BAB I PENDAHULUAN. menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlu mendapatkan perhatian serius dari segenap elemen bangsa. Ancaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

DINAMIKA FAKTOR-FAKTOR RESILIENSI PADA MANTAN PECANDU NARKOBA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi RANI PUTRI SARI PURBA

PEDOMAN WAWANCARA. b. Pengendalian Impuls 1. apa yang responden lakukan jika teringat pada kenikmatan melakukan ritual-ritual penggunaan narkoba

BAB II LANDASAN TEORI. semula (Poerwadarminta, 1982). Menurut Reivich & Shatte (2002) resiliensi

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. (KAPUSLITDATIN BNN) Darwin Butar Butar pada tahun 2013 dalam acara

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian


BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN. laporan kinerja BNN pada tahun 2015 dimana terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu. Humas Badan Narkotika Nasional RI (2016) telah

DRUG ABUSE KELOMPOK 5

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba, khususnya di Indonesia, saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan dan ketergantungan NAZA (Narkotika, alkohol dan zat

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROFIL RESILIENSI MANTAN PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Balai Besar Rehabilitasi Narkoba, BNN, Lido)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MANTAN PECANDU UNTUK KEMBALI MENYALAHGUNAKAN NARKOBA (RELAPS) TESIS NAMA: NURMIATI HUSIN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. untuk pengendalian dan pencegahan infeksi HIV/AIDS bagi pengguna

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Optimisme..., Binta Fitria Armina, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal, yaitu dan tahun (Monks, dkk.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dari golongan ekonomi kelas atas saja, tapi juga sudah masuk kedalam

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB I PENDAHULUAN. dan obat-obatan terlarang). Kepolisian dan masyarakat, sekarang sedang gencargencarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. NARKOBA adalah singkatan Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dilaksanakan bagi pengguna narkoba. Zat yang terkandung dalam obat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1.a Peta jalur peredaran narkoba Sumber :

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

Bab I Pendahuluan. Universitas Indonesia

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BABI. Pada masa sekarang, diketahui bahwa banyak sekali larangan dan. himbauan yang berupa tulisan maupun lisan, baik di media cetak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN CRAVING PADA PECANDU NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. diwarnai dengan berbagai macam emosi, baik itu emosi positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 15% dari seluruh kanker pada wanita. Di beberapa negara menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. elektronik setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2012 terjadi kejahatan setiap 91

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) termasuk salah satu

Transkripsi:

12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dekade terakhir ini, penyalahgunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman nasional yang perlu diperhatikan secara seksama dan multidimensional, baik ditinjau dari segi mikro (keluarga) maupun makro (ketahanan nasional). Hal ini semakin mengkhawatirkan dengan dampak buruk ekonomi dan sosial yang besar. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia menunjukkan adanya kecenderungan yang terus meningkat, peningkatan yang terjadi tidak saja dari jumlah pelaku tetapi juga dari jumlah narkoba yang disita serta jenis narkoba (Mabes Polri, dalam Badan Narkotika Nasional, 2009). Hasil temuan Badan Narkotika Nasional (BNN) sampai pada tahun 2008, tercatat sebanyak 175.535 orang jumlah tersangka pengguna narkoba di Indonesia, dengan persentase kenaikan jumlah tersangka rata-rata 52,8% tiap tahunnya (Dit IV/Narkoba, 2009). Kepala Direktorat IV Narkoba, Badan Reserse Kriminal Polri Brigadir Jenderal (Pol) Indradi Thanos mengatakan, sejak 2005 Indonesia menjadi pasar sabu tiga besar dunia, selain China dan Amerika Serikat. Perubahan dari negara transit menjadi negara tujuan berlangsung dalam dua tahun (Ariesta, 2010).

13 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1982) narkoba adalah akronim dari Narkotika dan Obat Berbahaya. Narkoba mempunyai banyak macam, bentuk, warna dan pengaruh terhadap tubuh. Akan tetapi dari sekian banyak macam, bentuk dan lain-lain tersebut narkoba mempunyai banyak persamaan. Salah satunya adalah sifat ketergantungan terhadap obat tersebut. Sifat ketergantungan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam dampak yang merugikan akibat dari adanya pengaruh zat-zat yang terkandung didalam zat narkotik tersebut (Adisti, 2007). Darmono (2009) menyatakan penggunaan narkoba sangat membahayakan karena dapat mempengaruhi pikiran yang menyebabkan korban tidak sadar apa yang sedang dilakukannya. Karena efeknya yang menyebabkan adiksi maka obat tersebut harus dikonsumsi terus-menerus oleh penderita kecanduan, semakin lama semakin meningkat dosisnya. Apabila hal tersebut tidak segera ditangani akan menyebabkan overdosis yang berakhir dengan kematian si penderita. Sasangka (2003) menyatakan penggunaan narkoba menimbulkan efek ketergantungan baik ketergantungan fisik maupun psikologis. Ketergantungan fisik terlihat pada saat penghentian penggunaan narkoba. Penghentian penggunaan narkoba ini akan menimbulkan gejala-gejala abstinensi (suatu rangkaian gejala yang hebat karena pemakaian obat dihentikan). Misalnya pada obat-obatan turunan morfin akan mengakibatkan ketakutan, berkeringat, mata berair, gangguan lambung dan usus, sakit perut dan lambung, tidak bisa tidur dan sebagainya. Gejala-gejala abstinensi tersebut hanya dapat diatasi jika

14 menggunakan narkoba yang sejenis. Keadaan tersebut bisa menimbulkan kematian. Rasa khawatir yang mendalam akan timbulnya gejala-gejala abstinensi mendorong seseorang menggunakan narkoba lagi. Hal ini dirasakan oleh salah seorang pecandu narkoba P (27 tahun) yang diwawancarai oleh peneliti:...gimana ya mbak...kalo pagi itu kira-kira jam 2 ato jam 3 mau minta badan ini. Kadang gak ngerti mata ini langsung terbuka sendiri, langsung kepikiran obat, obat aja di otak ini. Karena kalo gak ada bisa sakaw, kalo dah sakaw menderita kalilah rasanya mbak badan ini keringatan terus padahal tidur di bawah kipas, gemetaran, bolak-balik ke kamar mandi karena mules perut, gak tenanglah pokoknya, tulang-tulang ini kayak digigit-gigit rasanya. Kalo dah malam kayak gitu mau cari obat kemana? Makanyalah mbak ini aku beli sekarang buat persediaan aja nanti malam... (Komunikasi Personal, 5 Oktober 2010) Ketergantungan psikologis terjadi ketika pengguna narkoba ingin menghindari persoalan hidup yang dihadapi dan melepaskan diri dari suatu keadaan atau kesulitan hidup. Kesulitan hidup tersebut dapat berupa tekanan ekonomi, konflik dalam keluarga, masalah pekerjaan, atau masalah-masalah lain yang dapat menimbulkan stres. Keadaan tersebut terus-menerus terjadi atau berulang kembali. Akibatnya pengguna narkoba tergantung dengan narkoba yang dikonsumsinya. Penggunaan yang semula dalam waktu-waktu tertentu, akhirnya menjadi kebiasaan yang tidak bisa dilepaskan (Sasangka, 2003). Sasangka (2003) menyatakan penggunaan narkoba juga berpengaruh terhadap masayarakat luas, antara lain: meningkatnya kriminalitas atau gangguan kamtibmas, menyebabkan timbulnya kekerasan baik terhadap perorangan maupun perkelompok, timbulnya usaha-usaha yang bersifat ilegal dalam masyarakat,

15 banyaknya kecelakaan lalu lintas, menyebarkan penyakit tertentu lewat jarum suntik yang dipakai oleh pecandu (HIV/AIDS, Hepatitis B, Hepatitis C, dll). Melihat begitu besarnya efek dari penggunaan narkoba bagi individu itu sendiri maupun bagi masyarakat luas, pemerintah dalam Undang-Undang Narkotika pasal 45 mewajibkan pecandu untuk menjalani pengobatan dan perawatan melalui fasilitas rehabilitasiilitasi. Rehabilitasiilitasi dilakukan dengan maksud untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penderita yang bersangkutan (Supramono, 2004). Salah satu cara untuk memulihkan pecandu narkoba adalah dengan terapi, namun terapi terhadap kasus penyalahgunaan narkoba sering kali tidak membawa hasil. Kadang-kadang justru pasien yang diterapi kembali ke panti rehabilitasiilitasi dalam keadaan lebih parah. Seseorang yang sudah dinyatakan pulih seringkali kambuh karena terpengaruh dari lingkungan (Sasangka, 2003). Seperti hasil kutipan wawancara dengan salah seorang mantan pecandu narkoba, yaitu H (38 tahun):...kalau berhenti tidak menggunakan setiap orang sebenarnya bisa tetapi mempertahanakan agar tetap bersih itu yang paling sulit. Banyak yang sudah keluar dari rehabilitasi kembali pake lagi karena mereka sugesti, ketemu dengan teman-temannya sesama pemakai, dan kegiatan yang kurang. Kalau memang mau benar-benar bersih harus ada banyak kegiatan biar sibuk dan jauhi lingkungan pemakai... (Komunikasi personal, 12 September 2010) Thombs (dalam W.Amita, 2001) menyatakan bahwa seorang pecandu narkoba tidak mampu melewati stres dan tekanan atas simptom disfungsi otak

16 seperti penurunan daya ingat, penurunan daya konsentrasi serta sugesti (physical craving) yang dialaminya. Sebagian dari mereka juga sering merasa kesulitan memaksimalkan perawatan yang mereka jalani dan merasa tidak yakin bahwa mereka dapat pulih dan terlepas dari ketergantungan narkoba yang ia alami. Seperti hasil kutipan wawancara dengan salah seorang mantan pecandu narkoba, yaitu N (20 tahun):...selama ini rasa percaya diri saya selalu kurang, takut bertemu dengan orang, selalu merasa curiga kepada setiap orang yang belum saya kenal, padahal saya hampir 3 tahun tidak menggunakan obat-obatan lagi. Namun di masa antara 2 tahun pertama tersebut memang ada lebih kurang 3 kali saya kembali terpleset menggunakan obat-obatan tersebut karena saya bergaul kembali dengan teman-teman saya yang menggunakan... (dalam Willy, 2005). Kunci keberhasilan untuk lepas dari kecanduan narkoba terletak dalam diri pecandu itu sendiri. Willy (2005) menyatakan niat merupakan modal yang sangat luar biasa. Niat tersebut harus dijalankan bagaimanapun risikonya. Kesulitan untuk berhenti merupakan problema yang terberat bagi seorang pecandu, apalagi yang ketergantungannya parah, karena mereka mempunyai sugesti yang sangat kuat untuk selalu menggunakan. Untuk itu sebelum benar-benar lebih parah akibatnya, sangat baik jika ada niat berhenti total. Seperti pengakuan Ari Lasso di suatu media massa, seorang penyanyi yang juga adalah mantan pecandu narkoba:...hingga saya sampai pada satu titik balik. Saya menyadari bahwa semua yang saya dapat ini tidak akan ada artinya bila diri kita sendiri hilang. Kita tidak tahu siapakah diri kita yang sesungguhnya, apakah ini yang kita citacitakan, apakah ini yang kita cari sesungguhnya dalam hidup kita. Dulu saya enggak sembuh-sembuh karena belum punya niat yang kuat... (Erviani, 2007).

17 Proses pemulihan pecandu narkoba bukanlah suatu proses yang singkat dan dapat dilakukan dengan mudah. Sebelum benar-benar dikatakan lepas dari narkoba maka dalam perjalanannya ada saat-saatnya pecandu relapse. Relapse adalah kembali pada perilaku sebelumnya, dalam hal ini menggunakan narkoba. Relapse sangat tinggi kemungkinannya terjadi pada minggu atau bulan pertama berhenti dari penggunaan narkoba (Sarafino, 2006). Beberapa hal yang dapat menyebabkan seorang pecandu relapse adalah tekanan psikologis, masalah keluarga, sakit yang dihubungkan dengan masalah medis, hubungan sosial (seperti bertemu dengan teman lama yang merupakan pengguna), atau lingkungan (seperti melintasi jalan tempat biasanya menggunakan narkoba), berhadapan dengan objek, atau bahkan mencium bau yang behubungan dengan obat-obatan dapat mempengaruhi seseorang relapse, persentasi kemungkinan pecandu narkoba relapse adalah antara 40% sampai 60% (National Institute on Drug Abuse, 2009). Hasil penelitian dari Curry & McBride, 1994; Ossip-Klein, 1986 (dalam Sarafino, 2006) menyatakan perkiraan relapse terjadi bervariasi mulai dari 50% sampai 80 %, tergantung banyak faktor meliputi metode yang digunakan untuk berhenti, seberapa parah tingkat penggunaannya, dan lingkungannya. Selain hal-hal di atas Witkiewitz & Marlatt (dalam Sarafino, 2006) menyatakan beberapa hal yang menyebabkan pecandu relapse adalah self-efficacy rendah, reinforcement kenikmatan, craving yang tinggi (sugesti yang sangat kuat

18 untuk selalu menggunakan), motivasi yang rendah, hubungan interpersonal yang tidak baik, emosi negatif dan koping yang buruk (Sarafino, 2006). Russel et al., 2001 (dalam Sarafino, 2006) perbedaan dari pengguna yang dapat berhenti dan tidak dapat berhenti adalah mereka yang berhasil berhenti memiliki self-esteem yang lebih tinggi, memiliki pengalaman intoksikasi yang lebih sedikit, dan memiliki jaringan sosial yang sedikit dengan para pengguna. Menurut World Health Organization (WHO) (dalam Konsensus, 2002), seseorang dikatakan pulih dari ketergantungan narkoba apabila sudah bebas atau bersih dari narkoba selama minimal 2 (dua) tahun. Tidak semua pecandu narkoba berhasil pulih dan mendapat gelar menjadi mantan pecandu narkoba. Seperti hasil kutipan wawancara dengan salah seorang mantan pecandu narkoba, yaitu E (38 tahun):...sedikit yang berhasil bebas dari narkoba dan tetap bertahan, kami saja dari sepuluh orang yang direhabilitasi kemaren cuma dua orang yang berhasil, yang lainnya balik lagi kayak dulu, bahkan ada yang tambah parah. Bersih dari obat setelah direhabilitasi gak otomatis membuat kita bersih selamanyaa trus lepas dari narkoba begitu saja. Justru masa-masa mempertahankan untuk tetap bersih dari obat di tengah-tengah lingkungan yang bebas, gak kayak di rehab dulu ini, yang paling sulit. Adakalanya memang jatuh balik lagi make tapi pecandu harus tetap punya satu harapan bahwa dia bisa lepas dari narkoba, kalo gak bisa tambah parah. Karena waktu kita bolak-balik pngen berhenti tapi bolak-balik juga gak berhasil bisa buat kita stres sendiri dan malas untuk berusaha lagi. Kalo udah gitu, ya udahlah mau kekmana lagi balik lagi make merupakan kemungkinan yang udah gak terelakkan. Abang aja udah berapa kali relaps, tapi terus coba lagi sampe akhirnya sekarang bisa gak pake lagi... ( Komunikasi Personal, 6 September 2010). Pengguna narkoba harus berjuang keras untuk bisa tetap bertahan tidak menggunakan narkoba di tengah-tengah banyaknya godaan yang memicu mereka

19 relapse. Kemampuan seseorang untuk tetap berdiri teguh di tengah-tengah banyaknya kesulitan yang dihadapinya ini disebut dengan resiliensi. Menurut Reivich dan Shatte (2002) resiliensi terdiri dari tujuh faktor yakni, regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, causal analysis, efikasi diri, dan reaching out. Reivich & Shatte (2002) menyatakan regulasi emosi adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan. Regulasi emosi erat kaitannya dengan pengendalian impuls. Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Pengendalian impuls berhubungan dengan empati, orang dengan pengendalian impuls rendah akan sulit untuk berempati dengan orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. Faktor-faktor resiliensi lainnya adalah optimise. Optimisme yang dimiliki oleh seorang individu menandakan bahwa individu tersebut percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini juga merefleksikan Self-Efficacy yang dimiliki oleh seseorang, yaitu kepercayaan individu bahwa ia mampu menyelesaikan permasalahan yang ada dan mengendalikan hidupnya. Individu yang resilien juga memiliki fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasikan semua penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka, tanpa terjebak

20 pada salah satu gaya berpikir explanatory. Gaya berpikir mempengaruhi bagaimana pencapaian individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya. Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa disebut dengan reaching out. Faktor-faktor resiliensi ini sebenarnya dimiliki oleh setiap orang namun yang membedakan antara satu orang dengan yang lainnya adalah bagaimana orang tersebut mempergunakan dan memaksimalkan faktor-faktor dalam dirinya sehingga menjadi sebuah kemampuan yang menonjol (Reivich & Shatte, 2002). Berdasarkan penelitian Reivich dan Shatte selama lima belas tahun di universitas Pennsylvania, faktor-faktor resiliensi dapat membantu pemulihan seseorang dari adiksi. Dengan adanya faktor-faktor resiliensi dalam diri seorang pecandu narkoba, maka hal ini akan membantu mereka untuk bertahan menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami, masa-masa krisis, dan mengatasi hal-hal yang dapat memicu stres pada saat dalam proses pemulihan. Selain itu juga memberikan kemampuan untuk bangkit lebih baik melebihi keadaan sebelumnya (Reivich dan Shatte, 2002). Selain itu, faktor-faktor resiliensi ini juga memberikan kemampuan pada pecandu narkoba dalam membuat keputusan secara cepat dan tabah dalam keadaan yang kacau atau masalah-masalah kehidupan yang dialaminya. Faktorfaktro resiliensi ini memampukan mereka untuk mengatasinya dengan damai, humor, dan optimis (Reivich & Shatte, 2002). Dengan masalah-masalah yang dihadapi pecandu narkoba, banyak yang relapse tetapi dengan kegigihan dan rasa optimis dalam dirinya ada juga yang

21 bangkit dari masalah dan keluar dari belenggu narkoba. Tidak hanya keluar dari belenggu narkoba tetapi juga menjadi orang yang berguna bagi masyarakat bahkan menjadi motivator dan inspirator bagi teman-temannya yang mengalami hal sama dengan dia sebelumnya. Hal ini seperti yang dialami oleh A (41 tahun), salah seorang mantan pecandu narkoba yang telah menikmati kehidupannya tanpa narkoba. Ia sekarang bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam pengurangan dampak buruk bahaya narkoba dan pencegahan HIV Aids. Berikut adalah kutipan hasil wawancara dengan A:...teman-teman yang lain banyak yang bilang, untuk apa berhenti toh nanti gak ada kerjaan, mana ada lagi orang yang percaya sama pecandu. Kalo didengerin ya emang gak bakalan bisa lepas, abang sih mikirnya kalo gini terus mau jadi apa. Makanya abang tetap punya harapanlah untuk hidup lebih baik lagi, setidaknya gak jadi budak obat lagi.. (Komunikasi Personal, 5 Oktober 2010) Untuk melihat faktor-faktor resiliensi dalam diri mantan pecandu narkoba maka peneliti memilih mantan pecandu narkoba dewasa awal yang berusia antara 25-50 tahun. Peneliti membuat batasan usia ini karena pada usia ini merupakan usia produktif dari seorang individu untuk bekerja, bebas dari tanggungan orang tua, bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri (Papalia, Wendkos, Duskin, 2007). Selama hampir lima belas tahun di universitas Pennsylvenia Reivich dan Shatte sudah membuktikan manfaat dari resiliensi dalam kehidupan melalui sebuah penelitian yang dilakukannya bersama rekan-rekannya. Reivich dan Shatte menemukan bahwa resiliensi merupakan salah satu faktor penting untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, mereka mengembangkan suatu

22 metode untuk memperkaya kapasitas resiliensi diri seseorang untuk meraih tujuan hidup mereka (Reivich dan Shatte, 2002). Faktor-faktor resiliensi ini juga memberikan kemampuan untuk meraih level tertinggi dalam suatu pekerjaan, mengalami kepenuhan, hubungan yang penuh kasih, meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan anak-anak yang sukses. Hal ini memungkinkan seseorang untuk mendapatkan pekerjaan yang dibutuhkan dan dapat menikmati kebahagiaan bersama keluarga. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana dinamika faktor-faktor resiliensi pada mantan pecandu narkoba. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran faktor-faktor resiliensi pada mantan pecandu narkoba. Hal ini dapat dilihat dari tujuh faktorfaktor resiliensi, yakni regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, causal analysis, efikasi diri, dan reaching out. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktorfaktor resiliensi pada mantan pecandu narkoba. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian ini adalah:

23 1. Secara teoritis, menjadi masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu psikologi terutama di bidang klinis, khususnya mengenai dinamika faktorfaktor resiliensi pada mantan pecandu narkoba. 2. Secara praktis, diharapkan dapat membantu para pecandu narkoba agar dapat melihat manfaat faktor-faktor resiliensi dalam diri pecandu narkoba untuk dapat pulih dari kecanduannya. 3. Bagi tempat rehabilitasi, diharapkan dapat melihat pentingnya melatih faktor-faktor resiliensi ini dalam diri seorang pecandu narkoba untuk membantu proses pemulihan mereka dan membekali mereka untuk tetap bertahan setelah keluar dari tempat rehabilitasi. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah: BAB I : Pendahuluan Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian serta sistematika penulisannya. Bab II : Landasan Teori Berisikan teori teori yang menjelaskan data penelitan yaitu teori tentang resiliensi dan narkoba Bab III : Metode Penelitian

24 Berisi mengenai metode penelitian yang berisikan tentang metode kualitatif, metode pengumpulan data, karakteristik responden, alat bantu pengumpulan data, teknik pengambilan data, prosedur penelitian dan pengolahan data