BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. maupun orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoadmojo, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tergantng dari motif yang dimiliki (Taufik, 2007). menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Oleh karena itu, dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindunginya dalam melawan serangan penyakit. Keseimbangan zat zat gizi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung antibodi dan lebih dari 100 zat gizi, seperti AA, DHA taurin, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. A. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah. Normalnya dalam darah pada laki-laki 15,5gr/dl dan pada wanita 14,0gr/dl.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Melindungi kesehatan ibu :

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

II. TINJAUAN PUSTAKA. kandungan zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan bayi dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktosa dan garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua kelenjar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugerah dari Tuhan yang diberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respon terhadap kebutuhan bayi seiring dengan pertumbuhannya (Welford, 2008). ASI adalah

GAMBARAN KETIDAKBERHASILAN IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam. penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut (Triaswulan, 2012)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

LAMPIRAN KUESIONER Identitas Pengetahuan

MANFAAT ASI BAGI BAYI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli

BAB 1 PENDAHULUAN. reproduksi kembali ke keadaan sebelum masa hamil (Reeder, 2011). Masa ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

Bab 3 Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif sebagai Modal Pembangunan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB II LANDASAN TEORI. Skinner (Notoatmodjo, 2007), merumuskan perilaku sebagai. respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama bagi bayi yang kaya akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat

GAMBARAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU MENYUSUI DALAM PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI SURADADI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR 0-3 HARI DI RUMAH BERSALIN MULIA KASIH BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoadmojo, 2010). Menurut Wawan & Dewi (2010) pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu.

2.1.1 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 (enam) tingkatan, yaitu : 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau pada kondisi yang sebenarnya. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan pada suatu komponen atau meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berk2aitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmodjo, 2007). 2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan yang dikutip dari Notoadmodjo (2007) adalah sebagai berikut : 1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a. Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. b. Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,

tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c. Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu. 2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah (Notoadmojo, 2007) 2.1.3 Proses Perilaku Tahu Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak apat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru 5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus Pada penelitian selanjutnya, menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya. 2.1.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan 1. Faktor Internal a. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoadmojo (2007), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c. Umur Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa

2. Faktor Eksternal a. Faktor Lingkungan Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b. Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. c. Informasi Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dan melihat dan mendengar sendiri. Seseorang yang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 2.2 Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2007). Dalam bagian lain Notoadmodjo (2007) mengutip pendapat Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. c. Kecenderung untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : a. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. 2.3 Air Susu Ibu (ASI) 2.3.1 Pengertian ASI ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tatalaksana mneyusui

yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulandan ketika diberikan amakanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Soetjiningsih, 2007) ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009). ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garamgaram organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011). 2.3.2 Pengertian ASI Eksklusif Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004, ASI Eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2005). Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Menurut penelitian, anak anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ (Intellectual Quotient).

2.3.3 Komposisi ASI Menurut Kristiyanasari (2011) komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam yaitu : 1. Kolostrum ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan agak kental bewarna kekuning kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat kolostrum sebagai berikut : a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi. c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan. 2. ASI masa transisi ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. 3. ASI mature ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya. 2.3.4 Kandungan ASI Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI. Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain :

1. ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat. 2. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium, nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam tubuhnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa (Yuliarti, 2010). 2.3.5 Manfaat ASI Menurut Yuliarti (2010) ASI memberikan manfaat tak terhingga pada anak antara lain : 1. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan 2. Bayi mendapat zat-zat imun, serta perlindungan dan kehangatan melalui kontak dari kulit ke kulit dengan ibunnya. 3. Meningkatkan sensitivitas ibu dan kebutuhan bayinya

4. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya, mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang terbuang. 5. Penghematan karena tidak perlu membeli susu. 6. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya pernafasan, diare, dan obesitas pada anak. 7. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak 2.3.6 Keuntungan Menyusui Menurut Ramaiah (2006) keuntungan menyusui yaitu : 1. Bagi Bayi a. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh bayi, karena ASI mengurangi risiko berbagai jenis kekurangan nutrisi. b. ASI mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat. c. ASI selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi, karena tidak membutuhkan persiapan apapun. d. Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrien dalam ASI secara lebih efisien daripada yang terdapat dalam jenis susu lainnya. e. ASI itu steril, artinya artinya tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman penyakit lainnya.

f. Menyusui mencegah terjadinya anemia pada bayi, karena zat besi yang terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik daripada sumber zat besi lainnya. g. Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena ASI memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan yang pertama h. Kolostrum kaya akan antibodi dan substansi anti infeksi lainnya yang melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan oleh tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Karenanya antibodi sangat penting untuk menghancurkan penyebab penyakit. i. Kolostrum juga mengandung pertumbuhan seperti faktor pematang epidermal. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernafasan dan mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernafasan j. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi, asma, eksem dan lain-lain. k. Kolostrum kaya akan vitamin A, yang mencegah infeksi dan vitamin K, yang mencegah perdarahan pada bayi baru lahir. l. ASI mengandung faktor pematang usus yang melapisi bagian dalam saluran pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap ke dalam tubuh. m. ASI mendorong pertumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan mencegah diare.

n. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin, yang dikombinasikan dengan zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit. 2. Bagi Ibu a. Menyusui menolong rahim mengerut lebih cepat dan mencapai ukuran normalnya dalam waktu singkat, mengurangi banyaknya perdarahan setelah persalinan dan karena itu mencegah anemia. b. Menyusui mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah persalinan c. Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur d. Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang terjadi selama kehamilan, dan menurunkan risiko obesitas. 3. Bagi Keluarga Menurut (Wulandari & Handayani, 2011) manfaat ASI bagi keluarga di tinjau dari a. Aspek Ekonomi ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat. b. Aspek Psikologis Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik, dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c. Aspek Kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja, kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus diberikan serta minta pertolongan orang lain. 4. Bagi Negara a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak daripenyakit infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah. b. Menghemat devisa negara ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula. c. Mengurangi subsidi rumah sakit Subsidi untuk rumah sakit berkurang, rawat gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta menggurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang di rawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapatkan susu formula.

d. Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. 2.3.7 Nilai Nutrisi Air Susu Ibu ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral a. Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula b. Protein Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi c. Lemak Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan susu sapi dan susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI juga mengandung asam

lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata. d. Karnitin Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. e. Vitamin Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan. (2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhanan f. Mineral Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah diserap dibandingkan dengan mineral yan terdapat di dalam susu formula (IDAI, 2008).

2.3.8 Volume Produksi ASI Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml sehari. Jumlahnya pun meningkat hingga 500 ml pada minggu kedua. Dan produksi ASI semakin efektif dan terus-menerus meningkat pada hari 10-14 hari setelah melahirkan. Bayi yang sehat mengonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa enam bulan volume pengeluaran air susu mulai menurun (Prasetyono, 2009) 2.3.9 Lama dan Frekuensi Menyusui Pada hari pertama setelah persalinan, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan selama 4-6 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu di isap oleh bayi. Setelah hari ke 4-5, boleh disusukan selama 10 menit, setelah produksi ASI cukup. Bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan sampai lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit bisa dilakukan jika prosuksi ASI cukup dan ASI keluarnya lancar. Jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 64 ml dan 5 menit terakhir kurang lebih 16 ml (Soetjiningaih, 1997). 2.3.10 Masalah-Masalah dalam Menyusui Menurut PERINASIA (2003) a. Masa Antenatal Pada masa antenatal masalah yang sering timbul adalah kurang atau salah informasi dan puting susu datar atau terbenam.

1). Kurang atau Salah Informasi Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatan juga masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh banyak ibu atau petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa: (a) bayi pada minggu-minggu pertama defekasinya encer, sehingga dikatakan bayi menderita diare dan seringkali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat laksans. (b) ASI belum keluar pada hari pertama sehingga bayi dianggap perlu diberikan minuman lain, padahal bayi yang lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yan dapat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. (c) Karena payudara berukuran kecil dianggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau tidak. 2).Puting Susu Datar atau Terbenam Puting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah hisapan langsung bayi yang kuat b. Masa Pasca Persalinan Dini Pada masa ini kelainan yang sering terjadi adalah: Puting susu datar atau terbenam, puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses

1). Puting Susu Lecet Pada keadaan ini sering kali ibu menghentikan menyusui karena puting susu sakit. Yang perlu dilakukan adalah: (a) Olesi puting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat lain seperti krim, salep dan lain-lain. (b) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. (c) Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan alat pompa karena nyeri. (d) Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun 2). Payudara Bengkak Pada payudara bengkak tampak payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah dan bila diperiksa atau diisap ASI tidak akan keluar. Untuk mencegah hal itu terjadi maka diperlukan (a) Menyusui dini. (b) Perlekatan yang baik. (c) Menyusui bayi harus lebih sering 3). Mastitis atau Abses Payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak yang diikuti nyeri dan panas serta suhu tubuh meningkat. Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap atau dikeluarkan atau penghisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju atau BH.

c. Masa Pasca Persalinan Lanjut Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang dan ibu bekerja. 1). Sindrom ASI Kurang Ibu merasa ASI-nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya saja ibu yang kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup. 2). Ibu Bekerja Seringkali alasan pekerjaan membuat ibu berhenti menyusui. Ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja: (a) Susui bayi sebelum bekerja. (b) ASI dikeluarkan untuk persediaan di rumah sebelum berangkat bekerja. (c) ASI dapat disimpan di lemari pendingin dan dapat diberikan pada bayi dengan menggunakan cangkir pada saat ibu bekerja. (d) Pada saat ibu di rumah, sesering mungkin bayi disusui dan jadwal menyusui diganti sehingga banyak menyusui di malam hari. (e) Keterampilan mengeluarkan ASI dan merubah jadwal menyusui sebaiknya telah dimulai sejak satu bulan sebelum kembali bekerja. (f) Minum dan makan makanan yang bergizi selam bekerja dan menyusui 2.3.11 Alasan Pemberian ASI Eksklusif Bayi normal sudah dapat disusui segera sesudah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu atau dua menit pada setiap ibu yang melahirkan karena : (a) Air yang pertama atau kolostrum mengandung beberapa benda penangkis yang dapat mencegah infeksi pada bayi. (b) Bayi yang minum ASI jarang menderita gastroenteritis. (c) Lemak dan protein ASI mudah dicerna dan diserap secara lengkap

dalam saluran pencernaan. ASI tidak menyebabkan bayi menjadi gemuk berlebihan. (d) ASI merupakan susu buatan alam yang lebih baik dari pada susu buatan manapun oleh karena mengandung benda penangkis, suci hama, segar, dan tersedia setiap waktu (Wiknjosastro, 2005) ASI diberikan kepada bayi karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan, diantaranya ialah menurunkan resiko terjadinya penyakit infeksi, misalnya infeksi saluran pencernaan (diare), infeksi saluran pernafasan dan infeksi telinga. Sebagian besar pertumbuhan dan perkembangan bayi ditentukan oleh ASI Eksklusif. ASI mengandung zat gizi yang tidak terdapat di dalam susu formula. Komposisi zat dalam ASI antara lain 88,1% air, 3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa serta 0,2 % zat gizi lainnya yang berupa DHA, DAA dan shypnogelin (Prasetyono,2009). 2.4 Landasan Teori Ibu menyusui bayinya secara eksklusif, yaitu ASI tanpa makanan ataupun minuman lainnya sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan, dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia (Prasetyawati, 2011). Menurut Notoatmodjo (2010) bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice). Kurangnya

pengetahuan tentang menyusui dari satu generasi bahkan lebih akan menyebabkan banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka rendah pengetahuan tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan terhadap pemberian ASI sehingga pemberian ASI tidak dapat dilakukan (Welford, 2008). Menurut Notoadmodjo (2010) sikap ibu mengenai ASI eksklusif merupakan sikap terhadap faktor-faktor yang berkaitan tentang peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit infeksi. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Dalam Pemberian ASI Eksklusif : 1. Umur Menurut Wawan & Dewi (2010) usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Menurut Rahayu (2007) bahwa umur dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian ASI pada bayinya. Pada dasarnya ibu yang berumur muda tidak mau memberikan ASI disebabkan karena takut merasa sakit pada saat menyusui dan takut payudaranya akan rusak. Ibu yang berumur antara 26-30 tahun lebih mengerti tentang pentingnya memberikan ASI pada bayinya. Wanita dewasa berumur antara 36-40 tahun yang tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya bukan berarti mereka tidak mengerti akan manfaat pemberian ASI pada bayinya, tapi hal ini lebih dihadapkan pada kurangnya produksi ASI.

2. Paritas Pengalaman menyusui bagi ibu merupakan suatu riwayat menyusui yang akan mempengaruhi proses menyusui selanjutnya. Menurut Nelson (2000) pengalaman menyusui yang baik akan mendorong keinginan ibu untuk menyusui kembali pada kelahiran bayi berikutnya. Sebaliknya pengalaman yang buruk akan membuat ibu menjadi trauma untuk mulai menyusui kembali. Petugas kesehatan perlu mengetahui pengalaman ibu sehubungan dengan pemberian makanan bayi. Hal ini berkaitan dengan jumlah anak yang pernah disusui ibunya, di mana menurut Sajogyo et al. (1994) perlu ada jarak antara kelahiran anak yang satu dengan kehamilan berikutnya setidaknya 18 bulan sampai 2 tahun agar ibu memiliki kesempatan untuk menyusui. Keadaan fisik ibu akan terlalu berat jika harus menyusui dan hamil lagi. Di samping itu kehamilan juga akan mengurangi jumlah ASI yang dikeluarkan bahkan mungkin berhenti sama sekali. 3. Pendidikan Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup (Hidayat, 2005). Menurut Notoadmodjo (2010) sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah mendapatkan informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut Firmansyah dan Mahmudah (2012) yang mengutip pendapat Salfina Tahun 2003 dalam penelitiannya mengatakan bahwa 75,6% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah ibu dengan pendidikan tamat SD, dan berstatus

sebagai pekerja lepas (buruh). Selain itu 13,33% ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif masih mengemukakan ASI tidak bermanfaat terhadap bayinya serta 23,02% masih membuang kolostrumnya. 4. Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. Ibu bekerja menghabiskan waktu ditempat kerja sehingga kecil kemungkinan untuk menyusukan atau mempengaruhi terhadap intensitas menyusui, sedangkan ibu yang tidak bekerja dapat dengan mudah meyusukan anak apabila anak membutuhkan 5. Informasi Pengetahuan diperoleh melalui informasi yaitu kenyataan (fakta) dan melihat dan mendengar sendiri. Seseorang yang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas. 6. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala informasi yang diperoleh dari pihak luar diri subyek yang disertai pemahaman pada informasi yang diterima. Pengetahuan dapat diperoleh dengan cara bertanya kepada orang lain, pengalaman sendiri, mendengarkan cerita orang atau melalui media massa. Pengetahuan tentang manfaat

breastfeeding (menyusui) berpengaruh kuat terhadap awal dan periode menyusui. Ibu yang mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui sebelum melahirkan bayi merupakan langkah mencapai keberhasilan pemberian ASI secara eksklusif. Suradi (2004) mengungkapkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seorang ibu mau menyusui karena ibu mengetahui cara menyusui yang benar, manfaat, dan keunggulan ASI. Faktor tersebut merupakan pendorong yang mampu memberikan dukungan kepada ibu untuk berhasil menyusui. Hal ini sama dengan pendapat Widjaya (2002) bahwa faktor yang mengakibatkan seorang ibu tidak termotivasi untuk menyusui bayi di antaranya karena kurangnya informasi yang diperoleh ibu tentang manfaat dan keunggulan ASI serta ketidaktahuan ibu untuk mempertahankan kualitas dan kuantitas ASI pada masa menyusui. Kendala dalam meningkatkan penggunaan ASI eksklusif adalah kurangnya pengetahuan tentang menyusui di mana banyak ibu masa kini mendapati bahwa ibu dan nenek mereka kurang pengetahuannya tentang menyusui dan tidak mampu memberikan banyak dukungan (Welford, 2008). Agar pemberian ASI eksklusif dapat berjalan dengan baik, diperlukan manajemen yang baik dalam menyusui, meliputi: perawatan payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah dalam laktasi dan penatalaksanaannya (Mansjoer et al. 2000). Dengan demikian ibu yang ingin berhasil dalam menyusui sebaiknya mempersiapkan diri dengan mempelajari sebanyak mungkin pengetahuan dasar ASI eksklusif dan manajemen laktasi (Riordan dan Auerbach 1998). Pengetahuan tentang manfaat dan keunggulan ASI eksklusif dari

berbagai penelitian sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat namun dari penelitian tersebut terungkap bahwa hanya sedikit ibu yang mengetahui bahwa ASI dapat mencegah penyakit tertentu. Hasil penelitian yang dilakukan di Semarang menunjukkan bahwa wanita dari semua tingkat ekonomi mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang kegunaan ASI dan mempunyai sikap positif terhadap upaya pemberian ASI, akan tetapi dalam prakteknya tidak selalu konsisten dengan pengetahuan mereka, sehingga walaupun pengetahuan dan sikap masyarakat positif, belum menunjukkan perilaku menyusui yang positif (Kasnodihardjo dan Budiarso 1996). Pengetahuan tentang perawatan payudara perlu diperhatikan oleh ibu menyusui, hal ini diperlukan supaya ibu menyusui tidak mengalami kesulitan selama masa penyusuan pada bayinya. Adapun cara melakukan perawatan payudara dimaksudkan untuk memperbaiki sirkulasi darah dan cairan limfe di daerah payudara, untuk merawat dan melatih puting susu, agar selalu bersih dan tahan terhadap mekanisme gesekan waktu bayi menyusu, dan untuk memperlancar pengeluaran kolostrum dan ASI. Untuk itu perawatan payudara sebaiknya sudah dilakukan sejak ibu hamil pada trimester akhir masa kehamilan. Mengurut payudara juga sangat diperlukan pada minggu-minggu pertama masa menyusui dan sepanjang masa menyusui. Pengetahuan ini seharusnya dimiliki oleh para ibu hamil supaya nantinya dapat memberikan ASI secara eksklusif.

7. Sikap Sikap dapat memprediksi tingkah laku apa yang mungkin terjadi. Dengan demikian sikap dapat diartikan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang akan tampak aktual apabila kesempatan untuk mengatakan terbuka luas (Azwar, 2000). Sikap baik yang dimiliki oleh seseorang khususnya ibu post partum dalam pemberian ASI yang berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi hendaknya diterapkan dalam perilaku sehingga diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak.

2.5 Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep penelitian ini secara skematis dapat digambarkan pada bagan berikut ini : Variabel Independen Variabel Dependen Karakteristik Ibu 1. Umur 2. Paritas 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Tersedia Sumber informasi Pemberian ASI Eksklusif Pengetahuan mengenai ASI Eksklusif Sikap mengenai ASI Eksklusif Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian ASI Eksklusif. Variabel indepanden dalam penelitian ini adalah karakteristik ibu (umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, dan tersedianya sumber nformasi), pengetahuan mengenai ASI eksklusif, dan sikap mengenai ASI eksklusif.