BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

Menurut Rozak, dkk, Komplikasi Undang-undang & Peraturan Bidang Pendidikan, (Jakarta: FITK Press, 2010, hlm. 273) Mengatakan bahwa:

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan kualitas diri seseorang di

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang SD sampai SMP. Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kundari Agustianingsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan dasar hukum yang kuat yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENCARI KATA DAN ISTILAH. Daryuni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan sebagai wahana yang digunakan untuk mencerdaskan dan memberikan perubahan kehidupan bagi siswa yang bersifat progresif, yaitu berupa penanaman karakter dan nilai-nilai luhur kepada siswa. Sekolah juga merupakan tempat yang akan memberikan pengalaman baru bagi kehidupan siswa, karena sebagian perkembangan kepribadian siswa akan dilalui dalam lingkungan sekolah selain dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Selain itu, dalam konteks pembelajaran di sekolah, siswa juga dituntut untuk belajar berbicara, berpikir dan bertindak melalui bimbingan pengajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan. Sedangkan tujuan Pendidikan Nasional menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 (Kesuma, et al. 2011: 6) : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada dasarnya, sekolah merupakan lingkungan majemuk yang didalamnya terdiri dari berbagai macam karakter siswa. Artinya, bahwa setiap siswa mempunyai sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang berbeda-beda. Hal ini dapat dikarenakan bahwa setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain, dan perbedaan tersebut dapat ditinjau dari beberapa aspek latar belakang yang dimiliki oleh siswa. Menurut Sanjaya (2011: 17) bahwa perbedaan dari aspek latar belakang siswa itu meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran

2 dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang bagaimana siswa berasal dan lain sebagainya. Perbedaan-perbedaan semacam itu sangat berpengaruh terhadap pola perilaku siswa di sekolah dan menuntut perlakuan yang berbeda pula terhadap penempatan atau pengelompokan siswa, karena tidak dapat disangkal bahwa dalam lingkungan sekolah maupun didalam kelas terdapat beragam karakter siswa, pada akhirnya dapat berpengaruh kedalam kehidupan atau pergaulan yang ditandai dengan rasa keharmonisan ataupun sebaliknya yaitu terjadinya sebuah konflik antar siswa. Berbicara mengenai perbedaan karakter, tentu tidak dapat dipisahkan dari keterampilan komunikatif yang dimiliki oleh masing-masing siswa, karena keterampilan tersebut merupakan suatu keterampilan yang biasa digunakan dalam menjalin hubungan sosial dan berpengaruh pula terhadap keharmonisan suatu hubungan. Jika dilihat dari pentingnya keterampilan komunikatif ini, maka perlu diseimbangkan dengan adanya pelatihan keterampilan komunikatif dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dapat diterapkan kedalam suatu pembelajaran termasuk dalam mata pelajaran IPS yang pada dasanya bertujuan untuk mengarahkan siswa kepada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang didasari oleh nilai-nilai sosial. Pembelajaran IPS atau social studies pada umumnya merupakan suatu mata pelajaran yang mengacu pada disiplin-disiplin ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Sementara menurut James A. Banks dalam (Sapriya et al, 2008: 3) memberikan definisi bahwa Social Studies adalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup bernegara dalam lingkungan masyarakatnya. Dengan melihat definisi tersebut, dapat ditegaskan bahwa tujuan dari pembelajaran IPS itu sendiri adalah untuk memberikan kesempatan kepada para siswa dalam mengembangkan pengetahuan,

3 keterampilan, dan nilai yang memungkinkan mereka dapat menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif dalam masyarakat yang demokratis. Jika melihat dari tujuan pembelajaran IPS tersebut, maka dapat dikatakan bahwa antara tujuan pembelajaran IPS dan keterampilan komunikatif ini mempunyai hubungan yang kuat, dimana sebuah perilaku siswa dalam berinteraksi sosial akan dipengaruhi oleh karakter-karakter yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Kemudian, dengan diajarkannya mata pelajaran IPS di sekolah, siswa diharapkan mempunyai keterampilan komunikatif yang baik dan pandai menghadapi perbedaan karakter dengan siswa lain sehingga tercipta hubungan yang harmonis antar siswa. Namun dalam realitanya, kondisi yang diharapkan dalam mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah dan tidak sepenuhnya berjalan normal, karena dalam lingkungan sekolah yang majemuk terdapat berbagai macam karakter siswa yang sulit untuk disatukan, dan terkadang menimbulkan berbagai masalah terutama yang diakibatkan kurangnya keterampilan komunikatif/bersahabat antar siswa. Dalam memahami hubungan yang komunikatif antar siswa, sebelumnya diperlukan identifikasi terhadap perbedaan karakter dalam mengatasi problema kehidupan sosial didalam sekolah/kelas. Dalam hal ini, yang perlu diperhatikan adalah bagaimana siswa berkomunikasi atau menjalin hubungan sosial dengan siswa lain yang umumnya mempunyai karakter yang berbeda-beda. Seperti yang telah diungkapkan oleh Broome dalam (Wiryanto, 2008: 38) yang mengemukakan bahwa orang-orang sering berkomunikasi dengan orang lain dengan yang memiliki karakteristik serupa. Dalam istilah sosiologi yang sering dipakai untuk menunjukkan keserupaan diantara orang-orang itu disebut homofili. Konsep homofili sendiri menerangkan tingkat pasangan individu-individu yang berkomunikasi dengan memiliki kesamaan latar belakang tertentu, diantaranya kesamaan keyakinan, nilai-nilai sosial, pendidikan dan status sosial. Kemudian, individu-individu yang mempunyai kesamaan latar belakang tadi kemungkinan

4 besar merupakanan anggota kelompok tertentu yang hidup saling berdekatan dan terikat pada kepentingan yang sama. Dari pernyataan tersebut, terdapat sebuah gambaran bahwa apabila didalam sebuah kelas terdapat siswa-siswa yang mempunyai persamaan karakter atau latar belakang kehidupannya, maka siswa-siswa tersebut besar kemungkinan akan menjadi sebuah kelompok yang antar anggotanya akan saling membantu dan saling menghormati. Lain halnya dengan siswa yang mempunyai perbedaan karakter yang cenderung kesulitan untuk berinteraksi dan menjalin hubungan pertemanan dengan siswa lain sehingga sering menimbulkan sebuah masalah. Permasalahan akibat kurangnya keterampilan komunikatif antar siswa ini bisa saja terjadi, karena hal ini merupakan ciri dari adanya perbedaan karakter antar siswa sebagai manusia. Menurut Sapriya et al (2007: 71) pada dasarnya manusia ini memiliki perbedaan (kekhasan) bila dibandingkan dengan manusia lainnya sebagai makhluk individu (manusia perseorangan), namun disisi lain, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari manusia lain, karena manusia memilki kebutuhan yang sangat kompleks tetapi ia tidak dapat memenuhi semua kebutuhannya itu. Jadi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa setiap manusia itu pada dasarnya memiliki perbedaan karakter, namun didalam dirinya tetap mempunyai sebuah dorongan untuk melakukan interaksi sosial dengan manusia lainnya. Sesuai dengan pendapat dari Soekanto dalam (Supardan, 2009: 27) bahwa berbicara mengenai istilah sosial itu berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses-proses sosial, sedangkan yang merupakan bentuk umum dalam proses-proses sosial adalah interaksi sosial. Jadi dapat dihubungkan antara keterampilan komunikatif/bersahabat dengan interaksi sosial ini merupakan suatu kebutuhan yang harus dipahami dan diterapkan oleh siswa tanpa adanya diskriminasi terhadap siswa lain dalam melakukan interaksi sosial, karena apabila

5 dalam kegiatan berinteraksi siswa tidak dilengkapi dengan keterampilan komunikatif/bersahabat dikhawatirkan akan menimbulkan sebuah permasalahan, seperti kurangnya keharmonisan dalam bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Bahkan, hal ini bisa menimbulkan dampak negatif yang lebih buruk, seperti terjadinya permusuhan, saling menghina dan kesenjangan sosial antar siswa yang berujung pada sebuah konflik atau perkelahian. Berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan, pada tanggal 28 Februari 2013 tepatnya di SMPN 43 Bandung kelas VIII-8, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terkait dengan kurangnya keterampilan komunikatif terutama yang diakibatkan oleh perbedaan karakter antar siswa. Dalam observasi awal yang bersamaan dengan kegiatan PPL tahun ajaran 2012/21013, peneliti bertindak sebagai guru model pada mata pelajaran IPS yang dibantu oleh guru mitra. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan lebih leluasa dalam mengamati permasalahan tersebut. Pada pengamatan yang telah dilakukan, terdapat permasalahan yang terjadi baik didalam maupun diluar jam pembelajaran. Diluar jam pembelajaran, masalah yang sering timbul adalah kurangnya keterampilan komunikatif yang ditandai dengan adanya hubungan antar siswa yang kurang harmonis. Disini dapat dijelaskan bahwa dalam satu kelas terdapat beberapa kelompok siswa (gang), dan siswa yang tergabung dalam satu kelompok tersebut adalah siswa-siswa yang hanya memiliki persamaan karakter, sedangkan siswa/kelompok yang mempunyai perbedaan karakter akan dianggap sebagai teman yang sulit untuk diajak bekerjasama atau bergaul, dan permasalahan ini dapat dirasakan secara jelas ketika peneliti melihat diantara mereka ada yang saling menghina/melecehkan terhadap siswa/kelompok lain. Dari permasalahan kurangnya keterampilan komunikatif/bersahabat tersebut ternyata berdampak pula terhadap kegiatan pembelajaran didalam kelas, dimana ketika pembelajaran berlangsung, siswa-siswa yang mempunyai perbedaan karakter ini sulit untuk disatukan dan menjalin kerjasama dengan siswa

6 lain. Contohnya ketika guru akan menerapkan metode pembelajaran kelompok (cooperative learning), disini guru model merasa kesulitan untuk mengatur pembagian kelompoknya, karena terdapat beberapa siswa yang merasa keberatan dan menolak untuk dikelompokkan dengan siswa-siswa tertentu yang karakternya berbeda, dan mereka hanya ingin digabungkan dalam satu kelompok dengan teman-teman yang biasa bermain dengannya. Hal ini terjadi karena adanya rasa ketidaknyamanan antar siswa untuk menjalin hubungan sosial dalam konteks pembelajaran meskipun mereka masih berada dalam satu kelas. Selain itu, dalam hal lain tepatnya ketika proses pembelajaran sehari-hari, peneliti juga merasakan adanya berbagai macam karakter siswa yang dapat menimbulkan permasalahan. Misalnya terdapat beberapa siswa yang pasif, aktif, maupun siswa yang sering melakukan kegiatan diluar konteks pembelajaran, seperti mengobrol, bersenda-gurau bahkan adapula siswa yang sering membuat ulah atau kenakalan terhadap teman sekelasnya, sehingga perbuatan tersebut membuat keadaan kelas menjadi tidak kondusif dan mengganggu siswa lainnya yang sedang fokus belajar. Hal ini tentu dapat dikatakan sebagai permasalahan yang diakibatkan oleh kurangnya keterampilan komunikatif yang terjadi didalam kelas, karena pada dasarnya, lingkungan kelas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2011: 19-20) bahwa dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, sedangkan faktor iklim sosial-psikologis adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Jadi dalam hal ini peneliti mendapat sebuah gambaran, bahwa baik guru maupun siswa yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran hendaknya mampu bersama-sama menciptakan keadaan kelas yang kondusif dan menjalin hubungan

7 yang komunikatif antar siswa maupun dengan guru demi mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Apabila lingkungan kelasnya baik, maka akan tercipta keadaan kelas yang baik pula, sedangkan apabila keadaan kelasnya tidak kondusif, maka akan berdampak negatif terhadap kenyamanan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Selain dari faktor perbedaan karakter antar siswa, faktor lain yang dapat dikaitkan dalam permasalahan ini adalah metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru IPS. Seperti informasi yang telah peneliti dapatkan ketika mewawancarai beberapa siswa di kelas VIII-8, bahwa di kelas ini sebelumnya terbiasa dengan metode ceramah yang membuat siswa menjadi kurang aktif dan kurang komunikatif, sehingga siswa merasa jenuh dalam belajar. Selain metode ceramah, metode lain yang sering digunakan adalah model pembelajaran kelompok yang sifatnya tradisional. Dalam pembelajaran kelompok disini, siswa hanya ditugaskan untuk berdiskusi dengan teman sekelompoknya, kemudian hasil dari pekerjaan kelompok tersebut dipresentasikan didepan kelas yang diwakili oleh beberapa siswa. Dengan kata lain, terdapat siswa yang mendominasi pekerjaannya dan yang lain hanya menggantungkan diri pada kelompok. Selain itu, pembelajaran kelompok ini sifatnya homogen, dimana sebuah keterampilan sosial tidak diajarkan secara langsung dan penekanannya hanya pada penyelesaian tugas. Menurut pendapat beberapa siswa mengenai metode pembelajaran yang biasa digunakan ini, hanya sedikit berpengaruh terhadap keaktifan dan kerjasama kelompok, karena yang dominan dalam mengerjakan tugas kelompok hanya siswa yang pintar. Ini menandakanan bahwa model pembelajaran kelompok tersebut kurang efektif untuk mengajarkan semua siswa menjadi lebih komunikatif selama proses pembelajaran. Berhubungan dengan metode pembelajaran dan penanaman keterampilan komunikatif/bersahabat yang perlu diterapkan, peneliti berpendapat bahwa metode pembelajaran yang seharusnya digunakan adalah metode yang mampu

8 menekankan sebuah hubungan interpersonal dan menciptakan kelompok belajar yang bersifat heterogen, sehingga dapat menunjang siswa-siswa menjadi lebih aktif, serta memberi peluang kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikatif yang ditandai dengan sikap saling menghargai, peduli, suka mendengarkan, dan bekerjasama dengan siswa lain dalam aktifitas pembelajaran yang tidak diskriminatif. Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti menemukan bahwa dalam kehidupan di lingkungan sekolah akan terasa lebih majemuk, yaitu dengan ditandainya perbedaan karakter yang mendasar pada setiap kepribadian siswa. Kemudian dari perbedaan karakter yang berhubungan dengan lemahnya keterampilan komunikatif antar siswa dapat dikatakan sebagai salah satu faktor timbulnya masalah. Jadi untuk memecahkan masalah ini, diperlukan adanya solusi yang mampu membuat keadaan kelas menjadi kondusif dan terjalin hubungan yang lebih komunikatif/bersahabat antar siswa. Solusi yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti memberi saran untuk menerapkan sebuah metode pembelajaran dalam kelas melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik two stay two stray. Teknik pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai kunci dalam memecahkan masalah, terutama permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya keterampilan komunikatif siswa. Teknik two stay two stray (TSTS) itu sendiri merupakan salah satu struktur dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie, 2008: 61). Proses pembelajaran dengan menggunakan teknik two stay two stray, selain dapat memahami materi yang pelajari, setiap siswa juga berperan aktif dalam menjalin hubungan yang komunikatif/bersahabat untuk berbagi informasi dengan siswa lain, dan diharapkan akan tercipta sebuah pembelajaran yang lebih bermakna dan mampu meningkatkan keterampilan komunikatif pada diri siswa.

9 Setelah melihat esensi tujuan dari teknik two stay two stray tersebut, peneliti merasa bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran ini diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung, yaitu kurangnya keterampilan komunikatif/bersahabat antar siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dalam rangka pengembangan keterampilan komunikatif antar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS) dalam pembelajaran IPS. Dengan harapan melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray ini, selain siswa dapat memahami setiap materi yang telah dipelajari, siswa juga diharapkan mampu memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, saling menghormati dan bekerja sama dengan orang lain, sehingga terjalin interaksi sosial yang menguntungkan antar siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu berkembangnya keterampilan komunikatif antar siswa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merencanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung? 2. Bagaimana mengimplementasikan pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung?

10 3. Bagaimana merefleksikan hasil pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini terdiri atas dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran empiris mengenai efektifitas metode pembelajaran two stay two stray terhadap pengembangan keterampilan komunikatif antar siswa dalam pembelajaran IPS. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung. b. Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan pembelajaran IPS dengan menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung. c. Untuk mengetahui cara merefleksikan hasil pembelajaran IPS setelah menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk mengembangkan keterampilan komunikatif di kelas VIII-8 SMPN 43 Bandung. D. Manfaat Penelitian

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan pihak sekolah yang bersangkutan. Secara operasional, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, serta pemahaman bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan komunikatif antar siswa. 2. Bagi Guru Guru dapat merencanakan program pembelajaran khususnya yang dapat meningkatkan karakter komunikatif dan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPS yaitu memberikan variasi dalam kegiatan belajar didalam kelas. 3. Bagi Pihak Sekolah Manfaat yang dapat diberikan untuk pihak sekolah yaitu memberikan gambaran empiris tentang perkembangan keterampilan komunikatif antar siswa melalui pembelajaran IPS. E. Sistematika Penelitian Bab I Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sitematika penelitian. Bab II Kajian Teori. Pada bab ini memaparkan mengenai rujukan-rujukan teori dari para ahli yang dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan konseptual permasalahan dan hal-hal yang dikaji didalam penelitian ini. Bab III Metode Penelitian. Bab ini terbagi kedalam beberapa sub bab yakni: metode dan desai penelitian, lokasi dan subjek penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan verivikasi data.

12 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Di dalam bab ini memaparkan mengenai hasil data yang diperoleh selama dilakukannya penelitian Bab V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi mengenai keputusan dan hasil yang di dapatkan berdasarkan rumusan yang di ajukan dalam penelitian ini.