SeminarNosional Peternakan dan Feienner 1997

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

STUDI TAMPILAN KMRJA SAPI PO INDUK PADA MUSIM KEMARAU DALAM USARATANI TERNAK RAKYAT DI JANVA TIMUR

STRATEGI PEMENUHAN GIZI MELALUI OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH UNTUK PEMBESARAN SAPI POTONG CALON INDUK

MANFAAT BIOPLUS DALAM PENGGEMUKAN SAPI FRIESIAN HOLSTEIN (FH) JANTAN DI KECAMATAN LELES KABUPATEN DT II GARUT

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PERBAIKAN TEKNOLOGI PEMELIHARAAN SAPI PO INDUK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN TURUNANNYA PADA USAHA PETERNAKAN RAKYAT

Teknologi alternatif pemberian pakan sapi potong untuk wilayah Indonesia bagian Timu

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

RESPON BANGSA SAPI POTONG TERHADAP PEMBERIAN JERAMI PADI

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

NILAI EKONOMIS PEMBIBITAN SAPI PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

PEMANFAATAN PAKAN MURAH UNTUK PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI LOKASI PRIMA TANI KABUPATEN TULANG BAWANG

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

INTRODUKSI TANAMAN PAKAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH SAYURAN KUBIS UNTUK PAKAN TERNAK KAMBING

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN

PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE MUDA PASCASCREENING

Muchamad Luthfi, Tri Agus Sulistya dan Mariyono Loka Penelitian Sapi Potong Jl. Pahlawan 02 Grati Pasuruan

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

KORELASI BOBOT HIDUP INDUK MENYUSUI DENGAN PERTAMBAHAN BOBOT HIDUP PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

RESPONS PERTUMBUHAN SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SILANGAN PADA KONDISI PAKAN BERBASIS LOW EXTERNAL INPUT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

Seminar Nosional Peternakan dan lieteriner 199- TATIT S., E. WrNA, B. TANGENIAYA dall I. W. MATHIUS

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian GratiPasuruan

POLA PEMBESARAN SAPI PEDET Pola pembesaran pedet yang sangat menonjol di Kab. Boyolali ada 3 sistem yaitu : (1) pembesaran secara tradisional, (2) pem

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

EVALUASI PENGGUNAAN KULIT SINGKONG PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG RAKYAT: STUDI BANDING DI KECAMATAN MERGOYOSO, KABUPATEN PATI

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Pengaruh Pemberian Silase Jerami Jagung dan Konsentrat Pakan Murah Terhadap Kondisi Tubuh Induk Sapi Potong di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS POLA USAHA PEMBIBITAN SAPI BALI YANG DIPELIHARA SECARA EKSTENSIF DAN SEMI INTENSIF

Pokok Bahasan: Perhitungan penyusunan ransum untuk ruminansia besar; Sapi dan ternak kerja

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

RESPONS REPRODUKSI SAPI POTONG INDUK PADA UMUR PENYAPIHAN PEDET BERBEDA DI KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI LAHAN KERING

RESPON JERAMI PADI FERMENTASI SEBAGAI PAKAN PADA USAHA PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

PENGARUH SUBSTITUSI KONSENTRAT KOMERSIAL DENGAN TUMPI JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PO BUNTING MUDA

PENDAHULUAN. Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat populer, mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, dan mampu beradaptasi

UJI COBA PEMBERIAN DUA JENIS LEGUMINOSA HERBA TERHADAP PERFORMANS SAPI BALI DI DESA TOBU, NUSA TENGGARA TIMUR

KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA

PEMANFAATAN TURUNAN SEMEN BEKU IMPOR PADA PROGRAM' IB SAPI PERAH DI KELOMPOK INDUK PRODUKSI TINGGI DI SENTRA USAHATERNAK SAP] PERAH DI JAWA TIMUR

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

RESPONS PERBAIKAN PAKAN TERHADAP RODUKTIVITAS SAPI POTONG INDUK PERIODE POST PARTUM DI KABUPATEN PROBOLINGGO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

POLA ESTRUS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE DIBANDINGKAN DENGAN SILANGAN SIMMENTAL-PERANAKAN ONGOLE. Dosen Fakultas Peternakan UGM

IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI KERAGAAN PRODUKSI DAN NILAI EKONOMI SAPI POTONG BERANAK KEMBAR DI JAWA TIMUR

Tennr Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Skala usaha penggemukan berkisar antara 5-10 ekor dengan lama penggemukan 7-10 bulan. Pakan yan

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

EVALUASI PEMBERIAN PAKAN SAPI PERAH LAKTASI MENGGUNAKAN STANDAR NRC 2001: STUDI KASUS PETERNAKAN DI SUKABUMI

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

Cara pengawetan yang akan dilakukan dalam percobaan ini adalah dalam bentuk basah (kadar air tinggi). Salah satu masalah pengawetan dalam bentuk basah

KORELASI BOBOT SAPIH TERHADAP BOBOT LAHIR DAN BOBOT HIDUP 365 HARI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

KECERNAAN PROTEIN RANSUM DAN KANDUNGAN PROTEIN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PEMBERIAN RANSUM DENGAN IMBANGAN KONSENTRAT DAN HIJAUAN YANG BERBEDA SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

OPTIMALISASI PERTUMBUHAN ANAK SAPI FR LEPAS SAPIH MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN TATA LAKSANA TEPAT GUNA

PROSPEK PENGEMBANGAN PUSAT-PUSAT PEMBIBITAN SAPI BALI DI LAHAN MARGINAL UNTUK MENDUKUNG PENYEDIAAN SAPI BAKALAN DI NUSA TENGGARA BARAT

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PERTUMBUHAN SAPI BALI JANTAN MUDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN KERING IKLIM KERING NUSA TENGGARA TIMUR

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

PENCAPAIAN BOBOT BADAN IDEAL CALON INDUK SAPI FH MELALUI PERBAIKAN PAKAN

EFISIENSI PENGGUNAAN JERAMI PADI VS RUMPUT GAJAH TERHADAP PRODUKSI SUSU DAN PENDAPATAN PETERNAK SAPI PERAH

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

BAB I PENDAHULUAN. Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT)

Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal Untuk Pengembangan Peternakan YENNI YUSRIANI

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017

Transkripsi:

SeminarNosional Peternakan dan Feienner 1997 ANALISIS EKSTRA MARGINAL SATU TINGKAT' PEMBERIAN KONSENTRAT PADA SAPI PO LAKTASI DALAM SISTEM USARATANI RAKYAT DI DAERAH LAHAN KERING DI JAWA TIMUR Ditinjau Dari Hasil Anak Sapi MARIYONO dan M. ALI YUSRAN Instalasi Penelitian Pengkajtan Penerapan Teknologi Pertanian, Grati - Pasuruan RINGKASAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai ekstra marginal basil penjualan anak akibat adanya input teknologi pemberian konsentrat pada ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk 3 bulan awal laktasi dalam kondisi pemeliharaan usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur. Sebanyak 31 ekor sapi PO induk beserta anaknya yang memperoleh pakan sesuai dengan kebiasaan petani digunakan sebagai mater penelitian ; dari jumlah tersebut sebanyak 17 ekor diberi tamballan pakan konsentrat (PK = 16 %) dalain ransumnya, sebanyak 2 kg/ekor/hari selama 3 bulan awal laktasi. Analisis ekstra marginal hasil penjualan anak menunjukkan nilai minus Rp. 10.310,- ; yang berani pemberian suplemen konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari terhadap ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk pads 3 bulan awal laktasi dalam sistem usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur secara ekonomis tidak menguntungkan. Kata kunci : Ekstra marginal ekonomi, sapi PO laktasi, usahatani rakyat, daerah lahan kering PENDAHULUAN Sapi Peranakan Ongole (PO) merupakan bangsa sapi yang paling dominan keberadaannya di Jawa Timur dari segi jumlah populasinya (ANONIMOLIS, 1993). Sebagian besar sapi PO ini berada dalam kondisi pemeliharaan di usahatani rakyat, terutama di daerah-daerah lahan kering, yang bercirikan jumlah pemeliharaan 1-3 ekor induk per keluarga petani, sebagian difungsikan sebagai ternak kerja clan dalam sistem pemberian pakannya tidak rasional dan sangat tergantung kepada ketersedian hijauan pakan yang tumbuh di luar lahan olah tanaman pangan serta sisa-sisa produksi tanaman pangan tanpa ada tambahan pakan konsentrat secara rutin (THAHAR clan MAHYUDDIN, 1993 ; KOMARuDIN-MA'Sum et al., 1993). Hasil utama dari pemeliharaan sapi PO induk yang diharapkan petani dalam sistem usahatani rakyat adalah hasil penjualan anak ; pada umumilya dijual segera setelah penyapihan, yaitu pada kisaran umur 3 sampai dengan 6 bulan (YUSRAN et al., 1992). Dengan demikian prestasi tampilan jarak beranak dan pertumbuhan pedet prasapih yang dihasilkan mempunvai nilai ekonomi tinggi. Hasil penelitian FREKING dan MARSHAL. (1992) memberikan implikasi bahwa dalam bangsa sapi potong yang sama, variasi produksi susu berkaitan eras dengan perbedaan tingkat konsumsi pakan sapi induk yang bersangkutan dan berat sapill pedetnya. BEARDEN Clan FUQUAY (1980) telah menginformasikan, bahwa kekurangan suplai protein dapat mengakibatkan tertekaruiya sekresi hormon Gn-RH dan tertekan pula sekresi hormon-hormon gonadotropin dari pituitary clan sebagai 723

SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997 akibatnya ovari tidak aktif Dengan demikian perhatian terhadap status gizi ransum sapi induk laktasi, khususnya kandungan proteinnya, sangat penting. Upaya untuk meningkatkan suplai protein pakan antara lain dengan pemberian konsentrat. Kondisi yang ada dalam sistem usahatani rakyat, bahwa petani pemelihara sapi PO tidak memberikan peningkatan status gizi ransum terhadap sapinya pads :saat laktasi. Petani tidak melakukan hal tersebut lebih dominan dikarenakan ketidak-berdayaan -modal atau perhitungan ekonomi semata. Dengan demikian upaya input teknologi untuk meningkatkan status gizi ransum sapi PO induk laktasi melalui pemberian konsentrat sangat perlu dilakukan analisis ekonomi, antara lain dengan melakukan analisis ekstra marginal, disamping melihat pengaruhnya terhadap nilai biologis temak, yaitu jarak beranak induk dan pertumbuhan anak. Hal ini dimaksudkan agar introduksi masalah tersebut dapat diadopsi oleh petani pemelihara sapi PO induk dalam sistem usahatani rakyat di Jawa Timur. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan dalam kondisi On Fawn Adapted Research (OVAR), yaitu pada usahatani rakyat di desa Tanjungrejo, kecamatan Tongas, kabupaten Probolinggo. Sebanyak 31 ekor sapi PO induk beserta anaknya yang memperoleh pakan sesuai dengan kebiasaan petani digunakan sebagai materi penelitian; dari jumlah tersebut sebanyak 17 ekor dcberi tambahan pakan konsentrat dalam ransumnya, sebanyak 2 kg per ekor per ban selama tiga bulan awal laktasi. Kandungan bahan kering (BK) dan protein kasar (PK) konsentrat, secara berurutan, adalah 86% dan 16%. Harga konsentrat (pada saat penelitian berlangsung) adalah Rp. 210,-Ikg. Parameter yang diamati meliputi ragam dan konsumsi pakan induk, pertambahan berat badan harian (PBBH) anak sampai dengan umur tiga bulan sertajarak beranak. Pengamatan jumlah dan ragam pakan dilakukan setiap tiga hari dalam satu minggu. Penimbangan berat badan anak dan indudc dilakukan setiap 15 hari. Jarak beranak diestimasikan dengan cara (jumlah hari antara saat beranak sampai dengan positif bunting kembali) + 280 hari. Analisis ekstra marginal dengan rumus (SABRANi, 1997) 365 Em = (Pt 365 - Pk ) - (C x H) Jt Jk Keterangan Em = nilai ekstra marginal Pt = harga anak dari induk yang memperoleh tammbahan konsentrat pada umur 3 bulan Pk = harga anak dari induk yang tidak memperoleh tambahan konsentrat (kontrol) pada umur 3 bulan Jt = jarak beranak induk yang memperoleh tambahan konsentrat Jk = jarak beranak induk yang tidak memperoleh tambahan konsentrat (kontrol) C = jumlah konsentrat yang dihabiskan selama 3 bulan H = harga konsentrat per kg Analisis statistik yang digunakan adalah uji-t terhadap nilai rata-rata. 724

Seminar Nosional Perernakon don I "eleriner 199" HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan tentang ragam bahan pakan dalam ransum sapi PO induk selama periode menyusui (3 bulan awal laktasi) dalam kondisi pemeliharaan di usahatani rakyat dalam penelitian ini seperti diuraikan di Tabel 1. Tabel 1. Ragam bahan pakan dalam ransum sapi PO induk 3 bulan awal laktasi pada sistem usahatani rakyat di Jawa Timur Bahan pakan * lain-lain : daun mimba, daun lamtoro, daun,jaranan, daun pisang Rata-rata persentase dalam bahan kering (%)- Jerami padi 44 Jeramijagung 28 Rumput lapangan 9 Jeramikacang-kacangan 8 Klobot 3 Rumput gajah 1 Lain - lain 7 Tabel 2. Rata-rata suplai, kebutuhan dan selisilt BK dan PK ransum dari dua poly pemberian pakan sapi PO induk laktasi Pola pemberian pakan Tanpa konsentrat Diberi konsentrat (kontrol) (perbaika n) Suplai (kg/hari/ekor) -BK 7,23 t 1,28 8,82 t 2,49 -PK 0,72 f 0,14 0,83 f 0,16 Kebutuhan (kg/hari/ekor) -BK 6,57 t 0,57 6,98 f 1,16 -PK 0,80 f 0,08 0,81 f 0,14 Selisih suplai dengan kebutuhan (kg/ltari/ekor) -BK +1,26 +1,85 -PK -0,08 +0,02 Suplai per kebutuhan (%) -BK 119 126 - PK 90 102 Dikarenakan penelitian irti dilaksanakan pada periode musim kemarau, maka nantpak bahaa dalam ragarn bahan paka» didontina»si oleh jerami padi dan jagung. Pada Tabel I jugs ditunjidkkm

Seminar Nasional Peternakan dan Yeteriner 1997 bahwa tidak terdapat pemberian pakan konsentrat maupun hijauan sumber protein tinggi (kelompok leguminosa) dalam jumlah yang mencukupi. Pada kondisi ransum pemberian petani, yaitu pemberian tanpa konsentrat (kontrol) nampak, bahwa rata-rata suplai PK hanya 90% dari kebutuhan (NRC, 1978) sedangkan ransum sapi-sapi yang memperoleh tambalian konsentrat suplai PK-nya adalah 102% dari kebutuhan (Tabel 2). Hasil ini menunjukkan, bahwa petani kurang memperhatikan perlunya peningkatan status gizi sapi PO induk selama periode menyusui. Akibat dari kedua pola pemberian pakan tersebut di atas terhadap tampilan jarak beranak induk dan pertantbahan berat badan harian (PBBH) anak dalam periode prasapih (sampai dengan umur 3 bulan) dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabe13. Rata-rata jarak beranak dan PBBH anak umur 3 bulan sapi PO pada dua pola pemberian pakan (P>0.05). Pola Tanpa konsentrat (kontrol) pemberian pakan Diberi konsentrat (perbaikkan) Jarak beranak (hari) 430,00 t 25,85 415,41 f 22,37 PBBH anak umur 3 bulan (gram/hari/ekor) 514,16 f 152,44 526,38 f 138,36 Tabel 4. Analisis nilai ekstra marginal hasil penjualan anak umur 3 bulan sapi PO pada dua pola pemberian pakan - Jarak beranak (hari) - Produksi anak per tahun (ekor) - Harga pedet pada umur 90 hari (Rp) - Jumlah pakan konsentrat selama 90 hari(kg) - Harga konsentrat (Rp/kg) Nilai ekstra marginal (Rp) : Pola pemberian pakan Tanpa konsentrat Diberi konsentrat (kontrol) (perbaikan) 430,00 415,41 0,85 0,88 450.787,- 466.657, - 180-210 10.310,- Hasil analisis terhadap nilai ekstra marginal penggunaan konsentrat pada pakan sapi PO induk laktasi, sebagaimana yang disajikan dalam Tabel 4 temyata :menunjukkan nilai negatif, yaitu sebesar minus Rp 10.310,-. Hasil ini memberikan arti, bahwa pengetrapan teknologi pemberian konsentrat seperti dalam penelitian ini belum memberikan keuntungan secara ekonomis ditinjau dari hasil penjualan anak bahkan mengalami kerugian dibandingkan dengan pola pemberian pakan yang sudah biasa dilaktdcan oleh petani peternak di lakasi penelitian. 726

SeminarNasionai Peternakan dan Peteriner 1997 Hal ini dikarenakan prestasi jarak beranak dan PBBH anak sampai dengan umur tiga bulan sapi-sapi yang memperoleh konsentrat tidak terdapat peningkatan yang berani dibandingkan tanpa pemberian konsentrat (kontrol), bahkan terdapat tambaltan biaya produksi yaitu biaya pakan konsentrat. Pemakaian teknologi ini akan mencapai titik impas Apabila dapat menghasilkan PBHH anak sebesar 560,30 gram/ekor/hari. KESIMPULAN Hasil analisis ekstra marginal hasil penjualan anak menunjukkan, bahwa pemberian suplemen konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari (PK = 16%) terhadap ransum kebiasaan petani untuk sapi PO induk pada tiga bulan awal laktasi dalam sistem usahatani rakyat di daerah lahan kering di Jawa Timur secara ekonomis tidak menguntungkan. DAFTAR PUSTAKA ANoNimous. 1993. Laporan Tahunan. Dinas Petemakan Dati I Propinsi Jawa Timur. Surabaya. BEARDEN, H.J. dan 4.W. FUQUAY.1980. Applie d Animal Reproduction. Reston publishing Co. Inc. Virginia. KomARUDrN-MA'sum, M. ALI YUSRAN dan ESALA TELENI. 1993. Draught Animal Systems in Indonesia : East Java. Dalam : E. Teleni, R.S.F. Campbell dan D. HofLnann (Eds.). Draught Animal Systems and Management : An Indonesian Study. ACIAR Monograph No. 19. Canberra, Australia. FREKING, B.A., dan D.M. MARSHALL. 1992. Interrelationships of heifer milk production and other biological traits with production efficiency to weaning. J. Anim. Sci. 70 : 646-655. SABRANI, M. 1997. Economics of surge feeding of cattle. Inpress. THAHAR, A. dan P. MAHYUDDIN. 1993. Feeding and Breeding of Draught Animals : Feed Resources. Dalam E. Teleni, R.S.F. Campbell dan D. Hoffinann (Eds.). Draught Animal Systems and Management : An Indonesian Study. ACIAR Monograph No. 19. Canberra, Australia. YusRAN, M. ALI, Y.P. AcHMANTo dan KomARUDIN-MA'sum. 1989. Profiles of draught animal rearing in two villages in East Java. DAP Project Bulletin No. 9. TANYA JAWAB I Ketut Sutama : Berapa biaya produksi untuk menghasilkan 1 ekor pedet, sehingga bisa dihitung beberapa pedet tersebut harus dijual. Mariyono : Apabila dihitung secara rinci (ekonomi) pedet yang dihasilkan oleh para petani tidak ada untungnya, hal ini dilakukan karena pakan hijauan tidak beli, tenaga kerja keluarga. Disini para petani memanfaatkan tenaga luang yang dimiliki. Atien Priyanti : Apa yang dimaksud C dan H pada rumus yang digunakan? Mariyono : C = Jumlah konsentrat yang dikonsumsi selama 90 hari pasca beranak. H = Harp konsentrat/kg.