BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah suatu lembaga paling kecil yang ada di masyarakat yang memiliki banyak fungsi untuk menjaga keberlangsungan hidup seseorang, karena dari keluarga sebuah kehidupan baru akan dimulai. Keluarga merupakan lembaga yang bertugas meneruskan pewarisan nilai-nilai budaya yang ada di masyarakat, karena keluarga merupakan lembaga pertama tempat seseorang melakukan sosialisasi dalam kehidupannya. Manusia tentu sudah ditakdirkan untuk hidup berpasangan sesuai garis kehidupannya. Menikah adalah langkah awal untuk menjadi sebuah keluarga yang sah, baik menurut agama maupun hukum yang berlaku di negara Indonesia. Setiap pasangan tentu mendambakan sebuah keluarga yang bahagia dan mempunyai keturunan yang dirasa cukup bagi setiap pasangan. Kehidupan yang dialami oleh setiap individu pasti tidak akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang diinginkannya, begitupun sebuah keluarga yang telah lama menjalin suatu kehidupan bersama, pasti tidak akan luput dari permasalahan yang ada di dalamnya. Semua itu terjadi begitu saja seiring dengan berjalannya waktu, maka dituntut suatu kedewasaan dalam memecahkan setiap permasalahan yang terjadi. Suatu permasalahan tentunya tidak selalu dapat diselesaikan dengan mudah. Apalagi ketika suatu masalah dalam keluarga muncul dan berkembang menjadi masalah besar, hal ini tentu dapat mengakibatkan munculnya kekacauan dalam keluarga. Hal tersebut menandakan bahwa suatu keluarga sedang mengalami suatu goncangan keluarga yang dapat berakibat pada munculnya disorganisasi keluarga. Dalam menghadapi permasalahan yang muncul tentu terdapat keluarga yang dapat mempertahankan keluarganya tetap harmonis dan ada juga keluarga yang tidak dapat mempertahankan keluarganya ketika dilanda permasalahan keluarga yang dapat berujung pada perceraian. Ada kalanya sebuah keluarga mengalami sebuah krisis keluarga, seperti yang dijelaskan oleh Willis (2011, hlm. 13) bahwa: 1
2 Krisis keluarga artinya kehidupan dalam keadaan kacau, tak teratur dan terarah, orang tua kehilangan kewibawaan untuk mengendalikan kehidupan anak-anaknya terutama remaja, mereka melawan orang tua, dan terjadi pertengkaran terus menerus antara ibu dengan bapak terutama mengenai soal mendidik anak-anak. Krisis keluarga seperti ini tentu tidak ingin dialami oleh setiap keluarga, maka perlu adanya suatu pola kehidupan yang tertata rapih serta selalu menyesuaikan kehidupan dengan nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat, hal ini harus dilakukan untuk dapat menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga. Menurut catatan yang didapatkan dari beberapa sumber yang ada, ditemukan bahwa dalam beberapa tahun ini masalah yang dihadapi keluarga semakin meningkat, dapat kita ketahui bersama bahwa banyak muncul permasalahan yang kompleks, diantaranya saja perceraian, perselingkuhan, penjualan anak, anak jalanan, dan lain sebagainya. Semua masalah tersebut tentu muncul sebagai akibat dari adanya krisis pada sebuah keluarga yang menyebabkan timbulnya disorganisasi keluarga. Ekonomi merupakan hal yang penting yang harus ada pada setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, keperluan keluarga, biaya hidup keluarga, serta dapat mempertahankan keutuhan keluarga. Untuk menunjang kebutuhan tersebut maka setiap individu akan giat bekerja untuk memenuhinya, tidak terkecuali sosok ayah sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai kewajiban untuk memenuhi setiap kebutuhan keluarga. Sebagaimana dikemukakan oleh Ramulyo (1996, hlm. 89) bahwa: Sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: a) Nafkah, kiswah, dan tempat kediaman bagi istri; b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan biaya pengobatan bagi istri dan anak; c) Biaya pendidikan bagi anak. Suami tentu akan giat bekerja untuk mendapatkan uang demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam pemenuhan ekonomi, individu tentu harus mempunyai lapangan pekerjaan serta harus mampu bekerja serta bersaing dengan individu lain, karena kita ketahui bersama bahwa pada saat ini khususnya di
3 negara Indonesia masih banyak penduduk yang kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Tercatat bahwa jumlah pengangguran dan kemiskinan di Indonesia masih sangat banyak serta masih sangat sulit untuk diminimalisir. Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis adalah sebuah desa yang masih hijau serta penduduknya masih memegang teguh asas kekeluargaan dan gotong royong. Banyak petani yang masih giat bekerja di sawah dan kebun untuk tetap bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya dan keluarganya, namun menurut pengamatan yang peneliti lakukan sudah jarang ditemukan petani usia muda. Rata-rata petani yang bekerja adalah mereka yang umumnya berumur sudah tua, jumlah anak muda yang menjadi petani bisa dihitung hanya dengan hitungan jari saja. Fenomena ini terjadi tentu saja beriringan dengan kemajuan zaman, penduduk Desa Jalatrang tentu mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa menjadi orang yang sukses dan hidup sejahtera. Melihat potensi yang ada di Desa Jalatrang, sesungguhnya cukup banyak potensi yang bisa dikembangkan apabila masyarakat dapat mengelolanya dengan baik, namun banyak dari masyarakat Desa Jalatrang yang memilih untuk pergi merantau ke kota dan menjadi orang sukses di perantauan serta mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Telah kita ketahui bersama bahwa lapangan pekerjaan di desa memang sangat sulit, maka dari itu muncul pemikiran bahwa dengan merantau ke kota tentu penghasilan akan bertambah banyak serta kesuksesan akan mudah diraih. Pandangan ini muncul setelah mendengar cerita dan pengalaman orang lain bahwa orang-orang yang merantau ke kota pasti akan menjadi orang sukses. Tentu pilihan ini mereka jalani dengan berat karena mereka yang sudah berkeluarga tentu harus siap menerima segala resiko yang ada. Mereka memilih untuk bisa menjadi orang sukses dengan bekerja di kota serta rela untuk bertempat tinggal terpisah dengan anggota keluarga lainnya. Menurut data yang diperoleh dari catatan kependudukan pemerintahan Desa Jalatrang, menunjukkan sebuah catatan tentang jumlah keluarga dan juga jenis mata pencaharian penduduk Desa Jalatrang. Jumlah keluarga di Desa Jalatrang
4 adalah sebanyak 1887 pasangan, dan sebanyak 40% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Jalatrang suaminya bekerja di luar kota atau merantau ke kota dengan tidak membawa istrinya ke kota sehingga mereka menjalani suatu hubungan jarak jauh. Suatu pilihan hidup yang harus mereka jalani dengan berat, karena ketika mereka harus bertempat tinggal terpisah bukan tidak mungkin keberlakuan fungsifungsi ideal keluarga akan berkurang atau bahkan akan hilang. Biasanya mereka yang hidup dalam suatu keluarga dengan bertempat tinggal terpisah akan memiliki intensitas waktu bertemu secara langsung sangat terbatas, mereka selalu mencari celah dan kesempatan yang ada ketika memang mereka memiliki waktu yang cukup serta keuangan yang memadai untuk bisa kembali ke kampung halaman untuk bertemu dengan anggota keluarga lainnya. Ketika suami memilih untuk bertempat tinggal terpisah, tentu memunculkan banyak kekhawatiran. Apalagi jika melihat kenyataan yang ada bahwa Kabupaten Ciamis mempunyai angka perceraian yang sangat tinggi, bahkan menduduki posisi kedua setelah Kabupaten Cirebon, data ini peneliti ambil dari internet bahwa: Berdasarkan data Pengadilan Agama Kab. Ciamis, pernah dilaporkan menduduki posisi runner up atau ranking kedua tertinggi untuk jumlah kasus perceraian. Tidak lagi level Jawa Barat, melainkan tingkat nasional setelah Kabupaten Cirebon pada tahun 2010. Padahal, tiga tahun sebelumnya Kabupaten Ciamis hanya menempati ranking 10 besar di Jawa Barat. (Kuswan SP (2013), http://www.kabar-priangan.com/news/detail/8954). Pengadilan Agama Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, mencatat hingga Maret 2010, angka gugat cerai di Kabupaten Ciamis mencapai 1.140 kasus. Rata-rata angka penceraian tiap bulan mencapai 350 kasus. Kondisi ini menempatkan Ciamis sebagai kabupaten tertinggi kedua secara nasional dalam hal tingkat perceraian. Menurut sumber yang peneliti temukan bahwa rata-rata angka perceraian tersebut dikarenakan faktor ekonomi karena kurangnya penghasilan suami, serta adanya ego dari masing-masing pasangan sehingga mengakibatkan sebuah perceraian dalam keluarga. Hal ini tentunya harus dijadikan kewaspadaan bagi setiap pasangan yang sudah berkeluarga, tentu harus ditekankan akan
5 pentingnya pranata keluarga dan harus selalu menjalankan keberlakuan fungsi keluarga sesuai dengan apa yang seharusnya dijalankan. Keluarga yang utuh adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, serta anak yang terlahir dari pasangan suami istri. Pada permasalahan kali ini sang suami selaku ayah dari anak-anak dan penanggung jawab keluarga rela pergi merantau ke kota. Keluarga yang ada menjadi kurang utuh dan kurang lengkap karena suami berada di perantauan dan rela bertempat tinggal terpisah dengan keluarga yang tidak ikut merantau. Tentu dikhawatirkan akan timbul berbagai masalah keluarga, karena kita ketahui bersama bahwa masyarakat desa belum terbiasa dengan kehidupan modern serta masyarakat desa bukanlah masyarakat industri yang mempunyai gaya hidup serba praktis dan modern, maka akan menjadi suatu hal yang tabu ketika suami dan istri bertempat tinggal berjauhan bahkan sampai berbeda kota. Pemenuhan kebutuhan akan fungsi-fungsi keluarga pasti akan berkurang. Meskipun banyak fungsi keluarga yang nantinya akan hilang, mau tidak mau mereka harus pergi mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi salah satu fungsi ekonomi keluarga. Selain fungsi yang hilang tentu dikhawatirkan akan munculnya pihak ketiga sebagai penghancur suatu hubungan keluarga yang harmonis. Semua seakan dihiraukan dan para pencari lapangan pekerjaan di Desa Jalatrang ini tetap merantau ke kota dan masih tetap dapat menjaga keutuhan keluarganya. Adapun yang menarik dalam permasalahan ini adalah ketika kita melihat adanya sepasang suami istri yang bertempat tinggal terpisah yang mampu mempertahankan keutuhan keluarganya. Padahal jika kita amati, rasa rindu akan sosok suami pasti ada, peran setiap anggota keluarga akan dirasa kurang, serta jarang berkumpulnya keluarga yang lengkap di rumah cenderung rawan menimbulkan disorganisasi keluarga. Seperti kita ketahui bersama, Kabupaten Ciamis sendiri menempati urutan kedua tingkat nasional dengan angka perceraian yang tinggi. Namun, keluarga-keluarga yang ada di Desa Jalatrang Kabupaten Ciamis masih bisa mempertahankan keutuhan keluarganya meskipun banyak pasangan yang harus bertempat tinggal terpisah. Maka timbul beberapa
6 pertanyaan dari peneliti untuk bisa memecahkan masalah yang terjadi melihat kenyataan masih bertahannya suatu keluarga meskipun bertempat tinggal terpisah. Penelitian ini sekiranya sangat penting, melihat penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang adanya fenomena keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah. Pada kenyataannya keluarga yang bertempat tinggal terpisah masih bisa mempertahankan keutuhan keluarganya. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Maylan (2010) menjelaskan tentang adanya faktorfaktor yang mendukung kohesi keluarga pada pasangan yang bertempat tinggal terpisah di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung kohesi keluarga antara lain karena adanya interaksi yang kuat antara pasangan suami istri maupun ayah dengan anak dengan didukung adanya alat komunikasi serta memanfaatkan waktu pertemuan dengan sebaik-baiknya. Kemudian ditemukan bahwa pemenuhan akan fungsi keluarga dapat berjalan dengan baik walaupun dengan media yang terbatas. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anora (2008) tentang strategi mempertahankan keutuhan keluarga pada keluarga terpisah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anora ini menunjukkan bahwa strategi mempertahankan keluarga pada keluarga terpisah diantaranya adalah dengan terus mengupayakan keutuhan keluarga dengan cara melakukan komunikasi keluarga untuk meminimalisir terjadinya disfungsi keluarga, mengadakan acara kedekatan keluarga dengan berlibur, makan di luar, jalan-jalan, dan saling berbagi dengan konsultasi diantara anggota keluarga, serta adanya kerjasama yang baik diantara anggota keluarga. Peneliti lebih menekankan pada ketertarikan tentang pola interaksi yang dilakukan oleh pasangan yang bertempat tinggal terpisah yang berhubungan dengan keberlakuan peran dan fungsi dari setiap anggota keluarga, serta masalah yang dihadapi oleh suatu keluarga ketika memang mereka hidup atau harus bertempat tinggal terpisah. Tentunya dengan adanya teori interaksi sosial, konsep sosiologi keluarga, adanya peran serta hak dan kewajiban suami istri ketika
7 berumah tangga akan menjadikan penelitian ini menjadi lebih relevan dengan keilmuan sosiologi dan juga permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang POLA INTERAKSI KELUARGA PADA PASANGAN SUAMI ISTRI YANG BERTEMPAT TINGGAL TERPISAH (Studi Deskriptif pada masyarakat Desa Jalatrang Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis). B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah disusun diatas penulis dapat membatasi beberapa permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah dengan memfokuskan penelitian pada pola interaksi yang dijalani oleh keluarga yang bertempat tinggal terpisah. Pada umumnya, interaksi yang dilakukan oleh keluarga yang hidup bersama dalam satu lingkungan akan dengan mudah dijalankan karena setiap angota keluarga berada di rumah. Berbeda dengan cara yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dalam menjalankan interaksi diantara anggota keluarganya. Hal ini berhubungan dengan cara yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dalam menjalankan fungsi keluarga serta cara yang dilakukan oleh keluarga dalam menyelesaikan masalah ketika suatu keluarga dihadapkan pada sutu permasalahan keluarga. Cara yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah dalam menjalankan interaksi diantara anggota keluarga tentu akan berhubungan dengan cara yang dijalankan oleh setiap keluarga dalam menjalankan fungsi keluarganya. Penulis memfokuskan penelitian pada pola interaksi yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah karena dengan demikian peneliti akan memperoleh seluruh gambaran mengenai interaksi yang dilakukan oleh seluruh anggota keluarga yang berhubungan dengan cara yang dilakukan oleh setiap keluarga yang bertempat tinggal terpisah dalam menjalankan fungsi keluarga, serta cara yang dilakukan
8 dalam menyelesaikan permasalahan ketika suatu keluarga dihadapkan dalam suatu masalah. C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? 2. Bagaimana cara menjalankan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? 3. Adakah masalah keluarga yang timbul dan bagaimana cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah? D. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran tentang pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah. 2. Untuk mengetahui cara menjalankan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah. 3. Untuk mengetahui masalah keluarga yang timbul dan cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah. E. MANFAAT PENELITIAN Penelitian akan dikatakan bermanfaat apabila memiliki nilai manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Berikut beberapa manfaat penelitian yang diharapkan dengan melihat beberapa aspek. 1. Manfaat Teoretis Dalam rangka pembangunan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya serta hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang keluarga yang menjadi kajian sosiologi keluarga. Hal ini tentu bermanfat bagi pengembangan kajian ilmu sosiologi, khususnya bidang kajian
9 sosiologi keluarga serta bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya bagi guru sosiologi dalam pemahaman konsep interaksi sosial dan lembaga sosial khususnya lembaga keluarga. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Penelitian ini dapat membuka wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang adanya sebuah fenomena pada masyarakat tentang suatu pola interaksi yang diterapkan dalam suatu keluarga yang bertempat tinggal terpisah. Diharapkan akan menjadikan masyarakat tetap bisa mempertahankan keutuhan keluarganya dengan melakukan pola interaksi yang baik antara anggota keluarga. Kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat meminimalisir angka perceraian yang ada pada masyarakat. b. Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti yang akan meneliti masalah keluarga, khususnya penelitian yang berkaitan dengan pola interaksi keluarga pada pasangan yang bertempat tinggal terpisah. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi penelitian ini terdiri dari lima bagian besar, yang terdiri dari Bab I sampai Bab V. Bab I Pendahuluan yang merupakan inti dari permasalahan yang terdiri dari latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II Pola Interaksi Keluarga Pada Pasangan Suami Istri Bertempat Tinggal Terpisah. Pada bab ini menjelaskan tentang teori yang dipakai dan relevan dengan penelitian serta masalah yang ada di dalam penelitian yang terdiri dari interaksi sosial, keluarga, fungsi keluarga, pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah, peran suami dan istri, hak dan kewajiban suami istri, serta penelitian yang relevan.
10 Bab III merupakan metodologi penelitian. Isi bab ini adalah pendekatan dan metode penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, prosedur penelitian, tekhnik pengumpulan data, analisis data, dan pengujian keabsahan data. Bab IV pembahasan hasil penelitian. Bab ini tentu berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian, yang terdiri dari pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah, cara menjalankan fungsi-fungsi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah, serta masalah keluarga yang timbul dan cara yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada pasangan suami istri yang bertempat tinggal terpisah. Bab V merupakan bab terakhir dalam pelaporan penelitian yang terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi. Bagian kesimpulan akan menjawab pertanyaanpertanyaan dari rumusan masalah berdasarkan hasil penelitian. Untuk rekomendasi sendiri yakni menjelaskan tentang luaran yang diharapkan dari hasil penelitian untuk masyarakat luas tentang fenomena yang terjadi.