Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. A. Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

BAB V PENUTUP. pertanian selain dua kubu besar (Amerika Serikat dan Uni Eropa). Cairns Group

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

Dinamika Posisi dan Strategi Negosiasi Indonesia dalam Perundingan Pertanian di WTO Mira Sukmawati

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini hendak mendiskusikan strategi diplomatik Tim Satgas G-33

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

Latar Belakang dan Sejarah Terbentuknya. WORLD TRADE ORGANIZATION (WTO) Bagian Pertama. Fungsi WTO. Tujuan WTO 4/22/2015

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

BAB I PENDAHULUAN. Membahas mengenai perekonomian internasional, isu globalisasi sering

Pengantar Hukum WTO. Peter Van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi 1

ISBN : PENYUSUNAN BAHAN ADVOKASI DELEGASI INDONESIA DALAM PERUNDINGAN MULTILATERAL

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

I. PENDAHULUAN. perdagangan multilateral dalam bentuk organisasi perdagangan dunia atau World

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

LAPORAN DELEGASI DPR RI ANNUAL 2011 SESSION OF THE PARLIAMENTARY CONFERENCE ON THE WORLD TRADE ORGANIZATION

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: Dabukke Muhammad. Frans Betsi M. Iqbal Eddy S. Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

BAB III PENUTUP. Liberalisasi perdagangan merupakan salah satu tujuan organisasi

Dr Erwidodo Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Litbang Pertanian. Workshop Pra-Konferensi PERHEPI Bogor, 27 Agustus 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... 1 LEMBAR PENGESAHAN 2 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TESIS.. 3 KATA PENGANTAR. 4 ABSTRACK... 7 INTISARI 8 DAFTAR ISI...

KONTRADIKSI KEPENTINGAN INDONESIA DALAM CAIRNS GROUP

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

Diplomasi Ekonomi Indonesia dan Negara-negara Berkembang dalam G- 33 untuk Mempromosikan Proposal Special Products dan Special Safeguard Mechanism

MEKANISME PERLINDUNGAN KHUSUS UNTUK INDONESIA DAN K 33: SEBUAH GAGASAN

1 BAB V: PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV RESPON WTO TERHADAP TUNTUTAN REFORMASI INDIA

Indonesia Mengidentifikasi Kesempatan dan Tantangan dalam Perdagangan Sektor Jasa

4. KEBIJAKAN KEDELAI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS NOTIFIKASI DAN KERANGKA MODALITAS PERJANJIAN PERTANIAN WTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap manusia di dunia untuk mempertahankan hidupnya.

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan resiprokal antara dua mitra dagang atau lebih. RTA mencakup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RechtsVinding Online. Aktor Non-Negara

PENDAHULUAN Pembicaraan pertanian di bawah proposal juga diajukan oleh negara-negara membangun komitmen pemerintah untuk

PENGGUNAAN TIERED FORMULA UNTUK PEMOTONGAN TARIF BAGI PRODUK PERTANIAN INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tulisan terkait korelasi perdagangan dan pertumbuhan ekonomi antara lain dapat

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB II PERJANJIAN TRIPS YANG DIKELUARKAN OLEH WTO DAN RATIFIKASI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Joseph Stiglitz, Making Globalization Work, Penguin Books, London, 2007, hal. 4.

2 negara lain. Dari situlah kemudian beberapa negara termasuk Indonesia berinisiatif untuk membentuk organisasi yang berguna untuk mengatur seluruh pe

DARI KONFERENSI CANCUN, MEXICO (2003) - KE PERTEMUAN STOCKTAKING WTO (2010) : PERJUANGAN PANJANG NEGOSIASI PERTANIAN NEGARA BERKEMBANG

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Short Course Series in International Trade/SCSIT WTO Chairs Programme

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnis yang berkembang sangat pesat. perhatian dunia usaha terhadap kegiatan bisnis

Latar Belakang Pencapaian Paket Bali sebagai Penyelesaian Doha Development Agenda

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara memiliki tujuan untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

Perundingan Saling Menguntungkan: Proyek TPSA Mengadakan Pelatihan Merancang dan Merundingkan Nota Kesepahaman untuk Pengembangan Ekspor

KERJASAMA INTERNASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan masyarakat termasuk di bidang pendidikan.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

SISTEM PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang bersifat bebas (GATT, WTO, AFTA, dan APEC).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN RESPON TERHADAP ISU AKTUAL I. PENDAHULUAN

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KENDARI, 30 MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

Keberhasilan Emerging Market Koalisi Negara Berkembang WTO Memblokir Joint-Proposal AS- UE KTM Cancun 2003

Buletin KPt Edisi oollkpl/2ott

BAB I PENDAHULUAN. Sistem yang ada di dalam hukum merupakan upaya untuk menjaga

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

MODEL KEPEMIMPINAN DAN PROFIL PEMIMPIN AGRIBISNIS

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTITAS MATA KULIAH

HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN HAK KEKAYAAN INDUSTRI (HAKI)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Perjanjian Bidang Pertanian/ Agreement on Agriculture merupakan salah satu jenis perjanjian multilateral yang disepakati di dalam WTO. Secara umum, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan reformasi perdagangan dalam sektor pertanian sehingga semua produk pertanian dapat bersaing secara bebas. Terdapat tiga pilar utama dalam perjanjian ini yaitu akses pasar, bantuan domestik dan subsidi ekspor. Hal ini akan menyebabkan setiap negara diharuskan untuk membuka pasar domestiknya dengan melakukan penurunan tariff. Kemudian, setiap negara juga diminta untuk mengurangi bantuan domestik dan subsidi ekspornya terhadap bahan pertanian. Perjanjian di bidang pertanian merupakan sebuah perjanjian yang sensitif baik pada negara maju dan negara berkembang karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja. Ekspor bahan olahan di sektor ini pun menghasilkan devisa tersendiri bagi sebuah negara. Untuk menyelesaikan isu di bidang pertanian, setiap negara pada akhirnya harus berunding dalam organisasi internasional seperti WTO. Hal itu pun tercermin dalam output teks berupa perjanjian di bidang pertanian. Namun, isu yang dibahas pun masih terus berkembang sehingga diperlukan perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Isu pertanian, mulai dari persoalan menentukan tariff lines, batasan bantuan domestik dan subsidi ekspor hingga fleksibilitas pada beberapa bahan pokok pertanian masih terus dirundingkan. Hal ini mengingat terdapat berbagai kepentingan yang berbeda, baik dari negara maju maupun negara berkembang. Tema skripsi ini menarik untuk diteliti karena Indonesia memilih untuk ikut berunding dalam menyelesaikan perundingan pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki dua kepentingan domestik yang berbeda. Di satu sisi, Indonesia mendukung terbukanya akses pasar yang lebih luas, tetapi di sisi lain, Indonesia juga berkepentingan untuk melindungi beberapa bahan pokok pertanian melalui klausul berupa fleksibilitas khusus. Strategi negosiasi integratif pun dipilih untuk menyelesaikan isu ini dalam konteks perundingan multilateral di dalam WTO. Hal ini pun dilakukan dengan mengakomodasikan kepentingannya melalui berbagai koalisi perdagangan. 1

2.Rumusan Masalah Skripsi ini mengajukan rumusan masalah, yaitu Bagaimana posisi dan strategi negosiasi Indonesia untuk mengakomodasi dua kepentingan domestik tersebut dalam perundingan pertanian di WTO? 3.Landasan Konseptual Landasan konseptual yang dipakai untuk menjawab rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Trade Coalition Di dalam forum multilateral, negara-negara cenderung untuk membuat koalisi. Hal ini ditujukan untuk memecah kompleksitas dan menunjukkan prefensi bersama. Koalisi adalah sekumpulan pemerintah yang mempertahankan posisi yang sama dalam sebuah negosiasi melalui sebuah koordinasi secara nyata. Menurut John S. Odell, koalisi perdagangan adalah sekumpulan pemerintah yang memiliki kesamaan kepentingan dalam hal produk atau ideologi tertentu. 1 Koalisi perdagangan adalah cara untuk meningkatkan kredibilitas saat pengambilan keputusan di dalam forum multilateral dan memisah koalisi lawan. Dengan berada di dalam koalisi, kepentingan suatu negara akan terwakilkan dan didukung oleh negara-negara lain yang memiliki kesamaan kepentingan. Jika negara-negara berkembang tergabung dalam koalisi, daya tawar mereka akan lebih besar saat berhadapan dengan negara-negara maju. Hal ini karena tuntutan mereka didukung oleh banyak negara anggota yang memiliki kesamaan kepentingan. Semakin besar suatu koalisi, semakin kecil kemungkinannya untuk kehilangan outcome yang diinginkan. Sebuah desain koalisi yang mencakup banyak negara akan memiliki wibawa yang tinggi saat akan merintangi sebuah perundingan, seperti di dalam WTO. Semakin banyak aktor yang bermain di dalam koalisi, akan semakin banyak negara yang berusaha mempengaruhi dinamika di dalamnya. Akan tetapi, bila koalisi perdagangan memiliki aturan main yang pasti, akan sulit bagi anggota baru untuk mengubah aturan main di dalam koalisi ini. Menurut Amrita Narlikar, transaction costs bagi negara-negara berkembang terlalu tinggi untuk 1 J.S Odell, Negotiation Trade: Developing Countries in The WTO and NAFTA, Cambridge University Press, Cambridge, 2006, halaman 11 2

melakukan koalisi perdagangan. 2 Hal ini mengingat mereka membutuhkan biaya yang tinggi untuk melakukan implementasi perjanjian di dalam negaranya. Koalisi yang dibangun berdasarkan isu pun cenderung hanya bertahan dalam jangka waktu pendek. Integrative Negotiation Menurut Fred C Ikle, negosiasi adalah suatu usaha untuk mengeksplorasi atau merekonsiliasi posisi konflik aktor-aktor yang berseteru dalam memperoleh jalan keluar yang dapat diterima oleh semua pihak. 3 Hal ini berarti bahwa negosiasi adalah jalan untuk menyelesaikan suatu sengketa secara damai. Negosiasi memiliki dua dimensi yaitu sekedar menjadi proses yang terus berulang atau menemukan hasil berupa sebuah perjanjian. Bahkan persetujuan yang dihasilkan dapat memuat agenda berupa negosiasi selanjutnya untuk isu yang lain. Menurut Von Neumann dan Morgenstern, jika meminjam definisi strategi dalam skema game theory, strategi adalah sebuah rencana lengkap yang memberikan spesifikasi khusus tentang pilihan yang akan dibuat dalam segala situasi. 4 Saat melakukan negosiasi, strategi ditujukan sebagai sebuah rencana untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Integrative negotiation adalah salah satu strategi negosiasi yang berusaha untuk mencapai tujuan bagi semua pihak. Dasar utama dari strategi negosiasi ini adalah pencapaian tujuan bagi semua pihak tanpa menyebabkan adanya winner dan loser. Negosiator harus menciptakan ruang informasi yang terbuka dan memberikan kesempatan untuk melakukan dialog bersama. Pihak-pihak yang bersengketa setuju untuk memiliki cara pendekatan yang sama untuk mencapai tujuan dan memiliki keyakinan akan suatu metode penyelesaian masalah bersama. Mereka berinisiatif untuk menyelenggarakan pertemuan untuk mencari titik temu dengan mengajukan prosedur penyelesaian permasalahan seperti melalui proposal. Para negosiator juga memfokuskan agenda negosiasi pada persamaan tujuan dan kebutuhan. Diplomasi Ekonomi Diplomasi ekonomi yang dijalankan Indonesia sendiri adalah upaya pemerintah, dalam hal ini yaitu pemerintah RI, beserta segenap pemangku kepentingan yang terlibat dalam suatu kegiatan di bidang ekonomi, yang mencakup perdagangan komoditas, investasi, pariwisata, 2 A. Narlikar, Fairness in International Trade Negotiations: Developing Countries in The GATT and WTO, Vol.29, no.6., 2008, halaman 12 3 H.Cohen, You Can Negotiate Anything, edisi bahasa Indonesia Negosiasi, diterjemahkan oleh H.Z.B Tahal, PT Pantja Simpati, Yogyakarta, 1980, halaman 18 4 V. Neumann dan J. Morgenstern, Theory of Games and Economic Behaviour, Princeton University Press, 1994, Halaman 79 3

ketenagakerjaan dan kerjasama teknik. 5 Tujuan dan sasaran diplomasi ekonomi adalah mendorong peningkatan kesejahteraan rakyat, mendukung pembangunan nasional, dan memajukan kepentingan Indonesia di kancah global. Hal ini dilakukan dengan menjalankan negosiasi informa, kerjasama voluntary, kerjasama legal dan berada dalam rule based system. Bahkan, diplomasi dilaksanakan secara rahasia dan cenderung elitist. Perwakilan pemerintah ini menjadi bridge builder antara G to G (government to government) dan G to B(Government to business). Menurut Armanatha Natsir, pelaksana diplomasi ekonomi Indonesia adalah Kementerian Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Instansi Terkait, Kementerian Keuangan, Sektor swasta/ngo, parlemen/stakeholders lainnya dan unsur pemerintah terkait. 6 4.Argumen Utama Saya meyakini bahwa posisi Indonesia di dalam tiga koalisi perdagangan yaitu G-20, G-33 dan CAIRNS group digunakan untuk mengakomodasi kepentingan nasionalnya yaitu tidak hanya mendukung AoA melalui liberalisasi komoditas pertanian, tetapi juga mendapatkan perlakuan khusus dan berbeda demi melindungi petani kecil. Hal ini dilakukan melalui strategi negosiasi integratif yang dilakukan Indonesia. Dinamika penggunaan strategi ini terlihat dalam tuntutan dan hasil negosiasi yang dicapai dalam pertemuan antarkoalisi di KTM maupun pertemuan internal di dalam koalisi. Melalui posisinya di koalisi Cairns, Indonesia meminta pertanian sebagai sektor yang harus ditempatkan dalam bahan perundingan WTO. Meskipun tuntutan Cairns untuk membuka akses pasar di negara maju didukung Indonesia, tetapi Indonesia tidak akan memberikan konsesi berupa akses pasar di negaranya tanpa adanya SDT bagi negara berkembang. Kemudian, di dalam koalisi G-20, Indonesia mendukung adanya formula penurunan tariff melalui tiered formula. Indonesia pun berkepentingan untuk meminta penurunan subsidi ekspor di negara maju. Tuntutan Indonesia dalam fleksibilitas khusus juga didukung melalui koalisi ini karena koalisi G-20 menuntut adanya SDT bagi negara berkembang dan kurang berkembang tanpa memberikan SSG bagi negara maju. Melalui koalisi G-33, Indonesia pun tetap pada tujuannya untuk melindungi kepentingan petani kecil melalui konsep SP dan SSM bagi negara berkembang. 5 D.D Soerjanatamihardja, S. Hapsari, I.A Rasad dkk,diplomasi Ekonomi: Optimalisasi Instrumen Kerjasama Luar Negeri Sebagai Upaya Peningkatan Ekspor dan Arus Masuk Investasi Asing ke Indonesia, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta, 2012, Halaman 1 6 A. Natsir, Kesiapan Diplomasi Ekonomi Indonesia dalam Perdagangan Multilateral, dalam Menjinakkan Metakuasa Global: Suara Indonesia untuk Globalisasi yang Lebih Adil, Imam Chayono, (Ed.), Pustaka LP3ES, Jakarta, 2008, halaman 163-164 4

5.Metode Penelitian Tipe penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini akan membuat gambaran secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data yang diperoleh. Menurut W.Neumann, penelitian yang sifatnya deskriptif akan menemukan sebuah gambaran detail atas situasi, kondisi dan hubungan sosial. 7 Teknik pengumpulan data adalah dengan melakukan studi pustaka. Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini bersifat primer yang berasal dari sumber-sumber dinas/instansi resmi seperti siaran pers instansi Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertanian dan laporan resmi WTO. Data-data sekunder juga didapatkan melalui surat kabar baik media cetak maupun online, jurnal, e-book, dan artikel dari NGO/INGO terkait seperti dari Serikat Petani Indonesia. Setelah mendapatkan data, penulis akan berusaha mencari interpretasi data-data tersebut dan melakukan analisa. 6. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut. Bab I akan berisi pendahuluan yang memuat latar belakang, rumusan masalah, landasan konseptual, argumen utama dan metode penelitian. Kemudian, pada Bab II akan mengupas Perjanjian Pertanian/ Agreement on Agriculture dan perkembangan perundingan pertanian di WTO. Jangka waktu perundingan pertanian yang akan ditelaah lebih lanjut adalah sejak perundingan di Doha hingga perundingan terakhir di Bali. Kemudian, pada Bab III, penulis akan menjelaskan melalui posisi Indonesia dalam perundingan pertanian. Hal ini dilakukan dengan keikutsertaan dan perannya dalam berbagai koalisi perdagangan yaitu Cairns group, G-20 dan G-33. Indonesia menggunakan integrative bargaining dipilih sebagai strategi dalam melakukan negosiasi. Strategi ini dilakukan Indonesia untuk mencapai kepentingan nasionalnya yaitu tidak hanya melakukan liberalisasi komoditas pertanian, tetapi juga memberikan perlindungan bagi petani kecil. Kemudian pada Bab IV, penulis akan mengemukakan kesimpulan dan saran terhadap kasus yang diteliti. Melalui berbagai posisinya di berbagai koalisi perdagangan, Indonesia menggunakan koalisi Cairns group, G-20 dan G-33 sebagai jalan untuk mencapai kepentingan nasional. Hal ini dilakukan dengan mendorong tercapainya tuntutan koalisi dalam perundingan pertanian. 7 W. L Neumann, Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches, 4 th edn, Allyn and Bacon, Boston, 2000, halaman 21-23 5