BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat berperan secara aktif (student centered) karena siswa yang aktif menunjukkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran secara nyata. Peningkatan keaktifan siswa tersebut dapat diupayakan dengan memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat atau argumentasi atas apa yang tidak sesuai dengan yang dipahaminya. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan bertanya diperlukan untuk memperoleh informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, pertanyaan yang diajukan oleh siswa yaitu untuk memenuhi rasa ingin tahu dan memperjelas hal-hal yang kurang dipahami. Sedangkan pertanyaan yang diajukan oleh guru, yaitu sebagai cara untuk menempuh adanya ketercapaian terhadap proses pembelajaran, pencapaian hasil belajar, dan peningkatan cara berpikir siswa. Oleh karena itu, dalam meningkatkan berpikir siswa diperlukan keterampilan bertanya sebagai salah satu keterampilan mengajar (Rustaman, 2002). Sudjana (1989) mengemukakan bahwa salah satu ciri yang tampak dalam proses belajar mengajar yang melibatkan siswa untuk aktif berpikir adalah keberanian siswa atau keaktifan siswa untuk berpendapat atau mengajukan pertanyaan. Pada kenyataannya dalam PBM siswa kurang aktif atau kurang berani bertanya. Semua itu mungkin disebabkan oleh rasa malu, takut atau siswa tidak biasa bertanya. Adanya sikap negatif tersebut menyebabkan jumlah pertanyaan 1
2 siswa baik secara lisan maupun tulisan sedikit. Fenomena ini sesuai dengan pernyataan Tobing (Sudjana, 1989) bahwa rata-rata hanya satu pertanyaan saja yang diajukan oleh siswa setiap harinya. Menurut Sudjana (1989), seseorang bertanya karena beberapa hal, diantaranya karena adanya ketertarikan terhadap masalah tertentu yang terkait langsung dengan peristiwa kesehariannya, adanya rasa penasaran karena keganjilan yang terjadi atau hanya sekedar ingin tahu. Namun pada kenyataannya hanya siswa aktif saja yang berani mengajukan pertanyaan di dalam forum sedangkan kebanyakan siswa lainnya memilih untuk diam. Maka untuk dapat mendorong siswa bertanya diperlukan suatu cara yang dapat lebih mengaktifkan siswa, salah satunya yaitu melalui penerapan model learning cycle (siklus belajar). Model ini bertujuan untuk membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari konkrit ke formal). Langkah yang dapat dilakukan agar siswa dapat memunculkan pertanyaan diantaranya siswa diberi instruksi untuk membuat atau mengajukan pertanyaan baik secara lisan maupun tulisan (Cartono, 2007). Learning Cycle dapat meningkatkan pertanyaan pada siswa karena model pembelajaran ini terdiri dari fase eksplorasi yang dapat memfasilitasi siswa untuk bertanya karena pada fase tersebut siswa dihadapkan kepada fenomena yang baru atau yang belum dipahaminya. Begitu juga dengan fase elaborasi dan eksplanasi merupakan fase yang dapat memfasilitasi siswa untuk aktif bertanya baik kepada temannya maupun guru.
3 Model pembelajaran learning cycle yang digunakan dalam penelitian ini adalah model yang terdiri dari 5 fase yaitu: Engagement (menarik perhatian siswa), Eksplorasi (mengembangkan pengetahuan awal siswa), Eksplanasi (menjelaskan), Elaborasi (menerapkan konsep), dan Evaluasi (Hunt, 1995). Pertanyaan yang diharapkan muncul dari siswa yaitu pertanyaan berdasarkan dimensi proses kognitif, diantaranya mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, membuat atau mencipta. Oleh karena itu dibuat suatu kondisi agar siswa dapat memunculkan pertanyaan yang termasuk ke dalam dimensi proses kognitif, yaitu melalui penerapan learning cycle dengan metode pengamatan lingkungan dan diskusi kelas. Selain itu dimensi proses kognitif juga dapat memunculkan dan mengembangkan kemampuan dasar berpikir yaitu mengajukan pertanyaan, karena metode pengamatan lingkungan ini memberikan kesempatan untuk memahami dan membuktikan sesuatu yang dipelajarinya sendiri untuk menjawab pertanyaan tersebut. Jika siswa kurang mengerti tentang konsep dan kegiatan yang sedang dilakukannya maka siswa akan mengajukan pertanyaan agar terjadi pemahaman mengenai konsep tersebut. Dengan demikian semakin aktif siswa secara intelektual, manual dan sosial tampaknya makin bermakna pengalaman belajar siswa. Adapun penelitian yang relevan tentang kemampuan mengajukan petanyaan siswa diantaranya oleh Mujidin (2007) yang mengkaji pertanyaan siswa dalam pembelajaran berbasis problem solving pada materi pencemaran air di kelas X-G SMA Negeri Bandung. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa pada umumnya
4 memiliki Pertanyaan yang cukup tinggi yaitu sebesar 66,6% tetapi dalam penelitian itu tidak mengungkap tentang pertanyaan tingkatan dimensi proses kognitif melainkan dengan keterampilan proses sains dan tidak menggunakan model pembelajaran learning cycle. Konsep ekosistem yang dipilih sebagai kajian dalam penelitian ini, memang telah banyak digunakan dalam penelitian lain, tetapi belum ada yang mengungkap Pertanyaan siswa dengan penerapan learning cycle. Pengambilan materi tersebut atas pertimbangan bahwa konsep tersebut merupakan materi yang dianggap dekat dengan keseharian siswa sehingga siswa dapat mengekspresikan keingintahuannya dengan memunculkan pertanyaan yang berhubungan dengan keseharian mereka. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian dengan judul Profil Pertanyaan Siswa melalui Penerapan Learning cycle (siklus belajar) pada Konsep Ekosistem, dengan maksud untuk mengetahui Pertanyaan siswa yang dijaring dengan menggunakan dimensi proses kognitif. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan diatas, maka rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah profil pertanyaan siswa SMP melalui penerapan learning cycle (siklus belajar) pada konsep ekosistem? Secara lebih rinci pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut : 1. Pertanyaan pada dimensi proses kognitif manakah yang paling banyak muncul melalui penerapan model pembelajaran learning cycle?
5 2. Pertanyaan pada dimensi proses kognitif manakah yang paling sedikit muncul melalui penerapan model pembelajaran learning cycle? 3. Bagaimana respon siswa melalui penerapan model pembelajaran learning cycle terhadap Pertanyaan siswa? C. Batasan Masalah Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, maka ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada : 1. Pertanyaan siswa dibatasi pada pertanyaan-pertanyaan yang diidentifikasi berdasarkan kategori dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi yang meliputi pertanyaan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). 2. Materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah konsep ekosistem yang dibatasi pada subkonsep komponen penyusun ekosistem dan interaksi antar komponen dalam ekosistem. D. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pertanyaan siswa SMP baik lisan maupun tulisan melalui penerapan learning cycle (siklus belajar) pada konsep ekosistem yang dijaring dengan menggunakan dimensi proses kognitif. Sedangkan tujuan khusunya untuk memperoleh informasi tentang pertanyaan pada dimensi proses kognitif mana yang paling banyak muncul dan paling sedikit dimunculkan oleh siswa serta mengetahui respon siswa melalui
6 penerapan model pembelajaran learning cycle terhadap pertanyaan siswa pada konsep ekosistem. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada berbagai pihak, baik guru, siswa dan dunia pendidikan. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa Diharapkan dapat menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri siswa untuk mau bertanya baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam kehidupan siswa sehari-hari. 2. Bagi guru Memberikan informasi mengenai jenis pertanyaan siswa melalui penerapan learning cycle (siklus belajar) pada konsep ekosistem. 3. Bagi peneliti lain a. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang relevan. b. Memberikan pengalaman tentang penerapan learning cycle (siklus belajar) untuk mengembangkan pertanyaan siswa.