BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan proses belajar mengajar disekolah tidak terlepas dari peran serta guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri I Way Lima. Siswa kelas VIII.G

17 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. untuk lebih menyiapkan anak didik dengan keterampilan-keterampilan baru,

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pengertian Belajar Menurut Nasution (1982 : 2) belajar adalah perubahan tingkah laku akibat pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktivitas fisik semata. Siswa

Charlina Ribut Dwi Anggraini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dijenjang pendidikan formal mulai dari tingkat SD sampai pada tingkat SMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

I. PENDAHULUAN. tugas dan kewajiban guru. Oleh karena itu, seorang guru memerlukan strategi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pengamat maupun dari peneliti sendiri berdasarkan fokus penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran adalah suatu proses membelajarkan subjek. belajar secara aktif, yang menekan pada penyediaan sumber belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses penyampaian pelajaran dibutuhkan pendekatan-pendekatan

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sanggup) dalam melakukan sesuatu. Secara harfiah kemampuan berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Kajian Teori Hakikat Pembelajaran Matematika Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) Matematika merupakan mata

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau. perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB 1 PENDAHULUAN. Guru tidak hanya sebagai pengajar tapi juga fasilitator yang membimbing dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. selama ini pada semester ganjil tahun pelajaran menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

Transkripsi:

11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka belajar bersama-sama. Siswa biasanya lebih mudah memahami konsep pembelajaran apabila ia mendapatkan penjelasan dari gurunya. Menurut Arikunto (1986:62) adakalanya seorang siswa lebih mudah menerima keterangan yang diberikan oleh kawan sebangku atau kawan-kawan yang lain karena tidak adanya rasa enggan atau malu untuk bertanya. Dalam setting kelas kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari satu teman keteman yang lain diantara sesama siswa dari pada belajar dari guru (Ibrahim, 2002: 17). Sedangkan Lie (2002:12) mengemukakan bahwa: Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesepatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas tersetruktur. Dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator

12 Selain unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran koopratif sangat berguana untuk membantu siswa untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama (Ibrahim, 2002:12). Kerjasama merupakan prinsip belajar dan mengajar yang penting, dengan melakukan kerjasama berarti siswa saling berintraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Rusyan (1989:155) mengemukakan bahwa Dalam proses kelompok atau kerjasama itu terdapat segi-segi relasi, interaksi, partisipasi, kontribusi, afeksi, dan dinamika. Setiap individu berhubungan satu sama lain, setiap individu memberikan sumbangan pikiran, setiap individu saling mempengaruhi, setiap individu ikut aktif, setiap individu mendapat pembagian tugas dan setiap individu berkembang dalam hal personal-sosial-moral traitisnya. Model pembelajaran kooperatif merupakan rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Sanjaya (2006: 240) Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan mendapatkan penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukan prestasi yang dipersyaratkan.

13 Menurut Abdurrahman dan Bintoro (dalam Nurhadi, 2004:61) Pembelajaran kooperatif adalah sustu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah: a. saling ketergantungan positif; b. interaksi tatap muka; c. akutabilitas individu,dan d. keterampilan untuk menjalin hubungan antara pribadi atau ketrampilan sosial yang secara sengaja diajarkan. Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bersama dalam kelompok kecil dengan tingkat kemapuan yang berbeda. Dalam hal ini siswa bekerjasama untuk menyelesaikan tugas kelompok dan saling membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Tiap-tiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggota kelompok masing-masing. Beberapa karakteristik yang dimiliki oleh pembelajaran kooperatif menurut Sanjaya (2006:242) adalah: 1. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa untuk belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap

14 kelompok harus heterogen, hal ini dimaksudkan agar setiap anggota kelompok dapat saling memberi dan menerima pengalaman sehingga diharapkan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. 2. Didasarkan pada menejemen koopratif. Manajemen kooperatif mempunyai empat fungsi pokok, fungsi tersebut meliputi fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan dan fungsi kontrol. Fungsi perencanaan pada pembelajaran kooperatif menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bekerjasama antar setiap anggota kelompok, oleh karena itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi pelaksanaan menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang telah ditentukan. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun non tes. 3. Kemauan untuk bekerjasama. Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu, prinsip kerjasama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu. Misalnya, siswa yang pintar perlu membantu siswa yang kurang pintar

15 4. Keterampilan bekerjasama Kemauan untuk bekerjasama dalam kelompok kemudian dipraktikan melalui aktifitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berintraksi dan berkomunikasi dengan anggota tim. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berintraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan konstribusi kepada keberhasilan kelompok. Adapun prosedur pembelajaran koopratif menurut Sanjaya (2006:246) terdiri atas empat tahapan, yaitu: 1. Menjelaskan materi. Tahap ini dimulai dengan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pembelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim). 2. Belajar dalam kelompok. Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pembelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompok belajarnya masing-masing. Pengelompokkan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen yang didasarkan atas perbedaan akademik, jenis kelamin, sosial-ekonomi dan etnik. Dalam hal kemampuan akademik, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang kemampuan akademik tinggi, dua orang berkemampuan akademik sedang dan satu orang berkemampuan

16 akademik rendah. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dengan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat. 3. Penilaian. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Tes individu nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, sedangkan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hal ini disebakan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompok yang merupakan hasil kerjasama setiap anggota kelompok. 4. Pengakuan tim. Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan atau pemberian panghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mempu meningkatkan prestasi mereka. B. Konsep Student Teams Achivemen Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tipe. Tipe dari pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Jigsaw, Team Games Tournamen (TGT), Group Investigation (GI), Student Teams Achievemen Divisions (STAD), Teams Assisted Individualisation (TAI), dan Think Pair Share (TPS). Pada setiap tipe pembelajaran kooperatif mempunyai beragam

17 karakteristik, pembedaan dalam hakikat pembelajaran, bentuk kerjasama, penilaian, peranan dan komunikasi antar siswa serta peranan guru. Salah satu pembelajaran kooperatif yang paling sederhana adalah tipe Student Teams Achievemen Divisions (STAD). Menurut Ibrahim (2000:20) STAD merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin, dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Isjoni (2007:51) berpendapat bahwa STAD merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan intraksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dalam STAD siswa dibagi kedalam beberapa kelompok atau tim, masing-masing terdiri dari empat sampai lima orang anggota kelompok. Tiap tim memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan akademiknya (tinggi, sedang, rendah). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Secara individu atau tim, tiap minggu atau tiap dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik yang akan dipelajari (Nurhadi,2004:65)

18 Isjoni (2007: 51), menjelaskan bahwa proses pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima tahap, yaitu: 1. Tahap Penyajian Materi Sebelum guru memulai pembelajaran, terlebih dahulu menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kemudian dilanjutkan dengan apersepsi dan menjelaskan kepada siswa tentang garis besar materi yang akan dipelajari. 2. Tahap Kerja Kelompok Dalam setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaikan agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap kelompok. 3. Tahap tes individu Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes individu mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu diadakan pada setiap akhir pertemuan kedua atau ketiga. Hal ini dilakukan agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didata dan diarsipkan, kemudian digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

19 4. Tahap perhitungan skor perkembangan individu Skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal pada kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Skor perkembangan individu tidak didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan atas beberapa jumlah skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu. Langkah-langkah dalam penskoran poin peningkatan individu adalah: - Langkah I : (Menetapkan skor dasar) Setiap siswa diberikan skor berdasarkan nilai awal. - Langkah II : (Menghitung skor tes/kuis terkini) Siswa memperoleh nilai untuk kuis pada pelajaran terkini - Langkah III : (Menghitung skor peningkatan/perkembangan) Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentukan berdasarkan apakah skor kuis terkini mereka melampaui skor dasar dengan mengunakan ukuran skala : - >10 poin di bawah skor dasar = 0 poin - 10-1 poin dibawah skor dasar = 10 poin - 10 poin diatas skor dasar = 20 poin - > 10 poin di atas sekor dasar = 30 poin Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memper oleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuanya.

20 5. Tahap pemberian penghargaan kelompok Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memiliki skor atau poin tinggi. Penghitung skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing skor individu siswa dalam satu kelompok dan hasilnya dibagi sesuai dengan banyaknya anggota dalam kelompok. Langkah-langkah yang akan diterapkan peneliti dalam model pembelajaran koopratif tipe STAD adalah: 1. Pengelompokan siswa secara hetrogen berdasarkan kemampuan akademik dan jenis kelamin. Siswa kelas VIII.G dikelompokkan kedalam 6 kelompok belajar. Dalam satu kelompok terdapat 4 orang siswa yang terdiri dari satu orang berkemampuan akademik tinggi, dua orang siswa berkemampuan akademik sedang dan satu orang siswa berkemampuan akademik rendah. Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik ini didasarkan atas kemampuan uji blok semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Sepuluh orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi dalam uji blok dikategorikan kedalam siswa yang berkemampuan akademik tinggi dan mereka dijadikan sebagai ketua kelompok 2. Guru menerangkan secara garis besar tentang materi yang akan dipelajari 3. Siswa dalam kelompok belajar mengajar Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk menuntaskan materi pembelajaran. Masing-masing siswa dalam kelompok belajar berdiskusi dan saling membantu satu sama lain dalam memahami bahan pembelajaran. 4. Selama proses balajar dalam kelompok berlangsung, guru memantau dan memberikan bimbingan kepada siswa dalam setiap kelompok.

21 5. Siswa mempersentasikan hasil kerja kelompok mereka di depan kelas, siswa yang berasal dari kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang mempersentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas 6. Guru memberikan penguatan, penyempurnaan dan menyimpulkan materi 7. Siswa merangkum hasil diskusi dari hasil presentasi 8. Kuis atau tes individu untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap bahan pembelajaran yang telah dipelajari (dilaksanakan pada setiap akhir siklus) 9. Pengharaan kelompok atau pengakuan terhadap hasil belajar siswa yang didasarkan atas poin peningkatan/perkembangan individu Kelemahan dalam model pembelajaran koopratif tipe STAD menurut Sanjaya (2006:248) adalah : 1. Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi akan merasa terhambat oleh siswa yang memiliki kemampuan akademik rendah. Hal semacam ini akan mengakibatkan terganggunya iklim kerjasama dalam kelompok. 2. Ciri utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa. 3. Penilaian yang diberikan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarka pada hasil kerja kelompok. Namun demikian guru harus menyadari bahwa sebenarnya hasil atau persentasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

22 4. Keberhasilan model pembelajaran koopratif tipe STAD dalam upaya mengembangkan kesadaran kelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya satu kali atau sekali-kali penerapan strategi ini Selain kelemahan kelemahan yang telah dijabarkan diatas, ada beberapa kelemahankelemahan lain dalam penerapan model pembelajaran koopratif tipe STAD yaitu: 1. Proses dalam mengkordinasikan siswa kedalam kelompok belajar di dalam kelas seringkali memakan waktu karena siswa harus pindah dari bangku mereka dan bergabung dengan kelompok belajarnya yang telah ditentukan guru. 2. Siswa yang tekun merasa bahwa mereka harus bekerja melebihi siswa yang malas dalam kelompok belajar mereka. Siswa yang tekun juga merasa bahwa teman yang malas hanya menebeng saja pada hasil jerih payah mereka. 3. Siswa yang memiliki kemampuan akademis yang rendah akan merasa minder ditempatkan dalam satu kelompok dengan siswa yang lebih pandai. 4. Siswa yang memiliki kemampuan akademis tinggi akan merasa keberatan berada satu kelompok dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah. Mereka merasa dirugikan dan dimanfaatkan karena mereka merasa memiliki tanggung jawab atas keberhasilan teman-temanya yang berkemampuan akademis rendah. 5. Jika kerja kelompok tidak berhasil, siswa dalam kelompok tersebut akan saling menyalahkan satu sama lain. Namun sebaliknya, jika mereka berhasil dan memperoleh panghargaan kelompok dari guru maka akan muncul perasaan tidak adil kerena siswa yang pandai/rajin merasa bahwa temannya yang berkemampuan akademis rendah hanya membonceng pada hasil kerja mereka.

23 C. Konsep Hasil Belajar Sejarah Salah satu tugas guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dalam pelaksanaan belajar mengajar. Evaluasi tersebut dilakukan untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Dari hasil belajar diperoleh dapat diketahui tingkat keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik. Menurut Sudirman (dalam Djamarah, 2000: 209) pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar, sedangkan menurut Ibrahim (1996: 86), untuk dapat mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil pembelajar siswa. Hasil belajar diperoleh dari proses evaluasi hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa tidak semata-mata disebabkan oleh kemampuan siswa tersebut dalam belajar tetapi juga bisa disebabkan oleh kurang berhasilnya guru dalam mengajar. Dengan kata lain, melalui hasil belajar dapat dilihat interaksi keterkaitan keberhasilan belajar antar siswa yang belajar dengan guru sebagai pengajar. Dimyati (2002: 3) menyatakan Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tidak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.

24 Untuk meraih hasil belajar yang optimal siswa melakukan suatu usaha pencapaian terhadap tujuan yang ingin dicapai. Usaha tersebut merupakan suatu perbuatan yang mengarah pada penyesuaian tugas-tugas belajar siswa. Menurut Ahmadi (1984: 35) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada setiap kali mengikuti tes. Sedangkan Dimyati (2002:4) berpendapat bahwa, dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dan ijazah atau kemampuan siswa untuk melanjutkan materi atau pokok bahasan selanjutnya. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar Sejarah adalah hasil yang telah diperoleh setelah siswa mendapat pengetahuan selama proses belajar mengajar pada mata pelajaran IPS Sejarah yang diwujudkan dalam bentuk nilai (angka) dan diperoleh setelah mengikuti tes atau kuis melalui pengukuran (evaluasi) belajar Sejarah siswa. E. Kerangka Pikir dan Paradigma 1. Kerangka Pikir Metode pembelajaran yang dipakai oleh guru mata pelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri I Way Lima adalah metode belajar kelompok. Namun dalam penerapannya, metode ini kurang mampu untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Pada saat proses pembelajaran berlangsung hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar dan mengerjakan tugas kelompok, siswa kurang memiliki tanggung jawab dalam belajar, terlihat siswa saling melempar tanggung jawab pada teman yang mereka anggap pandai.

25 Hasil pembelajaran siswa dalam mata pelajaran IPS Sejarah yang diperoleh siswa di sekolah masih kurang optimal, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan belajar. Oleh karena itu diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar sehingga hasil belajar sejarah siswa semakin meningkat. Pada penelitian ini peneliti menggunakan model pembelajaran koopratif tipe Student Team Achivement Division (STAD). Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang megedepankan kerjasama dan interaksi antarsiswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Dalam satu kelompok, siswa saling berdiskusi satu sama lain dan saling membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan mengguanakan model pembelajaran koopratif tipe STAD, siswa dikelompokan dalam kelompok yang heterogen berdasarkan jenis kelamin serta kemampuan akademik siswa yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang dan rendah, Dalam satu kelompok terdiri dari empat orang anggota kelompok. Pembelajaran diawali dengan penyampaian materi pembelajaran oleh guru, kemudian siswa dalam kelompok masingmasing berdiskusi dan mengerjakan Lembar Kerja Kelompojk (LKK) yang telah disediakan oleh guru. Masing-masing siswa memiliki tanggung jawab agar setiap individu dalam kelompok mereka paham akan materi yang dipelajari. Setelah dilaksanakan persentasi hasil kerja kelompok di

26 depan kelas. Setiap akhir siklus guru memberikan tes individu untuk mengukur hasil belajar siswa dan memberi poin peningkatkan perkembangan individu dan kelompok. Kelompok yang mendapatkan poin tinggi akan mendapatkan penghargaan berupa hadiah. Pemberian penghargaan ini dimaksudkan untuk memotivasi siswa untuk berusaha lebih baik dalam belajar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh keaktifan siswa, dalam hal ini guru berperan sebagai pengawas sekaligus fasilitator bagi siswa. Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran akan membuat siswa mudah dan paham akan suatu konsep pambelajaran sehingga hasil belajar yang akan dicapai pun akan baik. Secara tidak langsung aktivitas belajar siswa sebagai rangkaian kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

27 2. Paradigma Metode Belajar Kelompok - Hanya sebagian kecil siswa yang aktif belajar sejarah - Dalam mengerjakan tugas kelompok, siswa saling melelempar tanggung jawab - Kurang adanya kerjasama dalam kelompok belajar mengajar Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD - Pengelompokan siswa - Diskusi mengunakan LKK - Persetasi hasil diskusi - Tes/Kuis - Penghargaan kelompok Aktivitas Belajar Siswa Hasil Belajar Sejarah Keterangan : Garis Kelemahan : Garis Tindakan : Garis Dampak