BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan produk produk lainnya dalam rangka

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

SURVEI KREDIT PERBANKAN

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

SURVEI KREDIT PERBANKAN

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan dan diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif.

SURVEI KREDIT PERBANKAN

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya mencegah kelemahan dari penggunaan uang tunai tersebut, kini

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

SURVEI KREDIT PERBANKAN

SURVEI KREDIT PERBANKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURVEI PREFERENSI UANG LOGAM

UNISKA TABUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,

RINGKASAN EKSEKUTIF WAHYU BINUKO UJANG SUMARWAN KIRBRANDOKO

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

SURVEI KREDIT PERBANKAN

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan di dunia perbankan dapat dilihat dari adanya berbagai produk

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.

G I R O DAN DEPOSITO. cek, bilyet giro, saran perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Boks 2. SURVEI KEBUTUHAN UANG KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. menopang hampir seluruh program-program pembangunan ekonomi. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, hlm. 185

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan aktifitas, khususnya dalam kegiatan sehari-hari. Dalam

Pertemuan ke V : Produk Dana

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah terdapat beberapa jenis bank yang di Indonesia :

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. uang dari suatu pihak ke pihak lain. Media yang digunakan untuk pemindahan

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

CREDIT CARD. 2 Bank Penerbit 1. Card Holder Merchant. 4 Gb: Mekanisme teransaksi kartu kredit tanpa acquirer

SURVEI KREDIT PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menjual produk secara langsung ( face-to-face) kepada

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Tarif dan Biaya. Mohon kunjungi untuk membaca Syarat dan Ketentuan Umum yang berlaku. Persyaratan umum HSBC Advance*

DAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM...

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

I.PENDAHULUAN. Perkembangan sektor ekonomi di Indonesia saat ini sangat pesat yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

JAWABAN BAB 7. Nama : Fitri Gusniawati. Nim :

KONDISI TRIWULAN II-2007

BAB I PENDAHULUAN. karena itu pengelolaan kas sangat penting bagi suatu bank. Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

KONDISI TRIWULAN I I II III IV I II III IV I

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PERTEMUAN VII TEORI JUMLAH UANG BEREDAR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash seperti

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. harian bank (cash in vaults), dikurangi kewajiban Giro Wajib Minimum (Reserve

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran dan tidak kalah

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

Transkripsi:

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara Salah satu tugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.23/1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No.3/2004 adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Tugas tersebut dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan Bank Indonesia yaitu menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan semakin meningkatnya jumlah transaksi yang dilakukan oleh masyarakat, menuntut peran Bank Indonesia untuk meningkatkan dan mengembangkan sistem pembayaran yang efektif, efisien, dan aman. Seperti yang terjadi di masyarakat secara umum, kebiasaan masyarakat di Sulawesi Tenggara masih menunjukkan kecenderungan menggunakan alat pembayaran tunai dalam menyelesaikan transaksi bisnis maupun konsumsinya. Hal ini tercermin pada transaksi tunai melalui Kantor Bank Indonesia Kendari, dimana aliran uang ke luar (out flow) lebih besar dari aliran uang masuk (in flow) sehingga terjadi net out flow, meskipun Bank Indonesia telah menerapkan kebijakan UTLE, yakni hanya menerima setoran bank berupa uang yang tidak layak edar. Kondisi ini tentunya menjadikan tantangan sekaligus peluang bagi perbankan secara umum dan Bank Indonesia sebagai otoritas pengatur sistem pembayaran nasional. Tantangan yang dimaksud di sini adalah mengubah budaya masyarakat yang masih terbiasa bertransaksi secara tunai menjadi terbiasa dengan alat non tunai. Sedangkan, peluangnya adalah masih terbukanya pengembangan jasa pembayaran non tunai untuk memperlancar transaksi bisnis maupun konsumsi. Terkait dengan kondisi tersebut, penggunaan alat pembayaran non tunai di Sulawesi Tenggara perlu ditingkatkan karena memiliki daya tarik kecepatan dan keamanan. Disamping memberikan berbagai kemudahan dalam bertransaksi, penggunaan alat pembayaran non tunai secara luas dapat memiliki implikasi pada berkurangnya permintaan terhadap uang kartal yang diterbitkan bank sentral. Oleh karena itu Penelitian Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non

Tunai Di Sulawesi Tenggara akan menggambarkan kondisi penggunaan alat pembayaran non tunai di Sulawesi Tenggara, dan pada akhirnya dapat memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan penggunaan alat pembayaran non tunai di Sulawesi Tenggara. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Hanya 16,3% dari seluruh responden pelaku usaha yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit atau kartu debet. Persentase penerimaan pembayaran dengan kartu kredit atau debit dari penerimaan total per bulan untuk pelaku usaha supermarket rata-rata %5, untuk usaha pertokoan adalah 20%, dan travel agent adalah 13%. 66% responden perusahaan masih melakukan pembayaran gaji pegawainya secara tunai. Hanya 35% pelaku usaha yang mengetahui adanya layanan sistem pembayaran melalui RTGS, dan 70% diantaranya yang pernah menggunakan layanan ini. Hanya 48% dari total responden perbankan yang memiliki kerja sama dengan toko atau supermarket atau travel agent atau hotel. Rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai disebabkan oleh beberapa hal antara lain : Preferensi masyarakat dan pelaku usaha terhadap pembayaran tunai dengan pemikiran bahwa pembayaran tunai lebih praktis hal ini menunjukkan bahwa baik masyarakat dan pelaku usaha belum memiliki awareness terhadap manfaat penggunaan alat pembayaran non tunai. Pembebanan charge dari perbankan yang cukup besar terhadap transaksi non tunai, yaitu 5% dari total transaksi, atau Rp.3000,- per transaksi. Infrastruktur yang belum memadai untuk pemakaian alat pembayaran menggunakan kartu. Perbankan yang masih enggan menjalin kerja sama dengan beberapa pelaku usaha dalam hal pembayaran non tunai untuk transaksi bisnis. Banyaknya pegawai perusahaan yang belum mempunyai rekening bank, sehingga pembayaran gaji harus dilakukan secara tunai.

Tingginya penggunaan uang tunai sebagai alat transaksi di Sulawesi Tenggara juga tergambar dari kondisi arus outflow dan inflow uang kartal di Kantor Bank Indonesia Kendari yang dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Perputaran Uang Kartal KBI Kendari Indikator 2007 2008 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Inflow (Milliar) 380,34 56,48 51,33 91,66 275,02 55,26 108,07 - Outflow (Milliar,Kumulatif) 131,57 320,51 362,35 734,63 87,67 530,51 830,78 - Jumlah uang kartal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Kendari hingga triwulan III 2008 meningkat sebesar 13% (y.t.d) dibandingkan tahun 2007. Namun, peningkatan outflow ini tidak diikuti dengan peningkatan inflow. Ratarata inflow uang kartal tahun 2008 sebesar 15% dibanding outflow. Hal ini berarti bahwa dari total uang tunai yang dikeluarkan oleh perbankan, hanya 15% yang kembali ke Bank Indonesia Kendari, 85% masih berada pada perbankan dan masyarakat. Tingginya penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran juga tergambar dari tingkat monetisasi Propinsi Sulawesi Tenggara. Tingkat monetisasi merupakan tingkat aktivitas ekonomi yang menggunakan instrumen keuangan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan dapat juga dijelaskan sebagai tingkat pembiayaan ekonomi dari instrumen keuangan yang dimiliki masyarakat. Tingkat monetisasi juga merupakan sebuah tanda modernisasi suatu perekonomian yang ditandai dengan less-cash transaction. Tingkat monetisasi diukur dengan pendekatan rasio total suplai uang (M2) dengan produk domestik bruto (PDB). Tingkat monetisasi yang tinggi jika didukung dengan sistem perbankan yang baik akan memicu pertumbuhan produktivitas aktivitas ekonomi yang berkelanjutan. Untuk mengukur tingkat monetisasi Sulawesi Tenggara, pendekatan suplai uang (M2) yang digunakan adalah dana pihak ke tiga (DPK) perorangan pada bank-bank umum dan produk domestik bruto (PDRB) Sulawesi Tenggara. Pada tabel 2 berikut, terlihat bahwa tingkat monetisasi Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 hanya berkisar 20%, yang berarti bahwa tingkat pembiayaan ekonomi yang memanfaatkan sektor keuangan masih berkisar 20% dari total pertumbuhan ekonomi. Nilai uang masyarakat yang berada di perbankan dalam bentuk tabungan, deposito dan giro sebesar 20% dari total output di Sulawesi

Tenggara. Tingkat monetisasi ini juga menggambarkan kecenderungan masyarakat menggunakan uang tunai dibandingkan uang non tunai sehingga jumlah uang masyarakat yang ada di perbankan masih relatif kecil. Tabel 2. Tingkat Monetisasi Sulawesi Tenggara Indikator 2007 2008 PDRB 17.953.074 16.277.098 DPK 3.167.489 3.333.229 Tingkat Monetisasi 18% 20% Kondisi ini umumnya disebabkan karena kesadaran dan pengetahuan masyarakat terhadap lembaga keuangan, produk-produk perbankan dan produkproduk investasi masih relatif minim. Masyarakat belum menyadari time value dari uang, sehingga masyarakat lebih memilih menyimpan uang mereka sendiri dan menggunakan uang tunai sebagai alat pembayaran sehari-hari. Rendahnya tingkat pengembalian uang kartal dibandingkan dengan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia Kendari yaitu sebesar 15%, menunjukkan bahwa uang kartal yang berada pada masyarakat masih sangat tinggi. Tingkat monetisasi sebesar 20% menunjukkan bahwa jumlah dana masyarakat yang berada di perbankan dalam bentuk tabungan, deposito dan giro masih relatif kecil. Kedua hal ini sesuai dengan hasil survei yang menggambarkan tingkat penggunaan uang tunai sebagai alat pembayaran masih cukup tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat pembayaran non tunai belum optimal di masyarakat Sulawesi Tenggara. REKOMENDASI Berdasarkan hasil survei dimaksud dan untuk lebih mengoptimalkan penggunaan alat pembayaran non tunai di Sulawesi Tenggara perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Bagi Perbankan: 1. Menjalin kerja sama kepada pelaku usaha terutama dalam pembayaran non tunai. 2. Memperbanyak jaringan ATM dan kantor cabang untuk mempermudah akses dalam transaksi non tunai.

3. Mengurangi biaya transaksi untuk penggunaan kartu kredit atau kartu debet. 4. Sosialisasi efektifitas dan efisiensi penggunaan kartu debet atau kredit sebagai alat transaksi. 5. Sosialisasi layanan sistem pembayaran RTGS kepada pelaku usaha. 6. Sosialisasi yang lebih gencar terhadap produk-produk transaksi pembayaran non tunai seperti sms banking, internet banking dan mobile banking. 7. Pemberian reward kepada nasabah yang paling banyak menggunakan kartu debet atau kartu kredit sebagai alat transaksi. b. Bagi BI : 1. Menghimbau perbankan agar lebih aktif dalam mendukung transaksi pembayaran non tunai. 2. Program Ayo ke Bank lebih digalakkan ke semua lapisan masyarakat, sehingga masyarakat yang mempunyai penghasilan juga mempunyai rekening di bank.