BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB II TINJUAN PUSTAKA. tertentu dan merupakan domain yang sangat penting untuk. 1) Tingkat Pengetahuan. ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan objek yang di ketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek yang

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juli 2017)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN PENYULUHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

REPRODUKSI KESEHATAN REMAJA CREATED BY: MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK USU 2009

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SEBJEK PENELITIAN Assalamualaikum Wr Wb/ Salam Sejahtera Dengan hormat,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KUISIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP PALAPA BINJAITAHUN 2015

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP NEGERI 1TAMBAKBOYO TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN VULVA HYGIENE SISWI SMA N 1 MOJOTENGAH, KABUPATEN WONOSOBO

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUKU SKILL LAB MATA AJAR ILMU KEPERAWATAN DASAR I PERAWATAN PERINEAL HIEGINE/VULVA HIEGINE

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi

Konsep Perawatan Tujuan Kebersihan Diri Meningkatkan drajat kesehatan seseorang Memelihara kebersihan diri seseorang Memperbaiki kebersihan diri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. semasa hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU IBU DI DUSUN MULEKAN II TIRTOSARI KRETEK BANTUL YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1. All About Remaja

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI YANG MEMILIKI KETERBATASAN PENGLIHATAN TENTANG VULVA HYGIENE DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.

BAB I PENDAHULUAN. usia tahun atau pada masa awal remaja di tengah masa pubertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

KEEFEKTIFAN EDUKASI MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA TERHADAP PERILAKU UNTUK MENCEGAH KEPUTIHAN PADA SISWI SMP NEGERI 1 KAJEN KELAS VIII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

Bab IV Memahami Tubuh Kita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN ORGAN INTIM DENGAN TANAMAN JAMU PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 JATINOM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PEMAKAIAN SABUN PEMBERSIH KEWANITAAN

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. adanya penyakit yang harus diobati (Djuanda, Adhi. dkk, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilaku untuk mencapai kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). 2. Tujuan Fitriani (2011) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan; b. mengubah sikap; c. Menanamkan tingkah laku atau kebiasaan baru. 3. Sasaran Sasaran pendidikan kesehatan menurut Machfoedz (2008), yakni : a. Masyarakat umum dengan berorientasi masyarakat pedesaan. b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperti wanita, pemuda, remaja. Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok lembaga pendidikan mulai dari taman 6

7 kanak-kanak, sekolah agama maupun negeri, sampai perguruan tinggi. c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individual 4. Metode Metode atau cara tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Jika tujuan yang ingin dicapai tentang pengetahuan, maka metode yang bisa dipakai yaitu ceramah, diskusi kelompok kecil, dan seminar. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah perubahan sikap yang positif, maka metode yang bisa dipakai yaitu pemutaran film, video, dan role playing. Namun apabila tujuannya untuk mengembangkan suatu tindakan atau ketrampilan yang positif dari sasaran, metode yang bisa dipakai yaitu demonstrasi dan latihan sendiri (Hikmawati, 2011; Fitriani, 2011). B. Metode Peer teaching Peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami pembelajaran (Majid, 2013). Metode ini menuntut peserta didik untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya (Sani, 2013). Menurut WHO dalam PKBI (2015) peer teaching yaitu upaya sistematis yang dilakukan para ahli untuk memengaruhi dan

8 menyebarkan pengalaman serta pengetahuan mereka kepada kaum muda melalui perwakilan kaum muda yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus. Tutor teman sebaya adalah perekrutan salah satu siswa guna memberikan satu per satu pengajaran kepada siswa lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan melalui partisipasi peran tutor dan tutee. Tutor memiliki kemampuan lebih dibandingkan tutee. Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Purwandari, 2015). Penerapan metode peer teaching mempunyai beberapa manfaat antara lain, hasil belajar maksimal, tidak mudah melupakan materi pendidikan, sebagai outcome kognitif dan sosial dalam pembelajaran, yaitu meningkatkan level pendalaman atau pemikiran tingkat tinggi (higher-order thinking), dan untuk mengembangkan keterampilan kerja sama (collaborative skills) (Purwandari, 2015).

9 Pelaksaan pendidikan sebaya (peer teaching) menurut BKKBN (2008), yaitu: 1. Persiapan Peserta a. Membentuk kelompok diskusi maksimal 12 orang dengan latar belakang usia dan pendidikan relatif sama sehingga memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan lancar. b. Pengetahuan dasar para peserta kurang lebih sama dan mampu untuk membahas pokok diskusi. 2. Persiapan Pendidik Sebaya a. Menunjuk pendidk sebaya (tutor) yang berperan sebagai narasumber bagi kelompoknya dengan kriteria memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik, mendengar aktif, memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, berinisiatif dan kreatif, serta terbuka untuk hal-hal baru. b. Memberikan kumpulan materi atau bahan pembelajaran kepada pendidik sebaya (tutor) sesuai dengan topik yang telah ditentukan dan sebagai acuan dalam memberikan informasi kepada teman sebayanya yang menjadi anggota dalam kelompok. c. Memberikan pengarahan dan pelatihan kepada pendidik sebaya (tutor) agar dapat meyampaikan informasi secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian dan minat temanteman sebayanya.

10 3. Pelaksanaan a. Terdapat fasilitator ketika pelaksanaan pendidikan sebaya untuk membantu apabila terdapat kesulitan dalam proses diskusi kelompok. b. Pendidik sebaya (tutor) memulai acara dengan menyampaikan materi selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk diskusi. c. Satu peserta diskusi berperan dalam mencatat hasil diskusi dan pertanyaan dari peserta lain. d. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, dapat ditanyakan kepada fasilitator. C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Wawan, 2011). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan a. Pendidikan Mubarak (2012), menjelaskan pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat dipahami suatu hal. Tidak dipungkiri semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

11 menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya semakin banyak. b. Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Riyanto, 2013). Menurut Wawan (2010) suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan baru dan semakin banyak mendapatkan informasi maka pengetahuan akan semakin luas. c. Lingkungan Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan pada individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu (Riyanto, 2013). d. Mubarak (2011), menyebutkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pekerjaan, umur, minat, dan kebudayaan. 3. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau menggunakan angket yang menanyakan isi

12 materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Riyanto, 2013). Pengetahuan seseorang dibagi menjadi tiga tingkatan, sebagai berikut: a. Baik : hasil presentase 76-100% b. Cukup : hasil presentase 56-75% c. Kurang : hasil presentase < 56% (Wawan, 2011) D. Perawatan Organ Genitalia Eksterna 1. Organ genitalia eksterna Prawirohardjo (2010), organ reproduksi perempuan terbagi atas organ genitalia eksterna dan organ genitalia interna. Organ genitalia eksterna, meliputi: a. Vulva atau pudenta, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, selaput dara (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskular. b. Mons veneris adalah bagian yang menonjol diatas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan.

13 c. Labia mayora (bibir besar) adalah bagian yang berbentuk lonjong mengecil ke bawah, terdiri atas bagian kanan dan kiri, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. d. Labia minora (bibir kecil atau nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. e. Klitoris adalah sebuah jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat syaraf sehingga sangat sensitif. Klitoris kira-kira sebesar kacang hijau. f. Vestibulum merupakan rongga dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchette (lipatan membran pada ujung perineal vulva), batas lateral labia minora. g. Introitus vagina (liang kemaluan) merupakan jalan masuk yang berotot terletak antara kandung kemih dan anus. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). h. Perineum yaitu bagian dari organ genitalia eksterna yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. 2. Pengertian perawatan organ genitalia eksterna Perawatan organ genitalia eksterna merupakan suatu tindakan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi yaitu organ genitalia eksterna agar tetap bersih, normal, sehat, dan terhindar dari berbagai penyakit (Wulandari, 2011).

14 3. Manfaat melakukan perawatan organ genitalia eksterna Manfaat dalam merawat organ reproduksi eksternal menurut Puspitaningrum (2012) antara lain : a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman b. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap dan gatalgatal c. Menjaga agar Ph vagina tetap normal (3,5-4,5) d. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina. e. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di sekitar vulva di luar vagina. f. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa. g. Mencegah munculnya keputihan dan virus. 4. Cara melakukan perawatan organ genitalia eksterna dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan organ genitalia eksterna Menjaga kesehatan sangatlah penting, khususnya menjaga organ reproduksi wanita. Hal ini bertujuan supaya organ kewanitaan tetap bersih, normal, sehat, dan terhindar dari kemungkinan adanya penyakit (Wulandari, 2011).

15 Berikut ini merupakan cara merawat organ genitalia eksterna wanita : a. Mencuci tangan sebelum menyentuh organ genitalia. b. Membersihkan vagina setiap buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Air yang digunakan untuk membasuh harus bersih, yakni air mengalir yang langsung dari keran. Hindari penggunaan air yang berasal dari tempat penampungan karena menurut penelitian air yang ditampung di toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur. c. Saat cebok setelah BAB atau BAK, bilas dari arah depan (vagina) ke belakang (anus). Jangan terbalik karena bisa menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina. d. Menghindari penggunaan sabun mandi pada alat kelamin karena dapat menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit atau gatal. Gunakan sabun yang paling lembut setelah buang air kecil. Apabila alergi dan iritasi terhadap sabun yang paling lembut, gunakan air hangat. Air yang terlalu panas dapat menyebabkan seluruh bakteri di dalam vagina mati dan kulit di sekitar vagina juga bisa lecet atau melepuh. e. Membersihkan bagian liang vagina dengan bahan kimia seperti produk antiseptik daun sirih sesuai aturan atau anjuran dari dokter saja. Hindari penggunaan cairan khusus pembersih

16 organ intim secara rutin karena akan menganggu keseimbangan PH dan flora dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur dan menjadi sumber infeksi. PH vagina normal yaitu 3,5 sampai 4,5. f. Apabila terjadi iritasi kompres dengan air dingin. Membilas dengan air hangat juga bisa membuat kulit di sekitar vagina bertambah merah dan membuat rasa gatal semakin menjadijadi. Hindari menggaruk kemaluan yang gatal karena dapat menyebabkan iritasi fisik yang membuat organ intim menderita. g. Mencukur rambut kemaluan setidaknya 7 hari sekali dan maksimal 40 hari sekali untuk mengurangi kelembapan di daerah vagina. Gunakan gunting khusus untuk perawatan pribadi. h. Apabila terpaksa menggunakan kloset umum di keramaian misalnya mall atau bandara, pilihlah kloset jongkok. Namun jika terpaksa menggunakan kloset duduk, siramlah terlebih dahulu tempat dudukan kloset dengan air dan pembersih yang ada di situ, kemudian keringkan dengan tissue toilet. Setelah itu baru menggunakan kloset tersebut. Hal ini adalah untuk mencegah penularan penyakit kelamin. i. Keringkan daerah sekitar vagina sebelum menggunakan celana dalam, setiap kali usai buang air kecil dan buang air besar. Hal

17 ini bertujuan untuk menghindari organ intim lembab yang dapat memicu tumbuhnya jamur. Mengeringkan dengan menggunakan handuk khusus dan tidak boleh digunakan bergantian dengan orang lain. Apabila mengeringkan dengan tissue pilihlah yang tidak menggunakan parfum dan berwarna putih karena tissue yang demikian tidak mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada daerah vagina. j. Tidak diperbolehkan untuk menaburkan bedak di daerah vagina dan sekitarnya karena bedak tersebut akan menggumpal di sela-sela lipatan vagina yang sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan. Bila dibiarkan, tumpukan bedak lama-kelamaan akan mengundang kuman. k. Gantilah celana dalam 2-3 kali sehari untuk mencegah kelembaban. l. Pilihlah celana dalam berbahan katun karena dapat menyerap keringat dengan sempurna. Celana dari bahan satin ataupun bahan sintetik lainnya, justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan lembab. Hindari celana dalam yang terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab, sehingga memberi peluang jamur untuk tumbuh subur pada area ini. m. Saat menstruasi sebaiknya pilih pembalut yang berbahan lembut yang dapat menyerap dengan baik dan tidak

18 mengandung bahan yang membuat alergi (misalkan parfum atau gel), karena wangi-wangian pada pembalut justru mengandung bahan kimia yang dapat menimbulkan gatal dan iritasi pada permukaan kulit. n. Rajin mengganti pembalut saat menstruasi karena darah yang tertampung pada pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi. Dianjurkan untuk mengganti pembalut 4-5 kali sehari saat darah haid sedang banyak, apabila hari-hari terakhir haid cukup mengganti pembalut 3 kali sehari yaitu pada pagi, sore, dan malam hari dengan membersihkan organ intim terlebih dahulu. o. Hindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus-menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit. Pantyliner hanya digunakan saat keputihan dan sebaiknya digunakan antara 2-3 jam. (Irianto, 2014; Wulandari, 2011; Pribakti, 2012; Pudiastuti, 2010; Puspitaningrum, 2012). E. Pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode peer teaching terhadap pengetahuan perawatan organ genitalia eksterna Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana terjadi perkembangan intelegensia, suka memberikan kritik dan cenderung ingin mengetahui hal-hal baru

19 (Lubis, 2013). Pada masa ini remaja putri perlu memiliki perilaku yang baik dalam kebersihan diri, khususnya dalam merawat kebersihan organ reproduksi. Untuk menciptakan perilaku tersebut, perlu adanya pendidikan kesehatan khususnya tentang cara perawatan organ genetalia eksterna, dengan tujuan agar terbentuk pengetahuan tentang perlunya perawatan organ genetalia eksterna. Pendidikan kesehatan dengan metode peer teaching tentang perawatan organ genitalia eksterna adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan dan informasi tentang cara melakukan perawatan organ genetalia eksterna dengan baik dan benar kepada remaja putri melalui teman sebayanya sendiri. Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya (Purwandari, 2015). Lingkungan teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan remaja, dimana remaja akan lebih merasakan keterikatan dan kebersamaan dalam kelompok seusianya (Kusmiran, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Ketut (2013) dengan judul Perbandingan Pengaruh Metode Pendidikan Sebaya dan Metode Ceramah terhadap Pengetahuan dan Sikap Pengendalian HIV/ AIDS pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Kesehatan Universitas

20 Pendidikan Ganesha menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor pengetahuan maupun sikap dimana pada kelompok pendidikan sebaya lebih tinggi daripada kelompok dengan metode ceramah. Penelitian Tri (2014) tentang Perbedaan Metode Peer Education dan Ceramah terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap dalam Pencegahan HIV/ AIDS pada Siswa Kelas X MAN Tulungagung juga didapatkan hasil yang sama yaitu metode Peer Education lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam pencegahan HIV/ AIDS.

21 F. Kerangka Konsep Pendidikan Kesehatan dengan metode peer teaching yaitu dengan memainkan peran tutor sebaya untuk menyampaikan informasi kepada teman sebayanya (tutee), sehingga terjadi proses diskusi dalam kelompok mereka. Kegiatan diskusi memungkinkan terjadinya penginderaan terhadap informasi yang disampaikan, sehingga menghasilkan perubahan informasi atau peningkatan pengetahuan dalam hal ini yaitu pengetahuan tentang perawatan organ genitalia eksterna. Pendidikan Kesehatan (Metode Peer teaching) Transfer Informasi Penginderaan Perubahan informasi atau peningkatan pengetahuan Pengetahuan perawatan organ genitalia eksterna Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konsep

22 G. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah Ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode peer teaching terhadap pengetahuan perawatan organ genitalia eksterna.