BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

Industri Keuangan Non-Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan produk yang baik, penetapan harga yang menarik, tetapi juga

PNM Permodalan Nasional Madani

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Orde Baru terjadi kegoncangan ekonomi dan politik. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS PERANAN KOPERASI SIMPAN PINJAM/UNIT SIMPAN PINJAM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN MALANG

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan lahiriyah dan batiniyah saja tetapi juga keseimbangan,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat berperan penting dalam

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB II PT. PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) akan kekuatan sektor Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB 20 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terhadap. 1. Peran UMKM terhadap Perekonomian di Indonesia

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV PENUTUP. di Provinsi Riau dalam mengikuti e-procurement pada tahun yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

I. PENDAHULUAN. Modal tanah, tenaga kerja dan manajemen adalah faktor-faktor produksi,

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

KETAHANAN NASIONAL, KESEJAHTERAAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT (UMK)

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB II PT PERMODALAN NASIONAL MADANI (PERSERO) MEDAN. A. Sejarah Ringkas PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Medan

KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya lokal dan proses produksi sederhana yang produknya dijual secara lokal telah

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

PAPARAN MENTERI KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA. Pada KONGRES KOPERASI KE-3 TANGGAL 12 JULI 2017

Perekonomian Indonesia

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH GUBERNUR BANK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

FAQ LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro dan Kecil (UMK), yang merupakan bagian integral. dunia usaha nasional mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur perekonomian Indonesia pada dasarnya didominasi oleh sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusinya dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dan penciptaan lapangan kerja serta pengentasan masalah kemiskinan di Indonesia. Selain itu, pada masa krisis, UMKM telah terbukti tangguh sebagai jaring pengaman perekonomian nasional. Ketika usaha besar tidak sanggup bangkit dari keterpurukan akibat ketergantungannya kepada pinjaman luar negeri, UMKM justru mampu mengangkat perekonomian nasional dari keterpurukan yang semakin dalam. (Ali, 2005). Keragaan data pada tahun 2004, jumlah unit usaha mencapai 42,39 juta unit, yang sebagian besar di antaranya yaitu 97 % adalah Usaha Mikro, diikuti 2,85% Usaha Kecil, 0,15% usaha skala menengah dan hanya 0.01 % usaha berskala besar. UMKM memberikan kontribusi sebesar 56,72% dalam pembentukan PDB Nasional menyediakan lapangan kerja sebanyak 99,45% dari tenaga kerja Indonesia, menyediakan 43,8% kebutuhan barang dan jasa nasional, memberikan kontribusi ekspor non-migas sebesar 19,9%, serta memberikan kontribusi dalam

pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 2,37% dari 4,1% pertumbuhan ekonomi pada tahun 2003 (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah RI, 2005). PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PT. PNM adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengemban amanat untuk mengembangkan Usaha Kecil Menengah Dan Koperasi (UMKM). Oleh karena itu PT. PNM memiliki visi menjadi lembaga keuangan terkemuka yang secara berkesinambungan meningkatkan nilai tambah (value added) bagi UMKM dan mampu menciptakan permodalan dari pertumbuhan maupun laba usahanya. Sejalan dengan visi yang telah diemban tersebut, dalam pelaksanaan kegiatan operasional usahanya, maka PT. PNM telah memfokuskan untuk mewujudkan visi tersebut dengan misi sebagai berikut, yaitu : a. Pengembangan UMKM melalui 5 (lima) kegiatan utama yakni: (1) penyediaan dana untuk mendukung aktivitas bisnis pengusaha kecil, (2) memberikan bantuan manajemen dan konsultasi bisnis, (3) pengembangan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk dan jasa usaha kecil, (4) perluasan pasar bagi usaha kecil melalui promosi dan fasilitasi pameran dagang, (5) serta perbaikan regulasi yang berbasis pengembangan wilayah.

b. Peningkatan kemampuan wirausaha (enterpreneurship) bagi masyarakat yakni upaya menumbuhkan gairah aktivitas bisnis pengusaha kecil dalam kemandirian. c. Perluasan pemerataan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam rangka mewujudkan misi dan visi yang telah ditetapkan khususnya di dalam upaya pemberdayaan UMKM, maka PT. PNM melakukan strategi jejarin (networking) melalui Lembaga Keuangan Mikro/Syariah (LKMS). Lembaga keuangan syariah sebagai jaringan kerja PT. PNM tersebut antara lain adalah: Bank Prekreditan Rakyat/Syariah (BPRS), Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Usaha Simpan Pinjam (USP), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Baitulmaal wat Tamwil (BMT) dan bentuk LKMS lainnya. Strategi jejaring tersebut dilakukan karena LKMS memiliki akses langsung kepada para pelaku UMKM di seluruh pelosok nusantara. Dengan strategi jejaring ini maka layanan PT. PNM dapat segera mencapai sasaran layanan dengan efektif dan efisien, disamping itu PT. PNM tidak perlu melakukan penyediaan sumber daya yang besar sebagaimana jika melalui strategi jejaring pembentukan Kantor Cabang. Sedangkan bagi para LKMS sendiri dengan adanya strategi ini maka dapat dilakukan sinergi antara PT. PNM sebagai sebuah

BUMN dengan LKMS yang merupakan unit-unit lokal di seluruh pelosok nusantara. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, yakni pada Tabel 1 terlihat bahwa pembiayaan usaha kecil dan menengah oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga memberikan porsi sebesar 30% dari total asset dana pinjaman. Hal ini menunjukkan bahwa lembaga keuangan lain selain perbankan nasional juga memiliki potensi untuk ditingkatkan kinerjanya untuk dapat mendukung pembiayaan di sektor UMKM. Tabel 1 menunjukan profil lembaga keuangan mikro di Indonesia yang terdiri dari BRI Unit Desa, BPR, BKD, dan lembaga keuangan lainnya yang bukan katagori bank. Tabel 1. Profil Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia tahun 2001-2004 ( Dalam miliar Rp) Tipe Lembaga Total Dana Simpanan Dana Pinjaman Total Keuangan Mikro (Unit) Jumlah Akun Nilai Uang Jumlah Akun Nilai Uang Aset Bank BRI Unit (Juni 2004) 4.046 30.434.823 30.315 3.154.741 16.927 34.990 BPR (Juni 2004) 2.057 5.478.396 9.864 2.093.811 10.381 14.374 BKD (Juli 2004) 5.345 495.348 48 407.210 203 301 Sub total 11.448 36.408.567 40.227 5.655.762 27.511 49.664 Non Bank A. Formal KSP (April 2000) 1.097 Na 85 660.000 531 - USP (April 2000) 35.218 Na Na 3.629 Na - LPD (Juli 2004) 1.294 889.316 997 317.050 874 1.280 Pegadaian (Des 2003) 692 Na Na Na 2.103 2.656 Sub total 38.301 889.316 1.082 980.679 3.509 3.936 B. Non formal BMT (Sept 2004) 3.043 1.756.403 567 1.683.469 549 - Sub Total 3.043 1.756.403 567 1.683.469 549 - Total 52.792 39.054.286 41.876 8.319.910 31.569 53.601 Keterangan: BPR = Badan Perkreditan Rakyat, BKD = Badan Kredit Desa, KSP = Koperasi Simpan Pinjam, USP = Usha Simpan Pinjam, LPD = Lembaga Perkreditan Desa, BMT =

Baitul Mal wat Tamwil. Na : tidak ada data Sumber: Bank Indonesia (2004) Salam (2002) mengemukakan bahwa potensi LKMS di Indonesia sangat besar karena selain aksesnya langsung terhadap para pelaku usaha UMKM, juga memiliki kemampuan menyalurkan dana secar berkesinambungan (sustainable). Data yang dikemukakan Salam (2002) adalah sebagai berikut: 1. Jumlah LKMS lebih dari 54.000 unit tersebar di seluruh pelosok pedesaan di Indonesia. 2. Melayani lebih dari 33 juta penabung dan 21 juta peminjam (pelaku UMKM) dengan jumlah rata-rata pinjaman: Rp 4 juta (BRI Unit), Rp 3 juta (BPRS), dan Rp 1 juta (LKMS lainnya). 3. LDR rata-rata mencapai 78,53% (Juni 2004) artinya daya salur kredit yang besar melebihi kemampuan menggalang dana masyrakat. 4. Daya serap dana kredit LKMS di Indonesia mencapai Rp 4 trilyun yang terdiri dari: Rp 2,1 juta melalui BPR dan Rp 1,9 juta melalui LKMS lainnya. Namun demikian dibalik potensi lembaga perkreditan usaha mikro tersebut, tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi yakni antara lain kebijakan pemerintah yang belum memihak sektor ekonomi kecil dan menengah (UU LKM),

rendahnya kemampuan sumberdaya manusia pelakunya serta belum terkonsolidasinya kekuatan LKMS diberbagai daerah. Salah satu solusi yang mungkin dapat mengatasi kendala rendahnya akselerasi pemberdayaan UMKM oleh dukungan lembaga selain bank nasional yakni LKMS adalah melalui Teknologi Informasi (TI). Sejalan dengan hal itu Ibrahim (2004) menyatakan bahwa untuk memperkuat lembaga BPR salah satunya adalah membangun suatu sistem TI yang memenuhi kebutuhan operasional BPR sesuai karakteristiknya. Peran TI pada LKMS meliputi dua hal, yaitu dalam upaya memperkuat operasional internal dan dalam upaya adanya pemberdayaan melalui jejaring (networking) antar LKMS di seluruh pelosok wilayah nusantara. Dengan adanya fasilitas TI, diharapkan sistem operasional internal LKMS akan terbantu sehingga tercapai efisiensi, produktivitas dan keamanan operasional bisnis. Selain itu dengan adanya fasilitas TI juga, maka jejaring antara LKMS akan terbentuk sehingga sesama LKMS akan saling memperkuat misalnya melalui mekanisme pooling of funds (semacam adanya Bank Sentral antara LKMS). Pada gilirannya, peranan TI yang berhasil kepada LKMS diharapkan dapat menjadikan LKMS mampu berkompetisi lebih baik sehingga memiliki kesetaraan dengan sistem

perbankan nasional yang pada umumnya melakukan pembiayan kepada sektor korporat (usaha besar).. Pengelolaan layanan TI bagi LKMS yang strategis tersebut bagi PT. PNM pada gilirannya adalah untuk meningkatkan daya saing bisnis UMKM. Layanan TI yang akan diberikan tersebut harus dikelola dalam suatu mekanisme unit bisnis, karena dalam rangka adanya keberlangsungan jangka panjang (suistainability) serta melihat peluang pasar yang cukup menjanjikan. Dengan melihat adanya peluang tersebut di atas, maka dalam rangka mencapai visi dan misi serta sekaligus memanfaatkan peluang bisnis, PT. PNM telah mengembangkan strategi dalam menjalankan bisnis layanan TI bagi LKMS. Sejak dua tahun terakhir ini, PT. PNM telah membangun sebuah sistem yang disebut Pengembangan Aplikasi Operasional LKMS yang dikenal dengan nama LKMS Online. Sedangkan lembaga yang mengoperasikan bisnis layanan TI kepada LKMS tersebut dibentuk Organisasi Jasa Manajemen LKMS yang bekerja sama dengan Vendor lainnya melalui Divisi Manajemen Teknologi Informasi PT. PNM. PT. PNM telah melaksanakan layanan TI kepada LKMS melalui komersialisasi produk Madani Microbanking System (MMS). Untuk menciptakan

adanya value di pelanggannya yang beragam jenis LKMS, MMS dikemas dalam beberapa produk yaitu MMS BPR, MMS BPRS, dan MMS KSP. Produk tersebut adalah solusi TI yang lengkap kepada LKMS yaitu mulai dari Penyediaan Produk TI (Software), Instalasi, Pelatihan sampai dengan Implementasi sehingga operasional internal LKMS menjadi terkomputerisasi. Dalam pelaksanaannya, layanan ini melibatkan beberapa pihak, yaitu Kantor Cabang yang diperkuat Business Advisory Consultant Information Technology (BAC IT) di beberapa wilayah sebagai ujung tombak layanan, Divisi Manajemen Teknologi Informasi (MTI) sebagai Pengembang dan Pendukung Produk, Vendor TI yang dipilih sebagai implementor. Kepada LKMS yang mendapatkan layanan dikenakan biaya tertentu dengan pilihan pembayaran Tunai bertahap atau Sewa Beli. Perjalanan layanan yang sudah berlangsung selama lebih kurang 2 tahun (mulai 2003), jumlah LKMS yang telah mendapatkan layanan adalah lebih kurang 83 LKMS di seluruh Indonesia. Jumlah ini terlihat jauh dari potensi yang sebenarnya dapat diperoleh yaitu lebih dari 54.000 LKMS di seluruh Indonesia. Berdasarkan hal itulah, maka akan lebih baik bagi PNM jika diperoleh penyempurnaan model bisnis layanan TI bagi LKMS. Dengan adanya penyempurnaan model bisnis, maka diharapkan akan memberikan manfaat positif

baik bagi PNM maupun bagi LKMS. Bagi PNM semakin banyak LKMS yang telah mendapatkan layanan TI, maka akan secara langsung memberikan manfaat berupa pendapatan perusahaan sekaligus memenuhi visi dan misinya. Bagi LKMS sendiri adanya layanan TI ini, maka akan menciptakan adanya peluang baru untuk memberikan layanan lebih optimal sehingga dapat dicapai kinerja lebih baik. Sebagaimana layaknya suatu bisnis, maka bisnis layanan TI kepada LKMS perlu dilakukan dengan baik atau layak (proper) dan fokus. Dalam kaitan itulah, maka adanya model bisnis yang unggul dalam bisnis layanan TI merupakan faktor kunci. Secara lebih khusus, strategi yang diperlukan salah satunya adalah membuat suatu model bisnis layanan bisnis TI kepada LKMS. 1.2. Identifikasi Masalah Dalam rangka mengembangkan usaha menengah, kecil dan koperasi (UMKM) di Indonesia diperlukan sebuah model bisnis layanan TI yang tepat untuk mendukung aktivitas usaha yang semakin dinamis di masa yang akan datang. Terkait model bisnis layanan TI kepada LKMS sebagai jejaring aktivitas pemberdayaan UMKM oleh PT. PNM sebagaimana diuraikan tersebut di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

Pertama, dengan banyaknya jenis dan jumlah LKMS, menimbulkan peluang sekaligus tantangan. Dalam kerangka Sistem Informasi, maka keragaman organisasi menimbulkan koskuensi adanya keragaman proses bisnis dan sistem informasi yang diperlukan. Dalam kaitan ini, maka adanya layanan TI yang sesuai kebutuhan merupakan faktor kunci (key succes factor). Kedua, sebaran LKMS yang luas dan yang terdiri lembaga-lembaga bisnis kecil yang berdiri sendiri memberikan peluang dan tantangan untuk adanya bisnis yang melayani LKMS dimaksud. Berdasarkan fakta tersebut di atas maka dibutuhkan sebuah strategi yang diarahkan oleh PT. PNM untuk merancang sebuah model bisnis layanan TI kepada LKMS. Strategi pembentukan model bisnis tersebut diarahkan bagi penciptaan kemampuan bersaing bagi LKMS dalam rangka menumbuhkan sektor UMKM dengan daya dukung teknologi informasi dan sistem jejaring yang efektif dan efisien. Dengan model bisnis yang didukung dengan strategi alternatif yang tepat, maka layanan TI untuk LKMS diharapkan dapat lebih optimum mencapai potensi pasar yang ada dan pada gilirannya pendapatan dari komersialisasi Layanan TI untuk LKMS ini akan menunjang peningkatan pendapatan perusahaan dari jasa

manajemen sebagai salah satu core business-nya disamping dari jasa pembiayaan yang selama ini mendominasi. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan mengingat lokus penelitian adalah di PT PNM, maka dalam perumusan masalah dikaitkan dengan situasi dan kondisi di perusahaan dan lingkungan bisnis perusahaan tersebut. Berikut adalah beberapa masalah yang dapat dirumuskan : 1. Bagaimanakah model bisnis yang dijalankan oleh PT. PNM dalam rangka layanan TI bagi LKMS? 2. Strategi alternatif apa yang perlu dilakukan PT. PNM untuk melakukan layanan TI tersebut sesuai model bisnis yang dirancang? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Menganalisis bagaimana model bisnis layanan TI untuk LKMS yang dioperasionalisasikan oleh PT. PNM.

2. Memformulasikan strategi alternatif layanan TI bagi LKMS yang akan dioperasionalisasikan oleh PT. PNM sesuai model bisnis yang telah dirancang.