BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

ISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan permasalahan yang akan dihadapinya (Syah, 2006: 1). Pentingnya

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB III METODE PENELITIAN. direncanakan terdiri dari dua siklus. Dalam Arikunto, Suharsimi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

TINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan topik yang tidak akan pernah habis dibahas dalam pendidikan di sekolah. Ini disebabkan oleh pentingnya peran prestasi belajar itu sendiri sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Terlepas dari hal tersebut, setiap orang tua mengharapkan prestasi belajar yang baik dari anaknya. Begitupun pihak sekolah guru dan siswa sendiri, turut mengharapkan ketercapaian prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mendapat pengajaran dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dapat diartikan pula sebagai sebuah cerminan dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar siswa, idealnya semakin baik pula prestasi belajar yang akan mereka raih. Karenanya, hasil prestasi belajar dapat menjadi salah satu acuan dalam menilai keberhasilan pembelajaran yang dialami siswa. Di lain sisi, Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyatakan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran IPA adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak serta berkomunikasi. Dan dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 pasal 21 ayat (2) diketahui bahwa pemerintah mengharapkan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya menulis dan membaca. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, ketercapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih belum memuaskan dan proses pembelajaran belum berjalan maksimal sebagimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan siswa sebesar 62 dan sebanyak 83% siswa kelas memiliki nilai di bawah KKM (KKM= 70); dalam mengukur prestasi belajar 1

2 tersebut guru menggunakan soal pilihan ganda dengan kategori aspek pengetahuan (C 1) hingga aspek penerapan (C 3) ; dan pada proses pembelajaran, guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang memfasilitasi siswa untuk aktif berinkuiri maupun mengembangkan budaya menulis dan membaca. Hasil angket pada studi pendahuluan terhadap kelompok sampel penelitian menunjukkan fakta bahwa 6% siswa menyatakan sangat suka membaca, 57% siswa menyatakan suka, 34 % cukup suka dan 3% menyatakan tidak suka. Aktivitas yang paling sering mereka lakukan seharihari adalah 31 % siswa menonton televisi, 34 % mendengarkan musik, 9 % masing-masing menyatakan sering bermain komputer dan bermain bola, hanya 3 % menyatakan membaca dan sisanya menjawab aktivitas yang lain. Jenis bacaan yang paling disukai berupa novel (16%), komik (7%) buku bertema olahraga (9%), cerita misteri (9%), cerita perang (9%), drama percintaan (7%), dan cerita rakyat (7%). Dan dari total siswa yang menjadi responden, hanya 2% siswa menyukai buku berjenis ensiklopedia. Sementara itu, dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa para siswa tidak menyukai buku pelajaran fisika karena bahasanya yang memusingkan dan membuat kepala terasa berat saat membacanya; para siswa jarang sekali membaca buku pelajaran secara mandiri meski guru terkadang mengintruksikan siswa untuk membaca materi selanjutnya terkait hal yang akan diajarkan. Sebagian siswa malas membaca karena tidak mau repot meminjam buku dari perpustakaan, sementara sebagian siswa lainnya menganggap toh materi tersebut juga nantinya akan diajarkan, sehingga mereka lebih memilih untuk menggerjakan berbagai tugas dari mata pelajaran lain yang waktunya lebih mendesak. Berdasarkan wawancara dengan guru, diketahui memang benar guru telah memberikan instruksi kepada siswa untuk membaca materi yang akan diajarkan selanjutnya, namun instruksi tersebut hanya berupa lisan dan tidak ada pemantauan atas keterlaksanaan kegiatan membaca.

3 Berdasarkan permasalahan dan temuan tambahan terkait aktivitas membaca siswa yang telah diuraikan di atas, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi, meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan aktivitas membaca, salah satunya yaitu model cooperative learning yang diintergrasi dengan reading task. bagi siswa Model cooperative learning menyediakan kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi dan membangun solidaritas. Selain itu, dalam cooperative learning siswa belajar bersama sebagai tim untuk menyelesaikan tugas ataupun permasalahan dengan menekankan pada keberhasilan kelompok. Keberhasilan ini tercapai jika semua anggota kelompok dapat mencapai tujuan dan memahami bahasan yang dipelajari. Alhasil cooperative learning diharapkan mampu memotivasi siswa untuk memaksimalkan belajarnya masing-masing, dan sejalan dengan proses pemaksimalan belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Melalui kajian empirik, penerapan model cooperative learning juga telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007). Fungsi pengintegrasian tugas membaca (reading task) secara umum untuk membiasakan siswa dengan aktivitas membaca, namun secara khusus tidak lain juga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Fang & Wei (2010) yang mengaitkan aktivitas membaca dengan prestasi belajar menunjukkan fakta bahwa prestasi belajar pada kelompok siswa dengan pembelajaran yang mengikutsertakan aktivitas membaca tambahan memperoleh ketercapaian yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang tidak menerapkan aktivitas ini. Namun, bertolak belakang dengan penemuan tersebut, hasil penelitian Hicok (2000) menunjukkan bahwa pengikutsertaan strategi membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karenanya peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai peningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task.

4 Meski sama-sama berupa tugas membaca, namun reading task dalam penelitian ini berbeda dengan penugasan membaca yang biasa diberikan oleh guru secara lisan. Pada reading task para siswa diminta untuk membaca lembar bacaan (reading sheet) yang telah disiapkan secara khusus oleh guru, selain itu mereka juga diharuskan mengerjakan soal-soal yang tercantum di dalamnya. Jenis soal yang tertera pada reading sheet mengharuskan mereka untuk mencari jawaban dengan menggunakan lembar bacaan maupun dengan menggunakan sumber bacaan lainnya. Jawaban soal kemudian dikumpulkan sebelum pembelajaran berikutnya dimulai. Untuk pengerjaannya, lembar ini dapat dibawa pulang oleh siswa. Melalui pemberian reading task yang didesain khusus ini, siswa jadi lebih memiliki modal pemahaman awal pada saat pembelajaran dimulai, dan sekaligus keterlaksanaan membaca siswa dapat dipantau. Selain itu, alasan dipilihnya pengintegrasian reading task pada cooperative leraning ini juga karena diketahui bahwa kelompok sampel penelitian memiliki minat yang besar dalam membaca, namun jenis bacaan yang mereka baca tidak mendukung dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Sangat disayangkan bila minat yang besar ini tidak dimanfaatkan. Secara umum, reading task memang sangat sederhana. Namun ciri utama dari reading task yang termasuk dalam keunggulannya adalah reading task mengedapankan penggunaan genre bacaan yang menjadi minat siswa. Melalui penyusunan genre bacaan yang disesuaikan dengan minat siswa dapat memperbesar peluang siswa memperoleh pemahaman sebagaimana yang guru harapkan. Dipilihnya jenis strategi yang sederhana ini ketimbang strategi membaca lainnya dikarenakan peneliti hanya hendak mengkhususkan pada peningkatan prestasi belajar siswa dengan memanfaatkan kegiatan membaca, bukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca. Berdasarkan semua uraian di atas penelitian ini diberi judul Penerapan reading task pada cooperative learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP pada mata pelajaran fisika.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task? Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegarasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Prestasi belajar yang diteliti yaitu komponen ranah kognitif dari Benyamin Bloom. Dari enam aspek yang dikemukakan Bloom, dalam penelitian ini hanya diteliti empat aspek yaitu; aspek pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), penerapan (C 3 ), dan analisis (C 4 ). Pemilihan aspek C 1 -C 4 ini berdasarkan hasil telaah kompetensi dasar pada materi yang digunakan. Kata operasional pada kompetensi dasar materi yang diajarkan adalah menyelidiki, sehinggga batas minimal aspek sebenarnya cukup hanya sampai aspek penerapan (C 3 ). Namun di sini peneliti memilih hingga sampai C 4, karena diketahui selama ini guru kelas pada sampel penelitian hanya menggunakan hingga sampai C 3 saja; peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan

6 positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> (Hake, 1998); D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah keberadaan penerapan reading task, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. E. Definis Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini : 1. Model Cooperative learning Model cooperative learning dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif jenis learning together yang dikembangkan oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di Universitas Minnesota, dimana kelompok-kelompok kecil heterogen yang terdiri dari 5-6 siswa secara bersama-sama sebagai tim menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan. Pengontrolan variabel ini dilakukan dengan cara mengukur keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa untuk setiap pertemuan. Keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa tersebut diobservasi dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model cooperative learning. Observasi dilakukan oleh dua orang observer pada setiap pertemuan pembelajaran, dengan cara membutuhkan tanda cheklist pada aktivitas guru dan siswa yang teramati. 2. Reading task Reading task merupakan tugas membaca tambahan yang didesain secara khusus oleh guru dimana siswa mendapatkan lembar bacaan (reading sheet) yang dapat dibawa pulang, membaca dan mengerjakan soal

7 di dalamnya, dan mengumpulkan hasil jawaban pertanyaan tersebut pada pertemuan mendatang saat tema materi yang sama dengan reading task akan diajarkan. Pengukuran persentase keterlaksanaan reading task dilakukan dengan menggunakan instrumen reading sheet yang mengikuti acuan penghitungan 1 bagi yang mengumpulkan dan 0 bagi bagi yang tidak mengumpulkan. Sementara penskoran jawaban reading sheet mengacu pada rubrik yang disusun oleh peneliti pada Lampiran. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa yang dilihat dari perolehan nilai pada ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), penerapan (C 3 ), dan analisis (C 4 ), menurut Bloom. Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan instrumen tes prestasi belajar berupa 28 soal pilihan ganda dengan masing-masing memiliki empat alternatif jawaban. Instrumen ini digunakan sebagai pretest dan post-test baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pre-test diberikan sebelum treatment dilakukan, sementara post-test diberikan setelah treatment. Ada-tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen diketahui melalui hasil uji hipotesis (uji Wilcoxon) dengan menggunakan data gain yang dinormalisasi (g) pada tiap kelompok. F. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan

8 penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task. 2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task. G. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Manfaat teoritis Memberikan masukan bagi peneliti lain mengenai peningkatan prestasi belajar yang dapat dilakukan melalui penerapan cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, memberikan pembelajaran alternatif yang dapat dijadikan cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Bagi siswa, diharapkan semakin menumbuhkan minat membaca. c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai sarana menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama kuliah. H. Hipotesis Penelitian Melalui pengkajian teori-teori terkait reading maupun cooperative learning, diketahui bahwa reading erat kaitannya dengan domain kognitif sedangkan cooperative learning. selain berkaitan dengan domain kognitif juga dapat mempengaruhi domain afektif siswa. Carpenter dan Just (1980) mengemukakan bahwa reading berkaitan dengan banyak proses diantaranya encoding, lexical access, assigning sematic roles, menghubungakan informasi dari suatu kalimat dengan informasi pada kalimat sebelumnya, sehingga berujung pada perolehan pemahaman. Sementara Clarke (2010) membagi

9 reading pada dua kemampuan utama saja yaitu decoding dan language comprehension. Semua proses maupun kemampuan tersebut erat dengan aspek kognitif. Binham (2012) di lain sisi mengemukakan bahwa membaca dapat memberikan manfaat terkait aspek kognitif seperti dapat melatih kemampuan berpikir, meningkatkan pemahaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Adapun cooperative learning seperti yang dikemukakan oleh Jhonson & Johnson (1994) memang bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik berupa pemahaman individu maupun kelompok. Lebih jauh, cooperative learning dapat memberikan manfaat terkait domain afektif yaitu mengembangkan rasa percaya diri, sensitivitas interpersonal dan menciptakan iklim memahami perspektif orang lain (Slavin, 2009). Hasil pengkajian secara empirik mendapati bahwa penelitian Hicok (2000) yang mengikutsertakan aktivitas membaca menunjukkan bahwa aktivitas membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes prestasi belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Meski demikian, berbeda dengan Hicok, banyak hasil penelitian lain (Ireland, 1987; Radcliffe, 2008; Fang & Wei, 2010; Larson, 2012; Desi, 2013; Komalasari, 2013) justru menunjukkan temuan yang menyatakan bahwa penambahan aktivitas membaca dapat signifikan meningkatkan prestasi belajar pada kelompok eksperimen. Penelitian lainnya yang menerapkan model cooperative learning juga menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007). Atas dasar terdapat banyaknya kesuksesan penelitian yang menerapakan tugas membaca dan model cooperative learning tersebut dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task.