN

Eni Yulianingsih F

2 gambar terbaik untuk mengatur kesan yang baik kepada orang lain. Hal ini terlihat, data dari Taylor Nelson Sofres (TNS) tahun 2015 tercatat lebih da

BAB I PENDAHULUAN. telepon genggam hanya sebatas SMS dan telepon, namun beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. serta menerima perubahan yang ada. Dampak yang terlihat adalah trend

Tips Menangani Pertanyaan Peserta Diklat. Oleh: Wakhyudi. Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. paling mencolok dari perkembangan teknologi tersebut adalah gadget dan

BAB I PENDAHULUAN. situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB IV ANALISIS DATA. (Blackberry Messenger), penelitian yang berguna untuk mengkaji data yang

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

ARTIKEL MOTIVASI BELAJAR DARI KELUARGA TIKUS..!!! Sebuah Renungan dalam Mengambil Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Miler (dalam Daryanto, 2011) menjelaskan,

REISHANI MARHA SHAFWATI, 2015 PENGARUH TEMAN SEBAYA (PEER GROUP) TERHADAP GAYA HIDUP HEDONISME DIKALANGAN PELAJAR

Promosi Jasa Pelayanan Referensi Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. untuk merenovasi hidupnya dengan membangun semua unsur terkecil sampai terbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

PSIKOLOGI PELATIHAN FISIK

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakses informasi melalui media cetak, TV, internet, gadget dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi telah berkembang sangat cepat hingga

BAB III METODE PENELITIAN

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGIS KORBAN CYBER BULLYING. Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk dioperasikan. Tak terkecuali anak-anak juga ikut merasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. hal komunikasi telah mengalami berbagai perubahan. Hal ini dapat terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

Transkripsi:

Jangan Jadi Gila Gadget Belakangan istilah Nomophobia atau no mobile phone phobia begitu popular di telinga kita. Munculnya istilah baru dari peneliti asal Inggris ini seolah menjadi permakluman akan keberadaan sekelompok orang yang amat bergantung pada gadget. Prof. Rhenald Kasali, Ph.D dalam bukunya yang berjudul Cracking Zone: Bagaimana Memetakan Perubahan di Abad 21 dan Keluar dari Perangkap Comfort Zone, menjuluki orang-orang ini dengan sebutan Asri yang merupakan kependekan dari Asyik Sibuk Sendiri. Mereka dengan tekun menatap layar, sementara jari-jemari lincah mengetik pesan atau mengganti laman situs-situs di internet. Kaum Asri seakan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Mereka nampak cukup puas berteman dengan gadget semata. Menanggapi tren tersebut, pakar Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Unair, Margaretha Rehulina, S.Psi., G.Dip.Psych.,M.Sc, mengungkapkan saat ini Nomophobia masih sebatas popular term dan belum masuk kedalam kategori gangguan mental. Nomophobia bukanlah penyakit berat, melainkan hanya dampak dari perubahan gaya hidup orang jaman sekarang. Seperti namanya, Nomophobia merupakan kecenderungan seseorang yang amat tergantung pada penggunaan media komunikasi atau gadget. Ketika seseorang tidak bisa atau sulit menggunakan gadget, maka terciptalah rasa cemas berlebihan. Dalam hal ini, kecemasan tersebut disebabkan karena alasan yang tidak masuk akal dan berlebihan. Misalkan, ketika susah mendapatkan sinyal atau karena kehabisan baterai, seringkali gadget tidak bisa digunakan secara maksimal. Kondisi semacam ini kemudian memunculkan rasa cemas berlebihan. Dengan alasan takut tidak bisa mengikuti informasi terkini, takut telat update status atau foto di

media sosial, atau merasa kurang eksis, kurang gaul, dan lainnya. Ketergantungan terhadap teknologi yang begitu masif seperti sekarang ini sama sekali belum pernah terjadi. Namun kini, berbagai jenis gadget dengan beragam fitur dilengkapi fasilitas internet dan sosial media bisa dinikmati siapapun tanpa terkendala biaya. Walau demikian, Margaretha menilai bahwa Nomophobia belum masuk ke dalam kategori phobia yang tercantum secara resmi pada buku teks Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association. Saat ini Nomophobia belum menjadi phobia, karena belum mencapai skala epidemik, ungkapnya. Bagi pelaku bisnis, atau para profesional, tentu kebutuhan alat komunikasi teramat penting. Tak heran bila mereka kemudian memiliki lebih dari satu handphone untuk menunjang aktivitasnya. Tentu mereka ini tidak bisa dikatakan sebagai orang Nomophobia. Untuk memastikannya, kenali tandanya dengan baik. Menurut Margaretha, karena nomophobia belum masuk ke dalam kajian ilmiah, maka sebagian besar ciri-cirinya masih bersifat spekulatif. Ciri yang paling menonjol adalah munculnya rasa tidak nyaman yang berlebihan ketika tidak atau kesulitan menggunakan gadget atau jauh dari media komunikasi. Rasa cemas yang berlebihan tersebut kemudian mengganggu aktivitasnya. Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa jadi bete banget kalau nggak bisa pakai gadgetnya. Karena kehabisan baterai atau kesulitan mendapatkan sinyal misalnya. Akhirnya jadi malas melakukan aktivitas lain, atau jadi malas ngobrol dengan orang di sekelilingnya, jelasnya. Jika dikaitkan dengan kepemilikan gadget lebih dari satu, apa itu termasuk ciri khas Nomophobia? Menurutnya, belum tentu. Penilaian dilakukan sesuai konteks.

Menurutnya, ada beberapa alasan seseorang menggunakan gadget. Pertama, karena adanya kebutuhan untuk dapat mengakses informasi dengan cepat, kebutuhan untuk dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan lebih mudah, dan menjadikan gadget sebagai media untuk mengekspresikan diri. Artinya, ada banyak hal atau pertimbangan mengapa seseorang punya gadget lebih dari satu. Mungkin tuntutan profesi. Yang membedakan di sini adalah intensitas ataupun kecenderungan untuk cemas berlebihan ketika tidak bisa menggunakan gadgetnya. Selama si empunya gadget bisa mengelola media komunikasinya dengan baik, maka tidak akan sampai mengalami hal tersebut. Melihat ini termasuk nomophobia atau bukan hanyalah sebatas usaha kita untuk memahami perilaku seseorang. Justru yang penting adalah berupaya untuk segera mengubah hal tersebut, agar tidak berlarut-larut menjadi kebiasaan yang tidak baik, jelasnya. Cara Meredam Nomophobia Tercipta sebagai makhluk sosial, tentu kita tidak bisa lepas dari aktivitas berkomunikasi dan bersosialisasi. Ada banyak alternatif media komunikasi yang bisa dikelola. Sehingga, tanpa berlebihan menggunakan gadget sekalipun sebenarnya kita masih tetap bisa eksis. Kunci pertama meredam kecemasan itu adalah dengan mengubah pola pikir. Margaretha menjelaskan, orang-orang dengan kecemasan berlebihan semacam itu sebaiknya segera menyadari bahwa apa yang dirasakan itu hanya kecemasan berlebihan tanpa alasan yang masuk akal. Sadari bahwa ada banyak media komunikasi yang bisa digunakan. Setelah berhasil mengubah pola pikir, selanjutnya mulailah membiasakan diri untuk mengelola berbagai alat media komunikasi. Tanpa harus terpaku pada gadget, update informasi kan bisa dari mana-mana. Baca koran atau buku, email,

dengarkan radio, bahkan ngobrol santai atau diskusi langsung dengan orang lain, dan perbanyak aktivitas positif lainnya. Cara ini harus lebih sering dilakukan, jelasnya. Yang tak kalah pentingnya adalah berlatih menggunakan gadget seperlunya. Memahami kapan harus menggunakan gadget, dan kapan tidak menggunakannya. Ini penting, karena yang menjadi masalah adalah ketika seseorang terlalu asyik ber-gadget ria, ia menjadi kurang berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Tanpa kita sadari, ketika terlalu asyik menggunakan gadget masing-masing, ada banyak hal yang terlewatkan, bahkan terabaikan. Akibatnya, saat ini berkomunikasi tatap muka jadi lebih jarang dilakukan. Hal ini juga menyebabkan menurunnya rasa empati pada kondisi sekeliling. Tak dipungkiri, kondisi semacam ini cukup mengkhawatirkan. Margaretha menilai, jika kebiasaan ini terus-menerus dilakukan maka dapat mengarah menjadi orang-orang yang tidak luwes dalam berkomunikasi, bahkan terkesan asosial. Seorang Nomophobia memang terkesan seperti antisosial, tapi sebenarnya tidak. Mereka tetap melakukan aktivitas bersosialisasi hanya saja lebih sering melalui gadget ketimbang tatap muka langsung, katanya. Kondisi semacam ini banyak dialami remaja jaman sekarang. Akibatnya, cara berkomunikasi mereka jadi terkesan kurang sopan baik secara tertulis maupun lisan. Menurutnya hal itu terjadi karena mereka terbiasa dan terbawa dengan gaya berkomunikasi ala sosial media yang terkesan to the point. Cara berkomunikasi langsung berbeda dengan melalui sosmed. Menurutnya tatanan dalam berkomunikasi semestinya tetap dipertahankan. Jika dalam istilah Jawa disebut unggah-ungguh. Setiap komunikasi langsung membutuhkan adanya kontak mata, menyapa terlebih dulu, memperkenalkan diri, baru kemudian menyampaian maksud dari pembicaraan.

Mereka yang terpaku dan tidak mampu menggunakan alternatif komunikasi lain, justru akan dianggap tidak sopan, dan tidak jelas dalam berkomunikasi, jelasnya.(fy/ind)