BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1977:109) dalam bukunya Teori Kesusastraan berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pelajaran tentang pengalaman hidup yang dapat menginspirasi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari kehidupan masyarakat dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu metode yang menggambarkan hasil penelitian apa adanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra menjadi lahan yang sangat luas untuk diteliti atau

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas dan budaya masing-masing. Ciri khas

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

KAJIAN ASPEK-ASPEK SOSIOLOGI PADA NOVEL KIDUNG SHALAWAT ZAKI & ZULFA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. manusiawi dan tidak adil di negerinya sendiri. Gesekan-gesekan sosial akibat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan suatu bentuk seni kreatif yang di dalamnya mengandung nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif yang kemudian ditunjukkan dalam sebuah karya. Hasil imajinasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat.

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran kehidupan masyarakat. Berbagai hal atau peristiwa dalam masyarakat dapat mempengaruhi pikiran pengarang atau mengendap dalam pikirannya sehingga lahirlah sebuah karya. Sastra dengan ini berarti tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam karya sastra tercermin gambaran tentang struktur sosial, hubungan kekeluargaan, pertentangan kelas, dan lain-lain (Damono, 2002:11). Selain tak terpisahkan dari masyarakat, sastra pun dapat memberikan manfaat kepada masyarakat. Mengenai hal ini, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sastra merupakan usaha manusia dalam menyesuaikan diri atau usaha untuk mengubah masyarakat. Menurut Wellek dan Warren (1990:111), sastra mempunyai fungsi sosial tertentu, misalnya sebagai suatu reaksi, tanggapan, kritik, atau gambaran mengenai situasi tertentu. Melalui karya sastra, sastrawan berupaya menyampaikan kebenaran yang sekaligus juga kebenaran sejarah. Fungsi sastra ini dapat dilihat pada karya yang merupakan dokumentasi sosial. Pandangan yang sama disampaikan oleh Mochtar Lubis. Ia mengungkapkan bahwa sastrawan mempergunakan kemampuan tertentu untuk menuangkan apa yang terjadi di dalam masyarakat ke dalam karyanya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. Pengarang harus mampu mempergunakan bakat dan kepekaan artistiknya dan kemampuannya untuk menemui kebenaran yang telah diselimuti oleh propaganda dan kebohongan, dan untuk mengekspresikan dalam karya ciptanya pengalaman kehidupan manusia sepenuhnya, baik pengalaman di dalam dunia batin, perasaan, dan pikiran manusia (Lubis, 1997:33). Melalui kutipan tersebut, dapat dikatakan bahwa sastrawan terkadang dapat menangkap sebuah keadaaan yang tidak dapat dilihat orang lain. Sastrawan- 9

10 sastrawan ini menemukan sesuatu yang tidak sesuai dalam masyarakat karena kemampuannya dan kepekaannya tersebut. Dengan kemampuannya pula, sastrawan mencoba mengungkapkannya dan mengkritik sebuah keadaan berdasarkan sudut pandangnya sendiri dalam karya. Berkat kemampuan dan kepekaannya, seorang sastrawan dapat menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Jadi, selain sebagai alat yang menghibur, suatu karya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, antara lain menuliskan kritik terhadap masyarakat. Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang di dalamnya menampilkan pesan-pesan kritik sosial (Nurgiyantoro, 2002:330). Sementara itu, menurut Mana Sikana (2006:400 404), karya sastra merupakan sebuah cerminan masyarakat, sebuah dokumentasi sosial, dan sebuah wadah bagi protes sosial. Pada bagian lain dikatakannya pula bahwa teks sastra dapat dianalisis dalam kaitannya dengan isu politik, ekonomi, budaya, dan aspekaspek lainnya yang membangun masyarakat (Sikana, 2006:397). Sikana menjabarkan hal-hal yang bisa digali dalam sebuah karya jika sebuah penelitian menggunakan pendekatan sosiologi sastra, seperti ekonomi, isu politik, dan budaya. Jika berbagai pandangan tersebut diletakkan dalam konteks Kalatidha, berbagai kritik yang terdapat dalam novel itu dapat dikaitkan dengan isu politik, budaya, dan aspek-aspek lainnya. Kalatidha berisi kritik terhadap pemerintahan Orde Baru. Dalam lingkup sastra, kritik disampaikan seorang sastrawan ketika ada sesuatu dalam masyarakat yang dianggap atau dinilai keliru oleh sastrawan. Hal ini sejalan dengan pendapat Saini K.M yang menyatakan bahwa sebuah karya juga dapat memberikan tiga kedudukan terhadap kehidupan masyarakat, salah satunya adalah sebagai penentang zaman dan aturan yang keliru (Saini dalam Endraswara, 2008:83). Sejalan dengan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa SGA menilai ada sesuatu yang tidak beres dalam kehidupan masyarakat sehingga ia mengkritik pemerintahan Orde Baru dan masyarakat. Berbagai kritik itulah yang digali dan diungkapkan penulis dalam penelitian ini. Dengan mengutip bait-bait Serat Kalatidha karya Ranggawarsita melalui Kalatidha, SGA menilai bahwa masyarakat Indonesia telah mengalami

11 kemunduran moral. Karya sastra terlibat dalam kehidupan dan menampilkan tanggapan evaluatif yang menjadikan karya sastra adalah eksperimen moral (Grebstein dalam Damono, 2002:6). Melalui Grebstein, dapat dilihat bahwa ketimpangan moral dalam karya adalah ketimpangan moral menurut sastrawan, yang telah dimasuki unsur-unsur subjektivitasnya. Akan tetapi, karya sastra ini tetap dapat memberikan pengalaman hidup atau nilai-nilai moral untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat. Kemudian, merupakan tugas penulis dalam penelitian ini untuk mengungkapkan ketimpangan-ketimpangan moral dalam masyarakat yang ditemukan dalam Kalatidha. Dalam Damono (2002:3 4), terdapat beberapa klasifikasi masalah sosiologi sastra, yaitu sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan terakhir adalah sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra. Dalam sosiologi pengarang, peneliti lebih menitikberatkan proses penciptaan sebuah karya yang memandang pengarang sebagai orang yang berperan penting. Lebih jauh, latar belakang dan ideologi seorang pengarang tentu mempengaruhi karya sastra yang diciptakannya. Hal-hal seperti inilah yang dititikberatkan peneliti dalam menyoroti sebuah karya sastra. Berbeda dengan sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra justru menitikberatkan penelitian kepada karya atau teks itu sendiri. Pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya (Damono, 2002:3). Jadi, penelitian ini menganalisis sebuah atau beberapa buah karya sastra secara mendalam dan melihat isi dari karya tersebut baik yang tersirat ataupun yang tersurat. Kemudian, dapat diajukan pertanyaan mengenai tujuan penulisannya di dalam karya-karya itu dalam kaitannya dengan lingkungan sosial budaya yang telah menghasilkannya (Damono, 2002:4). Dalam hal ini, dilihat bagaimana isi karya yang berhubungan dengan lingkungan sosial budaya sekitar sebagai sesuatu yang memberi inspirasi pengarang untuk membuat sebuah karya. Sementara itu, sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial dari karya sastra menitikberatkan kepada pembaca yang menerima karya untuk dapat mengambil sesuatu dari karya tersebut. Penelitian yang dilakukan dapat menghasilkan kesimpulan apakah sebuah karya sastra

12 mempunyai pengaruh terhadap pembacanya dan pengaruh yang disebabkan karya sastra tersebut apakah baik atau buruk untuk pembaca. Hal-hal inilah yang dapat diketahui jika mengambil masalah sosiologi sastra yang menitikberatkan kepada pembaca. Dalam penelitian ini, kajian dititikberatkan pada karya atau teks itu sendiri. Dengan demikian, yang dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara karya sastra dengan realitas yang diacu oleh karya sastra, dalam hal ini, Kalatidha. Dalam pandangan saya, melalui Kalatidha, SGA menyampaikan berbagai kritik terhadap Orde Baru dan masyarakat. Persoalan-persoalan itulah terutama yang dikaji dalam penelitian ini. Kemudian, sampai seberapa jauh Kalatidha memperlihatkan dampaknya pada pembaca tidak akan dikaji dalam penelitian ini. Swingewood berpendapat bahwa sastra adalah cermin masyarakat (Swingewood dalam Damono, 2002:11 12). Akan tetapi, sastra sebagai cermin masyarakat tidak dapat diartikan secara mutlak. Sastra tidak dapat diartikan secara mutlak sebagai suatu kebenaran karena di balik penciptaan karya sastra, terdapat unsur subjektif pengarang yang mempunyai kesadaran tertentu dan tujuan tertentu. Mengenai hal ini, Damono menyampaikan pendapatnya dalam kutipan berikut. Kalaupun novel dikatakan mencerminkan struktur sosial, yang didapatkan di dalamnya adalah gambaran masalah masyarakat secara umum detil dari sudut lingkungan tertentu yang terbatas, yang berperan sebagai mikrokosmos sosial: lingkungan bangsawan, borjuis, seniman intelektual, dan lain-lain (Damono, 2002:12). kutipannya. Sementara itu, Mahayana juga menyinggung masalah ini. Berikut adalah Jika fakta telah mengalami pengolahan imajinatif, memasukkan intelektualitas, membangun sebuah dunia yang koheren, menciptakan sebuah kehidupan imajiner, dan menawarkan nilai-nilai kemanusiaan moral, etika, norma, tradisi, ideologi maka itulah disebut fiksi (Mahayana, 2005:360). Mahayana menyampaikan bahwa sangat mungkin sebuah karya memakai fakta sebagai bahannya, tetapi perlu dilihat kembali lebih jauh untuk mempercayainya sebagai fakta karena telah masuk pemikiran subjektif pengarang, seperti yang

13 disampaikan Umar Junus bahwa pengertian karya sastra sebagai refleksi realitas, tidak sekadar melaporkan realitas itu sendiri, namun melaporkan realitas yang telah menjadi pemikiran pengarangnya (Junus dalam Mahayana, 2005:361). Dalam Kalatidha, SGA memasukkan peristiwa pencidukan anggota komunis setelah terjadinya G30S pada tahun 1966 dan latar kehidupan masyarakat di perkotaan antara tahun 1966 2000-an. Dengan memasukkan latar tersebut, SGA menunjukkan ketimpangan yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, SGA juga menyampaikan berbagai kritik dalam novelnya ini. Usaha SGA dapat dikatakan sebagai sebuah reaksi atau kritik atas apa yang terjadi di dalam masyarakat. Demikianlah pemaparan ringkas tentang kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini. Selanjutnya, berdasarkan kerangka teori tersebutlah Kalatidha dikaji. Sesuai dengan pembicaraan sebelumnya, pengkajian difokuskan pada berbagai kritik yang terdapat dalam Kalatidha. Namun, sebelum itu dilakukan, akan dipaparkan dulu secara umum ciri karya-karya SGA dalam kaitannya dengan kritik sosial.