BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. Di dalam ilmu kebumian, permeabilitas (biasanya bersimbol κ atau k)

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan

BAB II TEORI DASAR. di bumi. Mineral biasa ditemukan dalam bentuk butiran yang diameternya

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Peta Kontur Isopach

KARAKTERISTIKA ALIRAN DAN BUTIR SEDIMEN

Bab II Tinjauan Pustaka

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS FASIES SEDIMENTASI DAN DISTRIBUSI BATUPASIR C

Nama : Peridotit Boy Sule Torry NIM : Plug : 1

Berikut ini adalah log porositas yang dihasilkan menunjukkan pola yang sama dengan data nilai porositas pada inti bor (Gambar 3.18).

BAB IV UNIT RESERVOIR

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Energi ini tersimpan dalam batuan magma yang terdapat di bawah permukaan. bumi dan memiliki fluida di dalamnya. Aktivitas panas bumi ditandai dengan

BAB II TEORI DASAR. yang cukup banyak mendapatkan perhatian adalah porositas yang

I. PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Klasifikasi Fasies pada Reservoir Menggunakan Crossplot Data Log P-Wave dan Data Log Density

Bab IV Analisis dan Diskusi

BAB III SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

ANALISA FISIKAMINYAK (PETROPHYSICS) DARI DATA LOG KONVENSIONAL UNTUK MENGHITUNG Sw BERBAGAI METODE

SOIL COMPONENT EKOSARI R. 2011

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Bab 3 Parameter Petrofisis Batuan

BAB I PENDAHULUAN. The petroleum geologist. Geologi fisika Geologi sejarah Geologi struktur Paleontologi Stratigrafi

Bab II Tinjauan Pustaka

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

Analisa Pola dan Sifat Aliran Fluida dengan Pemodelan Fisis dan Metode Automata Gas Kisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. seperti timah, emas, tembaga, hingga uranium dapat ditambang di tanah

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

Kriteria Agregat Berdasarkan PUBI Construction s Materials Technology

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PERHITUNGAN WATER SATURATION (S W ) MENGGUNAKAN PERSAMAAN ARCHIE, PERSAMAAN INDONESIA DAN METODE RASIO RESISTIVITAS

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV PEMODELAN PETROFISIKA RESERVOIR

HUBUNGAN SIFAT FISIK TANAH.

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Pengertian Agregat Dalam Kontruksi Perkerasan Jalan

MEKANIKA RESERVOIR SKS : 2

PENENTUAN RESISTIVITAS LISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA ELEKTRODA

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

Data eksperimen didapat melalui pengolahan data skala centimeter dan skala

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

Mampu menentukan harga kejenuhan air pada reservoir

Terbentuknya Batuan Sedimen

KARAKTERISTIK BATUPASIR SEBAGAI BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR ABC-1 DAN ABC-2, DI CEKUNGAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

C iklm = sebagai tensor elastisitas

BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HALU OLEO FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 03: Batuan & Tanah

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS. Pengukuran dilakukan pada empat sampel batuan berbeda. Data yang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 05: Sifat Fisika (1)-Tekstur Tanah

PETROLEUM SYSTEM Source rock adalah batuan yang membentuk minyak bumi dan gas alam

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Acara Well Log Laporan Praktikum Geofisika Eksplorasi II

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

BAB II KONSEP DASAR PERMODELAN RESERVOIR PANAS BUMI. Sistem hidrotermal magma terdiri dari dua bagian utama yaitu ruang magma dan

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sangat penting di dalam dunia industri perminyakan, setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

Rani Widiastuti Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut t Teknologi Sepuluh hnopember Surabaya 2010

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

I. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung

Week 8 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

BAB III METODE PENGUKURAN PERMEABILITAS. berupa rangkaian sederhana dengan alat dan bahan sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

Kata Kunci: Teknologi Stimulasi Vibrasi, Batuan Inti, Reservoir.

Transkripsi:

5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batuan Sedimen Batuan Sedimen adalah salah satu kelompok utama dari batuan di muka bumi. Batuan ini sering membentuk reservoir berpori dan permeabel pada cekungan sedimen dengan kandungan minyak dan hidrokarbon dapat ditemukan di dalamnya. Batuan ini dihasilkan oleh proses akumulasi dan litifikasi dari berbagai jenis fragmen batuan yang dibentuk dari rangka organisme laut dan partikel halus yang terkikis oleh batuan lain. Batuan sedimen dapat juga terbentuk oleh pengendapan padatan dari larutan menjadi bentuk yang disebut dengan sedimen kimiawi. Kategori dasar batuan sedimen yang digunakan untuk tujuan klasifikasi adalah 1. Batuan Sedimen Clastic Batuan Sedimen Clastic dihasilkan dari batuan yang terkikis dan berubah menjadi partikel yang sangat kecil (yang disebut dengan clasts) yang dialirkan, diendapkan, dan dipadatkan. Clasts dapat dibagi menjadi beberapa ukuran dari clay ke silt, sand, pebbles, dan cobbles. Batuan ini dibawa dari tempat asal oleh air yang mengalir, lumpur, angin, sungai, dan gravitasi. Ukuran dan densitas Clast

6 menentukan bagaimana dan dimana partikel diendapkan dan pada akhirnya jenis batuan sedimen yang akan terbentuk. Mineral silikat atau fragmen batuan adalah komponen utama dari batuan sedimen. Klasifikasi batuan sedimen sebagai siliclastic adalah konglomerat, Sandstone, Limestone, Siltstone, mudstone, dan shale. Limestone adalah jenis batuan sedimen dengan struktur butiran dari halus ke kasar yang lebih dari 50% unsur penyusunnya adalah karbonat, seperti calcite (kalsium karbonat (CaCO 3 )) dan dolomite CaMg(CO 3 ) 2. 2. Batuan Sedimen Bioclastic Batuan sedimen Bioclastic sebagian besar tersusun dari sisa tumbuhan dan hewan. Contoh batuan jenis ini adalah Chert,coal, dan oil shale. 3. Batuan Sedimen Kimia Batuan sedimen kimia biasanya dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu karbonat dan non-karbonat. Batuan karbonat disusun dari sedimen kimia dari sumbersumber tidak organik (seperti ion karbonat (CO 3 ) 2- ). Contohnya adalah calcite dan dolomite. Calcite, kalsium karbonat (CaCO 3 ), adalah lapisan endapan dari air laut dan mineral utama pada limestone. Kebanyakan organisme laut seperti foraminifers, kerang, tiram, dan batu karang, melarutkan ion karbonat dan mencampurnya dengan kalsium untuk pembentukan kulit mereka. Setelah organisme tersebut mati, kulit tersebut jatuh ke samudra, kemudian gelombang dan arus membuat kulit tersebut menjadi serpihan-serpihan kecil. Pecahan kulit ini diendapkan pada air yang lebih dalam dimana mereka dipadatkan menjadi sedimen atau yang disebut dengan

7 bioclastic limestone. Pecahan paling kecil ketika disementasi bersama membentuk batuan sedimen yang berbeda yang disebut sabagai kapur, yang memiliki warna yang terang dan terkadang lebih halus dibandingkan limestone atau chert. Batuan bioclastic dibentuk dari endapan lapisan karbonat inorganic. Jadi, mereka juga dianggap sebagai sedimen kimia seawater-originated. Dolomite, kalsium magnesium karbonat CaMg(CO 3 ) 2 juga membentuk karbonat. Dolomite dikaisfikasikan sebagai limestone dengan lebih dari 50% berat mineral dolomite terdapat didalamnya dan setidaknya 10%nya adalah calcite. Dolomite dibentuk ketika calcite yang asli digantikan dengan magnesium karbonat. Sedangkan batuan sedimen non-karbonat tersusun dari campuran kalsium karbonat (CaCO 3 ). Contoh dari sedimen jenis ini adalah phosphates dan ferriferous. Batuan sedimen yang mengendap dapat ditemukan di benua dan cekungan samudra. Sekitar 80% hingga 90% dari permukaan daratan bumi dan samudra diselimuti oleh batuan jenis ini, namun karena batuan ini mengendapkan partikel dari batuan lain yang berada pada atau dekat dengan permukaan, sehingga hanya 5% dari volume total kerak dan kurang dari 1% dari volume total bumi yang tertinggal. Lapisan batuan sedimen memiliki ketebalan lebih besar sekitar 5 atau 6 kali pada daratan benua dibandingkan pada cekungan samudra. Contohnya adalah shale (dengan jumlah 70% dari seluruh batuan sedimen), sandstone,beberapa jenis limestone, chert, siltstone,mudstone, dan beberapa jenis coal.

8 Proses pembentukan batuan yang berbeda di atas menyebabkan struktur pori yang terdapat dalam batuan juga berbeda. Struktur pori yang berbeda ini menggambarkan karakteristik yang berbeda-beda pula pada batuan. 2.2 Besaran-besaran Fisis Batuan Besaran-besaran fisis batuan adalah besaran yang terdapat dalam batuan yang dapat diestimasi dengan menggunakan metode-metode tertentu. Besaran-besaran fisis ini terdiri dari porositas, permeabilitas, dan tortuositas. Masing-masing besaran ini memiliki definisi dan fungsi yang berbeda pada batuan. 2.2.1 Porositas Porositas merupakan fraksi volume total batuan yang dapat diisi oleh minyak, gas, air atau campuran dari ketiganya. Porositas merupakan parameter utama pada pengeboran minyak karena porositas menentukan jumlah kandungan hidrokarbon yang terdapat di dalam reservoir. Porositas total Φ didefinisikan sebagai fraksi volume total (V bulk ) dari reservoir batuan yang ditempati oleh ruang pori. V V V V ( w / ρ ) pore bulk rock bulk rock Φ = = = (2.1) Vbulk Vbulk Vbulk Dengan V pore dan V rock adalah volume dari pori dan matriks secara berurutan, w adalah massa batu, dan ρ rock adalah densitas batuan. Definisi mengenai tipe porositas bermacam-macam bergantung pada bagian pori mana yang mampu dikategorikan sebagai nilai porositas dan atau yang dapat

9 diisi oleh material gas, air, ataupun minyak. Tipe porositas yang sering dihitung adalah porositas total dan porositas efektif. Porositas total adalah porositas batuan dari total volume pori yang tersedia pada sistem batuan, sedangkan porositas efektif adalah fraksi volume pori pada batuan yang bisa melewatkan aliran fluida di dalam ruang porinya. Nilai porositas efektif lebih kecil dibandingkan dengan nilai porositas total yang tidak memperhatikan apakah porinya terhubung dengan pori lain atau merupakan pori yang buntu. Porositas hanya dapat memberikan informasi mengenai gambaran volume ruang pori yang tersedia pada batuan dan tidak memberikan informasi lebih seperti distribusi pori dan ukuran pori. Berikut ini adalah tabel nilai porositas untuk beberapa jenis batu [R.Wang et al, 2004]. Batuan sampel Porositas Efektif (%) Fontainebleau sandstone 11,3 ± 0,7 Edwards Limestone 15,1 ± 1,1 Austin Chalk 18,4 ± 0,9 Indiana Limestone 7,1 ± 0,6 Tabel 2.1. Nilai porositas untuk beberapa jenis batu model R. Wang. 2.2.2 Permeabilitas Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida keluar. Permeabilitas dari medium berpori bergantung pada sifat fluida dan sifat sistem pori. Sifat lainnya terdiri dari geometri pori dan konektivitas pori. Permeabilitas menentukan kecepatan aliran fluida sepanjang medium ruang pori.

10 Penelitian permeabilitas dilakukan pertama kali oleh Henri Darcy pada abad ke 19 pada batuan pasir [Darcy,1856]. Dari penelitiannya didapatkan hubungan sebagai berikut : At Δp Q = k (2.2) μl Dengan Q adalah laju aliran volume dalam m 3 /s sepanjang medium ruang pori, A t merupakan luas total yang tegak lurus dengan arah aliran, dan μ adalah viskositas dinamik dari fluida. Δp merupakan perubahan tekanan yang melewati medium ruang pori dengan panjang L, dan k adalah permeabilitas dengan satuan Darcy [Darcy,1856]. 1 Darcy sama dengan 9.87 x 10-13 m 2. Gambar 2.1. Skema percobaan Darcy Pada persamaan (2.2), tekanan akibat pengaruh gravitasi diabaikan dan dapat ditulis ulang untuk dapat menentukan kecepatan aliran : Q kδp v = = (2.3) A μl t Struktur model pori sederhana dapat digambarkan sebagai model pipa kapiler. Model ini dinyatakan oleh Hagen-Poiseulle [Dullien,1979] sebagai :

11 πr p Q = (2.4) 8μL 4 Δ Dengan r adalah radius pipa kapiler. Gambar 2.2.Model pipa kapiler dengan pipa diibaratkan sebagai ruang pori. Konzeny [1927] dan Carman [1937] memperluas model kapiler menggunakan teori radius hidraulik. Diameter kapiler dapat dimisalkan sebagai diameter hidarulik d h yang dapat terhubung dengan diameter pori yang ekivalen : d h pore _ volume = (2.5) pore _ area Ketika melakukan pengukuran permeabilitas, kecepatan aliran fluida dapat dibedakan, kecepatan aliran pori mikroskopik v F dan kecepatan makroskopik v yang akan memberikan kecepatan aliran total sepanjang pipa. Rasio L e /L mengindikasikan panjang lintasan patikel fluida yang melewati sepanjang sistem pori yang berliku. Pada situasi makroskopik partikel melewati lintasan L dengan kecepatan v. Pada waktu yang bersamaan, aliran partikel fluida sebenarnya memiliki kecepatan v F melewati lintasan efektif L e [lihat Gambar 2.3].

12 Dupuit-Forcheimer mengasumsikan hitungan untuk perbedaan antara kecepatan aliran pada pori dan kecepatan aliran. Secara umum, kecepatan Dupuit- Forcheimer v DF didefinisikan sebagai v/ Φ. v F = v DF Le L 1 Le = v Φ L (2.6) Tipe mode Hagen-Poiseuille memberikan kecepatan aliran mikroskopik pada pori : v F 2 h Δ d p = (2.7) 32μL e Dengan d h adalah diamater hidraulik, L e adalah panjang rata-rata lintasan berbelok dan k o merupakan bentuk faktor dimensi yang menggambarkan bentuk batas pinggir. Kecepatan aliran makroskopik melewati tabung diberikan oleh Hukum Darcy : v = kδp μl 2 d h Δp 32μL e = 1 Φ kδp μl Le L 2 2 Φd h L 16 k = (2.8) ko Le Persamaan (2.8) diatas merupakan bentuk dasar dari model kapiler. Dengan (1/k 0 ) adalah fungsi dari geometri pori dan (L e /L) 2 adalah tortuositas. Berdasarkan Carman [1937] diameter hidrulik d h untuk model pipa kapiler dapat diekspresikan sebagai : Φ d h = 4 (2.9) s 0 ( 1 Φ)

13 Dengan S 0 adalah luas permukaan spesifik berdasarkan pada volume matriks batuan. Apabila persamaan (2.9) disubstitusi ke persamaan (2.8) maka persamaan Konzeny- Carman akan menjadi : 2 3 k Φ 1 L = 2 2 ( 1 ) so Φ k0 L (2.10) e Simbol (L e /L) 2 secara umum disebut sebagai faktor tortuositas. Tabel berikut ini [Tabel 2.2] adalah tabel permeabilitas untuk beberapa jenis batu [R.Wang et al, 2004]. Batuan sampel Porositas Efektif (%) Permeabilitas (md) Fontainebleau sandstone 11,3 ± 0,7 559 ± 93 Edwards Limestone 15,1 ± 1,1 7 ± 0,9 Austin Chalk 18,4 ± 0,9 2,6 ± 0,3 Indiana Limestone 7,1 ± 0,6 0,18 ± 0,03 Tabel 2.2. Nilai permeabilitas untuk beberapa jenis batu model R. Wang. Berdasarkan tabel 2.2 di atas terlihat bahwa nilai porositas yang besar belum tentu memiliki nilai permeabilitas yang besar pula. Hal ini bergantung dari karakteristik pori yang ada pada batuan tersebut. 2.2.3 Tortuositas Penelitian mengenai tortuositas pertama kali dikemukakan oleh Carman [1937]. Pada penelitiannya dia menghitung pengaruh aliran berbelok dan berseberangan pada satu arah aliran tunggal. Definisi tortuositas sendiri akan berbeda pada masing-masing bidang keilmuan baik itu ahli teknik, geologis, maupun ahli

14 kimia. Hal ini bergantung dari cara mereka melihat pengaruh struktur pori suatu sampel. Menurut Palciauskas, tortuositas (τ ) didefinisikan sebagai total jarak tempuh aliran fluida dalam ruang pori dengan jarak terpendek aliran tersebut. Secara matematis, turtoisitas didefinisikan sebagai berikut [Palciauskas et al,1994]: L e τ = (2.11) L Berikut ini adalah gambar aliran antara satu pori dengan pori lain yang saling terhubung (Le) dengan panjang sampel batuan (L). Gambar 2.3. Perbandingan antara panjang antara satu pori dengan pori lain yang saling terhubung (Le) dengan panjang sampel batuan (L). Sedangkan dalam istilah lain, faktor tortuositas didefinisikan sebagai kuadrat panjang lintasan patikel fluida yang melewati sepanjang sistem pori yang berliku [Amyx et al,1960]. Hal ini seperti yang terlihat sesuai dengan rumusan : 2 L τ = e (2.12) L

15 Faktor tortuositas ini bukanlah nilai yang dapat berdiri sendiri. Nilainya bergantung dari banyak parameter seperti porositas, geometri ruang pori, dan faktor resistivitas [Attia, 2005]. Secara teoritis, sangatlah tidak mungkin nilai tortuositas yang dihasilkan kurang dari 1 karena nilai minimun L e adalah L. Definisi tortuositas yang digunakan dalam penelitian ini adalah definisi tortuositas Palciauskas. Hal ini dikarenakan definisi ini adalah definisi paling umum yang sering digunakan pada eksperimen. Berikut ini beberapa nilai tortuositas model Pirson (1983). Sampel Porositas (%) Tortuositas Berea A sandstone 19,3 2,04 Berea B sandstone 20,5 1,99 Okesa A sandstone 24,6 1,91 Okesa B sandstone 26 1,74 Tallant A sandstone 25,7 1,79 Tallant B sandstone 26,5 1,69 Elgin A sandstone 22,4 2,21 Elgin B sandstone 24,2 2 Elgin C sandstone 24,2 2 Elgin D sandstone 23,9 1,98 Elgin E sandstone 23,5 2,06 Tabel 2.3. Nilai tortuositas untuk jenis sandstone model Pirson (1983). Berdasarkan tabel 2.3 di atas terlihat bahwa nilai porositas yang besar belum tentu memiliki jalur pori yang pendek (mendekati 1). Seperti, batu pasir Berea A memiliki jalur yang lebih pendek (2.04) dibandingkan dengan batu pasir Elgin A (2.21). Padahal batu pasir Elgin A memiliki nilai porositas yang lebih besar (22.4%) dibandingkan dengan batu pasir Berea A (19.3%). Hal ini dikarenakan sifat pori yang berbeda pada masing-masing batuan.