TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN POPULASI TANAMAN JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI SIDRAP

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

Efisiensi Pemupkan Nitrogen pada Beberapa Varietas Jagung di Gowa Sulawesi Selatan

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK SAPI PADA LAHAN SUB OPTIMAL. Ballitsereal Maros 2) BPTP Nusa Tenggara Timur ABSTRAK

SISTEM PERTANAMAN DAN PRODUKSI BIOMAS JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK

EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia

PENGEMBANGAN JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN. Balai Penelitian Tanaman Serealia 2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DENGAN SISTEM TANAM DI LAHAN KERING

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

PENAMPILAN GALUR-GALUR JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

KERAGAAN AGRONOMI VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LOKASI SL-PTT JAGUNG DI KABUPATEN TAKALAR

TEKNIK PEMUPUKAN N DENGAN MENGGUNAKAN BWD PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DAN JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

Pengaruh Pupuk N, P, K terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung Hibrida dan Komposit pada Tanah Inseptisol Endoaquepts Kabupaten Barru Sulawesi Selatan

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSIDING SEMINAR HASIL PENELITIAN/PENGKAJIAN BPTP KARANGPLOSO

KAJIAN SISTEM TANAM JAGUNG UMUR GENJAH MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

RINGKASAN Maspeke, S. P dan Nurdin

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

POTENSI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DAN LIMBAHNYA SEBAGAI PAKAN TERNAK DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEJUTA SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Pedoman Umum. PTT Jagung

PELUANG DAN MASALAH PENGEMBANGAN JAGUNG PADA LAHAN KERING DENGAN PTT JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. M. Arsyad Biba Balai Penelitian Tanaman Serealia

INTERAKSI TAKARAN PUPUK NITROGEN DAN PERIODE SIMPAN TERHADAP MUTU BENIH JAGUNG. Oom Komalasari dan Fauziah Koes Balai Penelitian Tanaman Serealia

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Jagung Manis Varietas Bonanza. : Dikembangkan oleh Departemen Pendidikan dan Pengembangan PT. East West Seed Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT DI TINGKAT PETANI LAHAN KERING KABUPATEN BLORA

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

Pengembangan Jagung Varietas Lokal Sumenep

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG DI LAHAN KERING DATARAN TINGGI BERIKLIM BASAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di dunia. Hal itu dikarenakan jagung memiliki nilai gizi yang

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

PEMANFAATAN JERAMI JAGUNG FERMENTASI PADA SAPI DARA BALI (SISTEM INTEGRASI JAGUNG SAPI)

Abstrak. Kata kunci : Jagung hibrida, Sistem tanam, Varietas. Pendahuluan

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

I. Pendahuluan. II. Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

PENGARUH HUMIC ACID TERHADAP EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PUPUK NPK SUPER PADA TANAMAN JAGUNG. Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

ZUBACHTIRODIN DAN SUBANDI: EFISIENSI PUPUK N, P, DAN K PADA JAGUNG

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

Lampiran 1. Hasil Analisis Tanah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

KELAYAKAN BUDIDAYA JAGUNG DAN TERNAK SAPI SECARA TERINTEGRASI DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG TERHADAP KOMPONEN TEKNOLOGI PETANI PADA LAHAN SAWAH di KABUPATEN GOWA DAN TAKALAR

Sumber : Lampiran SK Menteri Pertanian No.76/Kpts/SR.120/2/2007, tanggal 7 Pebruari 2007.

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

DAFTAR PUSTAKA Lampiran 1. Bagan penelitian

Lampiran 1. Hasil analisis tanah awal

REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Transkripsi:

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian ini adalah untuk melihat jarak tanam dan waktu panen yang paling tepat untuk mendapatkan produksi biomas.percobaan ini dilaksanakan di Instalasi KP. Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, MK 2008. Varietas yang digunakan QPM Srikandi kuning, dengan menggunakan Rancangan Split Plot dengan tiga ulangan. Sebagai petak I (vertikal) adalah jarak tanam dan jumlah tanaman/lubang (populasi), 75 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (200.000 tanaman/ha), 60 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (250.000 tanaman/ha),50 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (300.000 tanaman/ha), 40 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (375.000 tanaman/ha), sedangkan petak II (horisontal) adalah umur panen biomas :50 hst, 60 hst,70 hst. Tidak ada interaksi antara jarak tanam dan waktu panen untuk hasil terhadap tinggi tanaman dan bobot biomas segar jagung.jarak tanam 75 x 20 cm dengan waktu panen 60 hst memberikan bobot biomas yang tertinggi sebesar 45,9 ton kg/ha disusul oleh jarak tanam 40 x 20 cm dengan waktu panen 60 hst sebesar 45,60 /ha.daun jagung memberikan kualitas pakan yang lebih baik dengan serat kasar yang terendah sebesar 20,30 % dibandingkan klobot dan batang. Kata Kunci : Teknologi, Jagung, Biomas PENDAHULUAN Di Indonesia, Jagung merupakan sumber bahan pangan penting setelah beras. Selain sebagai bahan pangan, jagung juga banyak digunakan sebagai bahan pakan ternak. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan jagung juga semakin meningkat, namun tidak diikuti oleh peningkatan produksi sehingga terjadi kekurangan setiap tahunnya sebesar 1,3 juta ton yang harus dipenuhi melalui impor (Departemen Pertanian 2002). Kedepan, peranan jagung menjadi semakin strategis karena disamping terkait dengan penyediaan bahan pangan sumber karbohidrat yang semakin berat apabila hanya banyak bertumpu kepada beras, juga akan terkait penting dengan industri peternakan dalam negeri yang dewasa ini terus diupayakan pengembangannya. Sampai dengan tahun 2005, Indonesia diperkirakan masih mengalami kekurangan daging sapi sebanyak 0,8 juta ton (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2004), sehingga pemerintah telah dan akan terus meningkatkan produksi daging sapi nasional. Didalam meningkatkan produksi sapi, penyediaan pakan dalam jumlah cukup dan kualitas yang memadai harus mendapat perhatian yang besar, sebab (a) kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidaktepatan tata-laksana pakan dan kesehatan, serta (b) penyediaan pakan menempati pangsa terbesar dalam biaya pemeliharaan ternak (Kushartono 2001). Ketersedian hijauan pakan berkualitas, terutama pada musim kemarau merupakan salah satu kendala dalam pengembangan ternak (rumainansia). Menurut Soeharsono (2003) seekor sapi potong dengan bobot badan rata-rata 300 kg membutuhkan 40 kg 177

biomas pakan segar per harinya. Salah satu hijauan yang potensial untuk dikembangkan sebagai bahan pakan adalah biomas jagung. Biomas jagung terutama tanaman berumur muda mempunyai kandungan protein kasar yang lebih baik dengan serat kasar yang lebih rendah dibanding jerami padi sehingga sangat baik langsung digunakan untuk pakan ternak (Arifin 2003). Biomas hijau tanaman jagung mempunyai nilai total nutrisi tercerna 60 75% dan kandungan protein 11-15% bahkan untuk jagung QPM kandungan protein kasar mencapai 13,5 % (Cardova 2001). Untuk mendapatkan produksi biomas yang tinggi diperlukan pengelolaan tanaman yang optimal antara lain dengan meningkatkan populasi tanaman. Populasi tanaman untuk biomas lebih padat dibanding dengan untuk produksi biji. Populasi optimal untuk produksi benih adalah 66.667 tanama/ha akan tetapi hasil penelitian Akil et al. 2004 menunjukkan bahwa untuk produksi biomas segar masih berkorelasi linear kepadatan populasi sampai pada 200.000 tanaman/ha. Oleh karena itu masih ada peluang peningkatan produksi biomas dengan meningkatkan kepadatan populasi diatas 200.000 tanaman/ha. Peningkatan konsumsi daging seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk menyebabkan pengembangan ternak rumaninsia juga semakin meningkat, hal ini berdampak terhadap ketersediaan pakan. Akhir-akhir ini permintaan biomas jagung cacah semakin meningkat untuk kebutuhan peternak lokal Adanya potensi lahan cukup luas di lahan marginal dan lahan sawah tadah hujan yang dapat dijadikan pengembangan jagung biomas diintegrasikan dengan pengenbangan ternak dalam system crop live stock. BAHAN DAN METODE Percobaan ini dilaksanakan di Instalasi KP. Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, MK 2008. Varietas yang digunakan QPM Srikandi kuning, dengan menggunakan Rancangan Split Plot dengan tiga ulangan. Sebagai petak I (vertikal) adalah jarak tanam dan jumlah tanaman/lubang (populasi), sedangkan petak II (horisontal) adalah umur panen biomas, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: Petak vertikal (jarak tanam dan jumlah tanaman/lubang, populasi) 1. 75 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (200.000 tanaman/ha) 2. 60 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (250.000 tanaman/ha) 3. 50 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (300.000 tanaman/ha) 4. 40 cm x 20 cm, 3 tanaman/lubang (375.000 tanaman/ha) Petak horisontal (waktu panen biomas) a. 50 hst b. 60 hst c. 70 hst Benih ditanam 4 biji/lubang, pada umur 6 HST diperjarang sesuai dengan populasi perlakuan. Sebelum tanam, benih dicampur dengan saromil untuk mencegah penyakit bulai dengan takaran 2,5 g/kg benih. Pada saat tanaman, lubang tanam diberi furadan 10 kg/ha. Semua petak diberi pupuk dengan takaran 400 kg urea, 100 kg SP 36 dan 75 kg KCl/ha. Sepertiga takaran pupuk urea dan seluruh pupuk SP 36 dan KCl diberikan pada 7 hst, dan sisa N (2/3 dari takaran) pada 35 hst. Ukuran anak petak adalah 6 m x 4 m. 178

Data yang dikumpulkan 1. Tinggi dan diameter batang tanaman saat panen 2. Bobot biomas segar (t/ha) 3. Bobot 100 biji 4. Hasil t/ha 5. Analisis kandungan protein dan serat kasar biomas HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah di lokasi percobaan menunjukkan bahwa tanah liat berdebu dengan kadar N tergolong rendah, P sangat tinggi dan K tergolong sedang. Kandungan bahan organik dikategorikan rendah (Tabel 1). Tabel 1. Hasil analisis tanah sebelum penelitian di KP. Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, 2008. Macam penetapan Nilai Kriteria Tekstur : Liat berdebu Liat (%) Debu (%) Pasir (%) ph H 2 O (1 : 2,5) ph KCl (1 : 2,5) C Organik (%) N-total (%) C/N P-Bray I (ppm) Kdd (me/100 g) Ca dd (me/100 g) Mg dd (me/100 g) Na dd (me/100 g) H + (me/100 g) Nilai Tukar karion (me/100 g) 47 42 11 6,52 5,59 1,09 0,15 8,14 63,14 0,44 18,45 3,93 0,46 0,02 30,35 Netral Rendah Rendah Sangat Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Kejenuhan Basa (%) 100 Sangat tinggi Dalam hal pertumbuhan tanaman, faktor genetik nampaknya lebih besar pengaruhnya dibandingkan populasi tanaman dan lingkungan. Hal ini terlihat dari hasil tinggi tanaman di mana tidak ada pengaruh interaksi antara jarak tanam dan waktu panen. Rata-rata tanaman tertinggi diperoleh pada jarak tanam 75 x 20 cm dan waktu panen 60 hst dengan tinggi tanaman sebesar 241,7 cm. Sedangkan yang terendah diperoleh pada jarak tanam 40 cm x 20 cm sebesar 230,1 cm dan waktu panen 50 hst sebesar 221,8 cm (Tabel 2). 179

Tabel 2. Interaksi waktu panen dan jarak tanam terhadap tinggi tanaman jagung, Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, 2008. Jarak tanam Tinggi tanaman (cm) Rata-rata 50 hst 60 hst 70 hst 75 cm x 20 cm 60 cm x 20 cm 50 cm x 20 cm 40 cm x 20 cm 228,75 tn 224,16 217,49 216,71 246,4 tn 245,3 240,4 235,0 249,9 tn 237,1 240,5 238,4 241,7 a 235,5 a 232,7 a 230,1 b Rata-rata 221,8 241,4 241,7 234,9 KK = 3,7 % tn = tidak nyata Hasil analisis terhadap diameter batang menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jarak tanam dan waktu panen yang berbeda. Rata-rata diameter batang yang tertinggi diperoleh pada jarak tanam 75 x 20 cm sebesar 14,86 cm dan waktu tanam 60 hst sebesar 14,59 cm (Tabel 3). Tabel 3. Interaksi waktu panen dan jarak tanam terhadap diameter batang jagung, Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, 2008. Jarak tanam Diameter Batang (cm) Rata-rata 50 hst 60 hst 70 hst 75 cm x 20 cm 60 cm x 20 cm 50 cm x 20 cm 40 cm x 20 cm 15,08 14,73 14,01 14,47 15,09 15,31 13,97 14,39 14,42 14,07 13,62 14,12 14,86tn 14,70 13,87 14,33 Rata-rata 14,57 14,59 14,06 14,44 tn = tidak nyata Dari data Tabel 4 dapat dilihat bahwa total bobot biomas segar jagung yang dipanen pada umur 50 hst, 60 hst, dan 70 hst tidak memperlihatkan interaksi antara jarak tanam dan waktu panen. Total biomas segar jagung sangat dipengaruhi oleh jarak tanam dan waktu panen. Ada kecenderungan bahwa pada jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan waktu panen 60 hst memberikan bobot biomas yang tertinggi sebesar 45,9 ton kg/ha disusul oleh jarak tanam 40 cm x 20 cm dengan waktu panen 60 hst sebesar 45,60 /ha. Tabel 4. Interaksi waktu panen dan jarak tanam terhadap bobot biomas segar jagung, Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, 2008. Jarak tanam Bobot biomas segar (ton/ha) Rata-rata 50 hst 60 hst 70 hst 75 cm x 20 cm 60 cm x 20 cm 50 cm x 20 cm 40 cm x 20 cm 39,23tn 35,47 26,56 26,82 45,99 tn 35,25 38,17 43,60 43,05 tn 35,71 40,69 40,43 42,76 tn 35,48 35,14 36,95 Rata-rata 32,02 40,75 39,97 37,58 tn = tidak nyata 180

Tabel 5. Rata-rata bobot 100 biji dan Hasil tanaman jagung, Bajeng, Gowa, Sulawesi Selatan, 2008. Perlakuan Bobot 100 biji Hasil t/ha 75 cm x 20 cm 39.9 a 8.16 b 60 cm x 20 cm 36.9 b 8.27b 50 cm x 20 cm 37.7 ab 8.48 b 40 cm x 20 cm 38.1 ab 8.87 a Angka yang diikuti oleh huruf kapital yang sama pada kolom, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5% Kemungkinan tanaman sudah mengalami kompetisi terhadap pengambilan hara, air dan cahaya, sehingga dengan populasi yang terlalu tinggi dan jarak tanam yang rapat akan saling mempengaruhi dalam pengambilan hara,air dan pengaruh sinar matahari. Hasil penelitian yang dilaksanakan pada lahan sawah tadah hujan di Takalar 2004, menunjukkan bahwa pada jarak tanam 75 cm x 20 cm (pop tan 200.000 tan/ha) masih memberikan produksi biomas dan hasil yang tinggi dibanding jarak tanam yang lebih rapat (Akil et al. 2004). Menurut Subandi et al. 2001 bahwa dengan meningkatnya populasi tanaman maka ukuran atau bobot biji menjadi berkurang. Hal ini disebabkan adanya persaingan dalam hal cahaya, air, dan unsur hara. Meskipun demikian hasil pipilan keringnya lebih tinggi pada tanaman dengan populasi 375.000 tanaman/ha yakni sebesar 8,87 t/ha daripada populasi 200.000 tanaman/ha yakni 8,16 t/ha (Tabel 5). Tabel 6. Hasil analisis proksimat jagung yang dipanen pada umur 70 hari setelah tanam, Bajeng,Gowa, Sulawesi Selatan, 2008 Hasil Analisis Proksimat (%) Jenis sampel Protein Kasar Lemak Kasar Serat Kasar Kadar Abu Daun Jagung 18.02 1,46 20,30 15,20 Kelobot jagung 7,80 0,75 25,20 4,40 Batang jagung 5,59 0,75 32,35 4,25 Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa daun jagung adalah yang paling baik kualitas pakannya yakni untuk protein kasar sebesar 18,02% dan serat kasar sebesar 20,30 % dibandingkan dengan batang maupun kelobot, sedang antara kelobot dengan batang nampaknya tidak banyak berbeda. KESIMPULAN Tidak ada interaksi antara jarak tanam dan waktu panen untuk hasil terhadap tinggi tanaman dan bobot biomas segar jagung. Jarak tanam 75 cm x 20 cm dengan waktu panen 60 hst memberikan bobot biomas yang tertinggi sebesar 45,9 ton kg/ha disusul oleh jarak tanam 40 x 20 cm dengan waktu panen 60 hst sebesar 45,60 /ha. Daun jagung memberikan kualitas pakan yang lebih baik dengan serat kasar yang terendah sebesar 20,30% dibandingkan klobot dan batang. 181

DAFTAR PUSTAKA Akil. M. Rauf. M.. Fadhly. A.F. 2004. Teknologi Budi daya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Berkelanjutan pada Lahan Marjinal. Laporan Penelitian Balitsereal Arifin, Z. 2003. Pengelolaan tanaman jagung untuk meningkatkan nisbah lahan dan pendapatan usahatani jagung di lahan kering. Prosiding Lokakarya Pengembangan Agribisnis Berbasis Sumberdaya Lokal Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Kawasan Selatan Jawa. Pulitbang Sosial Ekonomi Pertanian. p: 123-132. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2004. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005 2009. Cordova,H.2001. Quality protein maize : Improved nutrition and livelihoods for the poor. Maize Rezearch Highlights 1999 2000-. CYMMIT. P.27-31. Deptan. 2002. Agribisnis jagung. Informasi dan Peluang. Festival Jagung Pangan Pokok Alternatif. Istana Bogor. 26 27 April 2002. Kushartono. B. 2001. Teknik Penyimpanan dan Peningkatan Kualitas Jerami dengan Cara Anonisasi. P. 81-83. Dalam: Buletin Pertanian. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. vol. 6 nomor 2. Subandi. S. Saenong, Zubachtirodin, dan A. Najamuddin. 2003. Peningkatan Produktivitas Tanaman Jagung pada Wilayah Pengembangan melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Laporan Penelitian 2003. Balitsereal. 182