BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seperti pengertian kemiskinan yang dikemukakan oleh Friedman bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan diperkotaan merupakan masalah sosial yang masih belum

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BAB II CHYNE, O BRIEN DAN BELGRAVE: TEORI SOSIAL DEMOKRAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Keterbelakangan menurut Chamber (1987) ialah rasa tidak berdaya

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

GERAKAN SOSIAL. Dr. Bob Alfiandi JURUSAN SOSIOLOGI FISIP UNAND PADANG

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan, sandang,

BAB I PENDAHULUAN. Kota menawarkan berbagai ragam potensi untuk mengakumulasi aset

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB II. Kajian Pustaka. sebatas ketidakmampuan secara ekonomi saja, tetapi kemiskinan juga kegagalan

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Tabel 2.1. Jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Terhadap Penanganan PMKS Guna Mendukung Penurunan Kemiskinan di Jawa Tengah Tahun 2014

Konsep Sustainable Livelihoods. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

Kemiskinan di Indonesa

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia (karyawan) merupakan aset yang paling penting

Video Sustainability. Nadya Nurul Utami Video 01. Sustainability Definition

PENDAHULUAN Latar Belakang

Paradigma Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. Birokrasi, Demokrasi, dan Masalah Legitimasi

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, dapat. disimpulkan bahwa Banyuwangi merupakan wilayah yang rawan

Indeks Keamanan Manusia Indonesia (IKMI) Dimensi, Variabel, dan Indikator

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dianggap penting karena dinilai mampu meningkatkan kompetensi

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Persoalan permukiman merupakan masalah yang serius karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Makalah Manajemen Konflik

BAB II KAJIAN TEORI. divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. 1

Adakah Ukuran Kemiskinan Buat Masyarakat Di Kabupaten Buru?

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

STRATEGI MEMAJUKAN PERAN & KEBERLANJUTAN ORGANISASI MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA 1

I. PENDAHULUAN. Sudah disadari bersama bahwa masalah agraria adalah masalah yang rumit dan

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menyeimbangkan Lapangan Kerja dan Kebijakan-Kebijakan Perlindungan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN AGRARIA (KPM 321) PENDAHULUAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA / DEPARTEMEN -KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN ASYARAKAT.

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Hidup yang layak merupakan dambaan kehidupan setiap orang. Terpenuhinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan internasional yang lazim disebut dengan Global Governance. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. Desa Bogak merupakan wilayah pesisir yang terletak di Kecamatan Tanjung Tiram

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab II ini menguraikan tentang pandangan teoritis mengenai. Kemiskinan merupakan masalah kemanusiaan yang telah lama

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian kemiskinan Pengertian kemiskinan saat ini telah mengalami perluasan. Dimana kemiskinan tidak lagi dipandang dari aspek ekonomi saja tetapi juga dilihat dari aspek sosial, budaya dan politik yang meliputi aspek pendidikan dan kesehatan. Seperti pengertian kemiskinan yang dikemukakan oleh Friedman bahwa kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta informasi. Menurut Bappenas, kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, kemiskinan adalah ketidakmampuan memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. 2.2 Karakteristik Masyarakat Miskin Emil Salim (dalam Supriatna 2000: 124) mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin yaitu : 1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri 2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah 11

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas 5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai 2.3 Teori Analisa Kemiskinan Masalah kemiskinan selalu ditandai dengan adanya kerentanan, ketidakberdayaan, keterisolasian dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi. Masyarakat miskin pada umumnya sulit untuk mendapatkan akses yang mampu menggeser kemiskinannya. Jeffrey D. Sach (Dalam Nurlita, 2014) mengklasifikasikan kaum miskin kedalam tiga bagian. Pertama, mereka yang hidup dalam extreme poverty, yang satuan rumah tangganya tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar, kelaparan, tidak mempunyai akses atas layanan kesehatan, tidak mendapat air bersih dan sanitasi, tidak dapat mengusahakan pendidikan bagi anak-anaknya, tidak mempunyai fasilitas tempat tinggal yang sederhana dan tidak mempunyai kelengkapan harian. Situasi ini banyak terjadi di Negara berkembang. Kedua, moderate poverty, mereka yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (seperti dijelaskan pada bagian pertama), tetapi sangat minim dan tidak selalu mampu. Ketiga, relative poverty, mereka yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, tetapi berada dibawah rata-rata cara hidup di Negara yang bersangkutan. Dikutip dari sebuah tulisan di internet (https://imiksfisipusu.wordpress.com/2010/08/24/teori-teori-kemiskinan/ di akses pada 23 Juni 2016) bahwa menurut World Bank (2006:xxiii) ada tiga ciri yang menonjol dari kemiskinan di Indonesia, yaitu : 12

1. Banyak rumah tangga yang berada di sekitar garis kemiskinan nasional yang setara dengan PPP 1.55 dolar AS per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan; 2. Ukuran kemiskinan didasarkan pada pendapatan sehingga tidak menggambarkan batas kemiskinan yang sebenarnya. Banyak orang yang mungkin tidak tergolong miskin dari segi pendapatan tetapi dapat dikategorikan miskin atas dasar kurang akses terhadap pelayanan dasar serta rendahnya indikator - indikator pembangunan manusia; 3. Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah merupakan ciri mendasar dari kemiskinan di Indonesia. Muttaqien (dalam Istianahermawati hal 145-146) mengungkapkan bahwa kemiskinan menyebabkan efek yang hampir sama di semua negara. Kemiskinan menyebabkan: 1. Hilangnya kesejahteraan bagi kalangan miskin (sandang, pangan, papan) 2. Hilangnya hak akan pendidikan 3. Hilangnya hak akan kesehatan 4. Tersingkirnya dari pekerjaan yang layak secara kemanusiaan 5. Termajinalkannya dari hak atas perlindungan hukum 6. Hilangnya hak atas rasa aman 7. Hilangnya hak atas partisipasi terhadap pemerintah dan keputusan publik 8. Hilangnya hak atas psikis 9. Hilangnya hak untuk berinovasi, dan 10. Hilangnya hak atas kebebasan hidup 13

Pola kemiskinan antar kelompok sosial, umur, budaya, lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang berbeda. Lebih lanjut dalam sebuah tulisan di internet (https://agustydwitya.wordpress.com/ di akses pada 23 Juni 2016) bahwa Narayan, dkk memberikan empat dimensi utama dari defenisi kemiskinan yang dirumuskan oleh masyarakat miskin sendiri, sebagai berikut dibawah ini : Dimensi 1 : dimensi material kekurangan pangan, lapangan kerja dengan muaranya adalah kelaparan atau kekurangan makanan. Dimensi 2 : dimensi psikologi, seperti antara lain ketidakberdayaan (powerlessness), tidak mampu berpendapat (voicelessness), ketergantungan (dependency), rasa malu (shame), rasa hina (humiliation) Dimensi 3 : Dimensi akses ke pelayanan prasarana yang praktis tidak dimiliki Dimensi 4 : Dimensi aset/milik, praktis tidak memiliki aset sebagai modal untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, seperti antara lain : 1. Kapital fisik (physical capital), antara lain mencakup tanah, ternak, peralatan kerja, hunian, perhiasan, dsb. 2. Kapital manusia (human capital), antara lain menyangkut kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Kesehatan yang buruk sering menghalangi orang untuk bekerja apalagi bila pekerjaannya menuntuk tenaga fisik yang sering ditemukan pada masyarakat yang berada pada tingkat survival, begitu juga rendahnya pendidikan sangat menghambat kemajuan seseorang. 3. Aset sosial (social capital), atau sering diartikan dalam hal ini sebagai sistem kekerabatan yang mendukung kaum miskin untuk tetap bertahan 14

hidup sebab pada umumnya kaum miskin tidak masuk jaringan formal pengamanan sosial seperti asuransi yang mampu melindungi mereka dari berbagai krisis seperti musibah, keuangan, dll. 4. Aset lingkungan (environmental asset) antara lain mencakup iklim dan musim yang sangat berpengaruh pada petani, nelayan, dan sebagai pekerja lapangan. Secara rinci keempat aset tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Aset fisik (Physical Capital) Pada dasarnya masyarakat miskin memang praktis tidak memiliki benda - benda fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti tanah yang memadai, rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan kerja dan benda - benda fisik lainnya. b. Aset Kemanusiaan (Human Capital) Pada dasarnya masyarakat miskin juga tidak memiliki kualitas sumber daya manusia yang cukup baik yang dapat menjamin keberhasilan hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, dsb. Belum lagi kualitas manusia yang lain seperti etos kerja yang ulet, jiwa kewirausahaan, kepemimpinan, dsb. c. Aset Sosial (Social Capital) Masyarakat memang selalu bersisi dari pranata sosial yang ada termasuk sistem asuransi sehingga mereka harus membangun sendiri institusi mereka agar mendapatkan jaminan sosial (social security) yang dibutuhkan untuk 15

mempertahankan hidup mereka (survival) melalui kekerebatan antar mereka, asosiasi penghuni, yang sering kali menjadi sangat kuat oleh sebab rasa senasib sepenanggungan, dsb. d. Aset Lingkungan (Environmental Asset) Pada umumnya, masyarakat miskin diperkotaan memang kurang atau malah tidak memiliki sumber - sumber lingkungan sebagai modal hidup mereka seperti air baku, udara bersih, tanaman, lapangan hijau, pohon - pohon, dsb, sementara para petani dan nelayan sangat tergantung kepada aset lingkungan dalam bentuk musim dan iklim. Untuk memecahkan masalah kemiskinan, perlu kebijaksanaan yang tepat dengan mengidentifikasi golongan masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan berikut karakteristiknya. Masyarakat miskin sesuai karakteristiknya menurut Kartasasmita dalam jurnal Nunung Nurwati, umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya pada kegiatan ekonomi, sehingga semakin tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Moeljarto (1995: 98) mengemukakan tentang poverty profile sebagaimana berikut: Masalah kemiskinan bukan saja masalah welfare akan tetapi mengandung enam buah alasan antara lain: a. Masalah kemiskinan adalah masalah kerentanan b. Kemiskinan berarti tertutupnya akses kepada berbagai peluang kerja karena hubungan produksi dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk berpartisipasi dalam program produksi 16

c. Masalah ketidakpercayaan, perasaan impotensi, emosional dan sosial dalam menghadapi elit desa dan para birokrat yang menentukan keputusan menyangkut dirinya tanpa memberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, sehingga membuatnya tidak berdaya d. Kemiskinan juga berarti menghabiskan sebagian besar penghasilannya untuk konsumsi pangan dan kualitas dan kuantitas terbatas e. Tingginya rasio ketergantungan, karena jumlah keluarga yang besar f. Adanya kemiskinan yang diwariskan secara terus menerus 2.4 Teori Gerakan Sosial Gerakan sosial dilatarbelakangi oleh urbanisasi dimana masyarakat dari desa bermigrasi ke perkotaan dengan latar belakang keragaman, tetapi memiliki tujuan yang relatif sama, berinteraksi, berkumpul dan berorganisasi. Kondisi ini merupakan awal munculnya gerakan sosial. Michael Useem mendefenisikan gerakan sosial sebagai tindakan kolektif teroganisasi, yang dimaksudkan untuk mengadakan perubahan sosial. John Mc Carthy dan Mayer Zaid melangkah lebih rinci, dengan mendefinisikan gerakan sosial sebagai upaya terorganisasi untuk mengadakan perubahan di dalam distribusi hal - hal apapun yang bernilai secara sosial. Sedang Charles Tilly menambahkan corak perseteruan (contentious) atau perlawanan didalam interaksi antara gerakan sosial dan lawan - lawannya. Dalam defenisinya gerakan -gerakan sosial adalah upaya - upaya mengadakan perubahan lewat interaksi yang mengandung perseteruan dan berkelanjutan diantara warga negara dan negara. (Astrid S Susanto - Sunarto, Masyarakat Indonesia memasuki abad ke - 21, 17

direktorat jenderal pendidikan tinggi Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1998, Hal 21). Anthony Giddens dalam Fadhilla Putra,dkk menyatakan gerakan sosial sebagai upaya kolektif untuk mengejar kepentingan bersama atau gerakan mencapai tujuan bersama atau gerakan bersama melalui tindakan kolektif (collective action) diluar ruang lingkup lembaga - lembaga yang mapan. Sedangkan Mansoer Fakih menyatakan bahwa gerakan sosial dapat diartikan sebagai kelompok yang terorganisir secara tidak ketat dalam rangka tujuan sosial terutama dalam usaha merubah struktur maupun nilai. Menuurt Sztompka gerakan sosial juga dianggap sebagai salah satu fenomena di era modernitas karena beberapa alasan seperti : a. Kepadatan penduduk yang menyebabkan peluang mobilisasi meningkat b. Rasa keterasingan yang memunculkan kerinduan terhadap sebuah komunitas dengan solidaritas dan kebersamaan. c. Meningkatnya ketimpangan sosial dan adanya transformasi demokratis sistem politik yang membuka peluang bagi tindakan kolektif d. Adanya keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia. e. Meningkatnya pendidikan f. Kemunculan dan menguatknya media massa yang sebagai instrumen yang sangat kuat mengartikulasikan, membentuk, menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum. (Sztompka dalam Amin, 2008:15) 18

Berdasarkan pengertian - pengertian diatas, ada beberapa hal yang perlu dicatat sebagai karakteristik yang melekat dalam gerakan sosial, yaitu : 1. Gerakan sosial merupakan salah satu bentuk perilaku kolektif. Menurut para sosiolog, istilah perilaku kolektif secara harfiah mengacu pada perilaku serta bentuk - bentuk peristiwa sosial lepas (emergent) yang tidak dilembagakan (extra - institusional). Kalimat berguna oleh Asosiasi Sosiologi Amerika untuk menyebut perilaku kolektif dan gerakan sosial. 2. Gerakan sosial senantiasa memiliki tujuan untuk membuat perubahan sosial atau untuk mempertahankan suatu kondisi. Itu artinya, tujuan sekelompok orang untuk melakukan gerakan sosial tidak selalu disadari oleh motif perubahan, karena bisa saja disadari atau tidak, gerakan sosial dilakukan untuk mempertahankan keadaan (status quo). 3. Gerakan sosial tidak identik dengan gerakan politik yang terlibat dalam perebutan kekuasaan secara langsung. 4. Gerakan sosial merupak perilaku kolektif yang terorganisasi, baik formal maupun tidak. Gerakan sosial merupakan gejala yang lahir dalam kondisi masyarakat yang konfliktual. (Artikel Sadikin, Perlawanan Petani dan Konflik Agraria Dalam Diskursus Gerakan Sosial, 2004, Hal 9). Salah satu teori dari gerakan sosial adalah teori perilaku kolektif (collective action). Teori ini berpijak pada pendekatan psikologi sosial. Konsep - konsep yang berhubungan dengan teori ini yaitu ketegangan (strain), stres (stress), massa (society), emosi (emotion) ketidakrasional (irrationality), penularan perasaan (contagion), keterasingan (alienation), frustasi (frustation). (Khaldermasns, dalam Dempos Manulu; 2009). Asumsi dasar dari teori ini bahwa gerakan sosial muncul 19

sebagai respon terhadap perubahan sosial yang berlangsung cepat. Diakibatkan oleh : 1. Ketidakmampuan institusi - institusi dan mekanisme kontrol sosial memproduksi kohesi sosial. 2. Upaya masyarakat bereaksi terhadap situasi krisis dengan membangun keyakinan bersama (Shared Belief) sebagai landasan baru bagi solidaritas. 20