Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia SAHABAT SEPEZIARAHAN Tim Perumus: Pengurus Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (Komkep KWI) periode 2011 2014: RD. Yohanes Dwi Harsanto (ex-officio Sekretaris Eksekutif KomKep KWI); Angela Ratna Yunita; Chrysantus Bayu Wardhana; Henricus Budi Pruwanto; Helena Dewi Justicia; Joanes Joko; RP. AM. Kristiadji Rahardjo, MSC.; RP. Agustinus Purwantoro, SJ; dibantu pengurus periode 2014 2017: RD. Antonius Haryanto; Amadea Pranastiti; Julius Yustian Surjadi; Maria Anik Wusari Editor: RD. Yohanes Dwi Harsanto; Helena Dewi Justicia Ilustrator/Penata Letak: Gabriela Christine Octavia; Julius Yustian Surjadi; Karel Use Bataona Diterbitkan oleh: Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia Jl. Cikini II/10 Jakarta 10330, tlp. 021-31924487, fax. 021-31909804 2014 Komisi Kepemudaan KWI ISBN 978-602-71609-0-3 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dicetak di Percetakan etem Print, Jakarta Isi di luar tanggung jawab percetakan
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR KETUA KOMISI KEPEMUDAAN KWI Mgr. John Philip Saklil PENDAHULUAN BAB PERTAMA BAB KEDUA 16 19 33 39 41 50 55 57 58 62 65 Realitas Orang Muda Katolik & Pastoral Gereja Orang Muda Katolik dalam Sejarah Gereja Katolik Indonesia Realitas OMK Indonesia Dewasa Ini Jati Diri, Ketidakpastian, Hubungan-Hubungan Pandangan Allah dan Gereja Mengenai Orang Muda Visi Pastoral Orang Muda Katolik Landasan: Inkarnasi sebagai Dasar dan Dorongan Utama Basis Gerejawi: Gereja sebagai Tempat Pastoral OMK Visi: Evangelisasi dan Arti Pentingnya Keunggulan Paroki Hubungan Pastoral OMK dengan Karya Pastoral Lain dalam Gereja Tujuan Pendampingan OMK 2
BAB KETIGA BAB KEEMPAT 74 78 83 86 89 91 96 Misi Karya Pastoral Orang Muda Katolik Tugas Fase 1: MEMERCAYAI Dari Penemuan ke Keyakinan Fase 2: MEMILIKI Dari Kelompok menuju Komunitas Fase 3: MENGHASILKAN Dari Pemeliharaan ke Perutusan Fase 4: MENJADI Dari Ada ke Pematangan Fase 5: MERAYAKAN Dari Ruang Pribadi ke Tempat Umum Pastoral Orang Muda Katolik Dalam Aksi Ciri-ciri Pokok Pastoral OMK 104 Ruang Lingkup Pastoral OMK 112 115 Tahapan Pastoral OMK Strategi Pastoral OMK 139 Kategori-kategori OMK Potensial 157 159 Dukungan Struktural Sumber Daya dan Dana 161 Aneka Kegiatan LAMPIRAN 3
KATA PENGANTAR KETUA KOMISI KEPEMUDAAN KWI Para Pembina, Pendamping, dan Penggerak Orang Muda Katolik (OMK) se-indonesia yang terkasih! Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Allah Sang Maha Pencipta karena atas rahmat-nya buku Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia Sahabat Sepeziarahan ini akhirnya diterbitkan setelah melalui proses yang panjang. Saya mengucapkan terima kasih kepada para ketua Komisi Kepemudaan di 37 keuskupan yang sejak tahun 2008 hingga tahun 2013 telah menyumbangkan pemikiran bagi terbitnya buku ini. Saya sampaikan pula terima kasih dan penghargaan secara khusus kepada tim perumus buku pedoman ini yaitu Pengurus Komisi Kepemudaan KWI periode 2011-2014 dan 2014-2017. Mereka telah merumuskan aneka usulan dan memberikan masukan demi makin menyeluruhnya isi buku ini. Yang dimaksud dengan Sahabat Sepeziarahan bagi OMK adalah dua pihak. Yang pertama adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri. Ia menyebut kita sebagai sahabat-nya: Aku tidak menyebut kamu lagi hamba sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat karena Aku telah memberita- 4
hukan kepada kamu segala sesuatu yang telah kudengar dari bapa-ku (Yoh 15:15). Tuhan Yesus Kristus adalah sahabat bagi OMK dalam perjalanan ziarah mereka menuju kesempurnaan. Yang kedua ialah para pembina, pendamping, penggerak OMK. Mereka juga merupakan sahabat sepeziarahan bagi OMK. Mereka itu adalah para uskup, pastor, biarawan-biarawati, maupun kaum awam yang ditugasi mendampingi OMK di tingkat keuskupan, paroki maupun komunitas basis, di samping orangtua dalam keluarga. Mereka sendiri masih berproses sebagai murid-murid Kristus, namun juga dipercaya, dipanggil dan diutus untuk menjadi sahabat bagi OMK dalam peziarahan menuju Allah Bapa. Jadi jelas bahwa Tuhan Yesus Kristus sahabat kita, mendampingi kita dalam perjalanan ziarah ini agar kita makin menjadi sempurna seperti Bapa di surga sempurna (bdk. Mat 5:48). Sebenarnya kita semua ada dalam peziarahan yang sama. Kita berziarah menuju Allah Tritunggal Mahakudus. Dalam peziarahan ini, Tuhan Yesus Kristus menemani kita sebagai sahabat sejati yang selalu setia memahami dan menyemangati, seperti penyertaan-nya pada dua murid yang berjalan menuju Emmaus (lih. Luk 24: 13-35). Karena itu dalam buku ini ditampilkan visi misi karya pastoral orang muda Katolik yang berpusat pada Yesus Kristus, Sang Sahabat Sepeziarahan. OMK ada di masa pertumbuhan, perkembangan, suatu masa yang diibaratkan sebagai perjalanan. Seperti halnya suatu perjalanan, masa muda merupakan masa terminal yang penting di antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Dalam masa 5
perjalanan yang penting ini, Gereja Katolik diutus untuk mendampingi umatnya yang berusia muda itu. Buku ini merupakan pedoman bagi usaha pendampingan di masa yang penting itu bagi OMK Indonesia. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca, merenungkan, membicarakan dan memetik inspirasi dari buku Sahabat Sepeziarahan ini. Buku ini diharapkan memberi ilham bagi program pendampingan OMK di tempat Anda masing-masing. Semoga Tuhan memberkati karya-karya kita. Timika, 28 Oktober 2014 + Mgr. John Philip Saklil 6
PENDAHULUAN Buku Pedoman Karya Pastoral Orang Muda Katolik Indonesia Sahabat Sepeziarahan ini adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Komisi Kepemudaan KWI yang berisi tuntunan dan arahan bagi karya pastoral Orang Muda Katolik (OMK) di wilayah pastoral keuskupan se-indonesia. Buku pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku Pedoman Pastoral Kaum Muda (PKPKM) yang pernah terbit sebelumnya dan telah dijadikan acuan bagi pendampingan OMK di keuskupan-keuskupan se-indonesia. Tujuan diterbitkannya pedoman ini ialah agar penanggung jawab pastoral OMK di keuskupan, paroki, dan Komunitas Basis Gerejawi (KBG) se-indonesia walaupun tetap dengan ciri khasnya masing-masing, memiliki arah pandang yang kurang lebih sama dalam merancang dan melaksanakan program pembinaan orang muda menurut prinsip-prinsip penggembalaan Gereja Katolik. Latar Belakang Dalam Kitab Suci, kita menemukan perhatian, cinta Tuhan dan umat-nya kepada orang muda. Begitu juga dalam tradisi Gereja, ditemukan banyak sapaan kepada orang muda. Dokumendokumen Konsili Vatikan II sebagai konsili terbesar dalam sejarah Gereja menyapa orang 8
muda. Para paus dan uskup pun sering berbicara kepada orang muda secara langsung maupun melalui pesan-pesan tertulis dan rekaman audio visual. Orang muda adalah harapan dan masa depan Gereja dan masyarakat yang harus mulai berperan sejak sekarang. Diakui pengaruh orang muda terhadap dunia sekarang ini dengan segala sifat baik dan kemampuan mereka. Ditandaskan kepada orang muda pentingnya pendidikan iman, rasa, semangat iman dan kegiatan kerasulan, pengembangan intelektual, kepribadian yang kuat, persiapan hidup keluarga dan perkawinan atau penghayatan panggilan khusus (imam, biarawan, biarawati), serta pendidikan kemasyarakatan. Selalu diserukan juga bahwa para rohaniwan harus memberikan perhatian khusus kepada orang muda. Para Uskup Indonesia juga memikirkan dan memperhatikan orang muda Katolik. Dalam Pedoman Kerja Umat Katolik Indonesia 1970 terdapat 4 (empat) nomor yang membicarakan pembinaan orang muda. Dalam sidangnya tahun 1975 dan 1976 Majelis Agung Waligereja Indonesia (MAWI, Sekarang KWI) membahas pokok pembinaan orang muda ini dengan sungguh-sungguh. Tahun 1976 lahirlah Seksi Muda-Mudi dalam Komisi Kerasulan Awam MAWI. Pada tahun 1980 dengan jelas disuarakan perlunya pedoman karya pastoral orang muda. Tahun 1986, Pedoman Pastoral Kaum Muda disetujui MAWI untuk diterbitkan oleh Komisi Kepemudaan MAWI. 1 Pedoman setebal 36 halaman itu berisi Landasan dan Tujuan 9
pelayanan pastoral kaum muda, bidang-bidang, pendekatan, metode pembinan, kesinambungannya, jalur-jalur pembinaan dan sebagainya. Pedoman yang terbit pada waktu itu merupakan pengungkapan visi pembinaan orang muda dalam Gereja dan masyarakat Indonesia yang diuraikan secara singkat. Visi yang dimaksudkan adalah pandangan ke depan mengenai hal yang ingin dicapai dalam pembinaan orang muda. Visi juga menyangkut siapakah orang muda, ke mana tujuan pembinaan mereka, bagaimana mencapai tujuan tersebut dan siapa yang bisa diajak bekerja sama. Jadi semua yang tercantum dalam PKPKM diharapkan menjadi visi pembinaan orang muda. Dalam Pertemuan Nasional Umat Katolik Indonesia (PNUKI) tahun 1984 dan Sidang Agung KWI - Umat Katolik tahun 1995, pembinaan orang muda mendapat perhatian. Bahkan dalam Sidang Sinodal KWI 1997 dinyatakan bahwa karya pastoral orang muda perlu ditingkatkan lagi. Secara lebih konkret minat dan perhatian kepada orang muda ini terusmenerus menjadi pokok utama pertemuan dan lokakarya para pembina orang muda di Paroki, Keuskupan, Propinsi Gerejawi dan Tingkat Nasional. Dengan demikian Gereja berperan serta dalam pembangunan nasional di bidang Pembinaan Generasi Muda seperti yang oleh Pemerintah waktu itu diamanatkan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sejak tahun 1988 Komisi Kepemudaan KWI telah mengadakan pertemuan-pertemuan tingkat nasional untuk para Ketua Komisi Kepemudaan 10
Keuskupan dan para Moderator yang menekankan orientasi kemasyarakatan dalam pembinaan Orang muda. Mengingat pentingnya perkembangan ini bagi Gereja dan masyarakat dan konsekuensinya bagi orang muda sendiri dan para pembinanya, Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM) 1986 dikaji dan dirumuskan kembali dalam Pertemuan Nasional III dan Rapat Kerja Ketua-Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan se-indonesia di Jakarta, pada 4-10 Februari 1992. Pada tahun 1997, PKPKM direvisi kembali dalam Pertemuan Nasional IV dan Lokakarya Ketua-Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan se-indonesia di Syantikara, Yogyakarta pada 20-25 Juli 1997. Selama kurun waktu 1997 hingga Pernas 2005, buku PKPKM menjadi acuan pastoral OMK Indonesia. Pada Pertemuan Nasional tahun 2005, dirasakan oleh para ketua komisi kepemudaan keuskupan-keuskupan bahwa PKPKM perlu diperbaharui agar mewadahi gerak pastoral OMK yang sangat pesat dengan aneka metode dan komunitas-komunitas baru yang berkembang. Sejak saat itu, pada pertemuanpertemuan Komisi Kepemudaan KWI yang dihadiri para ketua KomKep keuskupan, selalu diusulkan pembaharuan pedoman. Pada rapat kerja pleno Komisi Kepemudaan KWI tahun 2010 dan 2011 di Jakarta, berbagai usulan dan pemikiran mengenai draft pedoman ini dibahas bersama secara khusus. Usulan yang paling mendasar ialah bahwa harus ada kerangka pembinaan berciri Katolik yang jelas dalam terang sejarah penyelamatan Allah. Tanpa kerangka baru yang demikian, pedoman 11
akan susah dirumuskan karena setiap usulan bisa dimasukkan namun sekaligus bisa juga diabaikan. Tanpa kerangka kegembalaan yang berdasar Kitab Suci dan Tradisi Suci, serta ajaran Magisterium, maka pedoman dirasakan hanya seperti Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga organisasi massa belaka yang kering. Pembahasan-pembahasan menukik pada beberapa fakta iman dan pastoral yang penting: misteri inkarnasi, evangelisasi, aspek komuniter dan pengalaman nyata para pendamping pastoral OMK di lapangan dalam konteks Indonesia. Semua pertimbangan tersebut diperhatikan sepenuhnya dalam proses perumusan pedoman ini. Sementara sedang mencari kerangka bagi aneka usulan yang baik itu, teman-teman dari Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Filipina dengan rela hati mau membagikan kerangka pedoman pastoral OMK Filipina dalam buku Ka-Lakbay, Directory for Catholic Youth Ministry in the Philippines, Manila: Episcopal Commission, 2004. Kerangka dari buku itu menjadi acuan utama yang membuat semua bahan dari pedoman lama PKPKM dan segala usulan dari para pemerhati pastoral OMK Indonesia bisa dimasukkan dan ditempatkan. Untuk itu kami sangat bersyukur, dan berterima kasih kepada Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Filipina. Buku Pedoman Pastoral OMK Indonesia Sahabat Sepeziarahan ini ditujukan kepada semua pihak penentu kebijakan pastoral dan pembinaan OMK yaitu pembina dan pemerhati 12
orang muda di semua lingkup baik di tingkat nasional, Regio/Provinsi Gerejawi, Keuskupan, dekenat/kevikepan, Paroki, wilayah dan lingkungan komunitas, juga komunitas kategorial antar keuskupan, antar paroki maupun komunitas antar wilayah/lingkungan dalam Gereja Katolik. Di samping itu, para penanggungjawab pastoral OMK di lembaga-lembaga pendidikan umum Katolik, kemahasiswaan, komunitas kategorial/ wadah/organisasi orang muda kiranya perlu memperhatikan juga pedoman ini. Mereka hendaknya memahami isi pedoman ini dan memanfaatkannya dalam penyusunan program, dan ketika mengadakan pembinaan OMK dengan segala tahapannya. Pedoman ini bukanlah Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga suatu organisasi. Karena itu gaya penulisan pedoman ini bersifat naratif agar memunculkan inspirasi kegembalaan. Keuskupan-keuskupan dan komunitas atau kelompok kategorial OMK yang membutuhkan pedoman yang lebih khusus yang sesuai dengan keadaan dan cita-citanya dapat membuat pedoman tersendiri dengan merujuk pada pedoman ini. Komisi Kepemudaan KWI tetap terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan buku pedoman ini. Semoga buku pedoman ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sedemikian rupa secara kreatif, sehingga penggembalaan kita kepada OMK Indonesia semakin terpadu, berkelanjutan dan berbuah. Jakarta, 12 November 2014 Tim Perumus 13