BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian penderitanya. Departemen Kesehatan RI telah menyusun prioritas sasaran penanggulangan penyakit menular pada Rencana Program Jangka Menengah (RPJM) tahun 2005-2009. Penyakit yang menjadi prioritas tersebut diantaranya adalah penyakit menular tertentu yang menjadi isu global seperti Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), Malaria, Kusta, Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) dan Filariasis. 1 AIDS merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang memerlukan penanganan serius. Penyebab penyakit ini adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus penurun kekebalan tubuh pada manusia yang menyebabkan tubuh mencapai masa AIDS. AIDS merupakan penyakit yang telah meluas hingga menjadi masalah internasional. Pertambahan kasus dan penyebaran yang cepat serta belum ditemukannya obat dan vaksin yang efektif terhadap AIDS telah menimbulkan keresahan dan keprihatinan di seluruh dunia akan perkembangan penyakit ini. 2 Pada tahun 2001, HIV/AIDS menjadi pembunuh ke-4 di seluruh dunia setelah penyakit saluran pernafasan, gangguan saluran cerna, dan tuberkulosis (TBC). 3 Sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 1981 di Amerika Serikat, epidemi HIV/AIDS telah berkembang pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2005, 40,3
juta orang menderita HIV/AIDS di dunia dengan 2,3 juta orang diantaranya adalah anak-anak <15 tahun. Total kematian sebanyak 3,1 juta orang (CFR 7,69%) dengan 2,6 juta orang (83,87%) diantaranya adalah orang dewasa. 4 Berdasarkan data UNAIDS (2008), terdapat 33,4 juta penderita HIV di dunia dengan prevalensi pada anak-anak <15 tahun sebanyak 2,1 juta orang. Jumlah kasus baru 2,7 juta orang dengan proporsi pada anak-anak <15 tahun 14,81% (430.000 orang), proporsi pada orang dewasa 85,19% (2,3 juta orang). Total kematian akibat AIDS sebanyak 2 juta orang (CFR 5,99%), 1,7 juta orang (85%) diantaranya adalah orang dewasa. 5 Menurut data UNAIDS (2008), di Sub Sahara Afrika 22,4 juta orang menderita HIV/AIDS dengan kasus baru 1,9 juta orang, Prevalens Rate (PR) pada penderita dewasa 5,2% dan jumlah kematian akibat AIDS 1,4 juta (CFR 6,25%). Di Amerika Utara, Eropa Tengah dan Eropa Barat terdapat 2,3 juta penderita HIV/AIDS dengan kasus baru 75.000 orang dan jumlah kematian 38.000 orang. 5 Menurut laporan tahunan terbaru badan PBB, UNAIDS (AIDS epidemic update 2009), jumlah kasus infeksi baru HIV/AIDS di dunia dalam delapan tahun terakhir mengalami penurunan hingga 17%, Sub Sahara Afrika 15%, Asia Timur 25% dan Asia Tenggara 10%. 6 Hal ini menyatakan bahwa program-program pencegahan HIV yang gencar digalakkan oleh World Health Organization (WHO) dan UNAIDS telah berdampak signifikan. Walaupun mengalami penurunan, jumlah penderita HIV/AIDS di Sub Sahara Afrika dan negara berkembang tetap tinggi. 7
Asia merupakan wilayah dengan penduduk terinfeksi HIV terbesar kedua di dunia setelah Sub-Sahara Afrika. Berdasarkan data UNAIDS (2008), di Asia terdapat 4,7 juta orang terinfeksi HIV, dengan CFR 7,02%. Jumlah kasus baru 350.000 orang (7,44%) dengan 21.000 orang (6%) diantaranya adalah anak-anak. 5 Berdasarkan data SEARO (South East Asia Regional Office) tahun 2009, India, Indonesia, Myanmar, Nepal dan Thailand merupakan negara dengan penyebaran HIV/AIDS terbesar. Diperkirakan 2,3 juta penduduk di India menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa 0,34%. Di Myanmar diperkirakan 242.000 orang telah menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa 0,67%, 70.000 orang penduduk Nepal diperkirakan telah menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa sebesar 0,5%. Di Thailand, diperkirakan 547.000 orang telah menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa sebesar 1,4%. 8 Di Indonesia berdasarkan data SEARO (2009), diperkirakan 270.000 orang menderita HIV/AIDS dengan prevalensi pada orang dewasa sebesar 0,17% dan 28% dari antaranya adalah perempuan. 40% penularan HIV/AIDS adalah melalui IDU, Wanita Pekerja Seks (WPS) 22%, pelanggan WPS 16%, Lelaki Seks Lelaki (LSL) 4%, wanita dengan pasangan berisiko tinggi 17%, dan lain-lain 1%. Secara keseluruhan, estimasi jumlah penderita HIV/AIDS di kawasan SEARO tahun 2009 mengalami penurunan namun epidemik HIV/AIDS di Indonesia mengalami peningkatan dengan cepat. Indonesia merupakan negara dengan peningkatan kasus HIV/AIDS tercepat di Asia. 8
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia (2008), terdapat 6.015 kasus HIV+ dan 4.969 kasus baru AIDS sehingga jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 meningkat menjadi 16.110 kasus, dengan jumlah kematian 3.362 orang (CFR 20,86%). Sebesar 74,9% penderita AIDS adalah laki-laki, 24,6% perempuan dan 0,5% tidak tercatat jenis kelaminnya. 50,82% berada pada usia produktif yaitu kelompok umur 20-29 tahun. 9 Menurut data Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Departemen Kesehatan RI tahun 2009, jumlah kumulatif kasus AIDS sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 meningkat menjadi 19.973 kasus dengan total kematian 3.863 orang (CFR 19,34%). Di Indonesia jumlah kasus AIDS terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat yaitu 3.598 kasus dengan CFR 17,62%. Rate kumulatif (Case Rate) kasus AIDS nasional pada tahun 2009 adalah 8,66/100.000 penduduk, dengan Case Rate tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua 133,07/100.000 penduduk, Case Rate terendah dilaporkan dari Provinsi Gorontalo 0,33/100.000 penduduk, sementara Provinsi Sumatera Utara berada pada urutan kesembilan dengan Case Rate 3,71/100.000 penduduk. 10 Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara (2007), terdapat 143 kasus HIV/AIDS dan 91 kasus diantaranya terdapat di Kabupaten Deli Serdang (63,63%), 18 kasus di Kota P.Siantar (12,59%), 11 kasus di Kabupaten Toba Samosir (7,69%), 5 kasus di Kabupaten Serdang Bedagai (3,5%), masing-masing 4 kasus di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Samosir (2,8%), 3 kasus di Kabupaten Tapanuli Selatan (2,09%), masing-masing 2 kasus di Kabupaten Simalungun dan Labuhan Batu
(1,4%), masing-masing 1 kasus di Kabupaten Karo, Kota Binjai dan Kota Tebing Tinggi (0,7%). 11 Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009), jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS sejak tahun 1992 sampai dengan April 2009 mencapai 1.680 kasus, terdiri dari 808 kasus HIV+ (48,1%) dan 872 kasus AIDS (51,9%), CFR 7,38%. Penderita terbanyak terdapat di Kota Medan yaitu 1.181 kasus, 600 HIV+ (50,80%) dan 581 kasus AIDS (49,20%). Kabupaten Deli Serdang memiliki jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS terbanyak kedua yaitu 142 kasus, 76 HIV+ (53,52%) dan 66 kasus AIDS (46,48%). 12 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nurviana di Klinik VCT Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan tahun 2005 sampai dengan Oktober 2007, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 152 orang (127 kasus HIV+ dan 25 kasus AIDS). 13 Penelitian Anastasya di Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, melaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 522 kasus HIV/AIDS (429 kasus HIV+ dan 93 kasus AIDS). 14 Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Klinik Voluntary and Counseling Testing (VCT) Puskesmas Tanjung Morawa, diperoleh jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun 2006-Mei 2010 yaitu 97 kasus (69 kasus HIV+ dan 28 kasus AIDS), 1 kasus tahun 2006, 24 kasus tahun 2007, 27 kasus tahun 2008, 34 kasus tahun 2009, dan 11 kasus hingga Mei 2010. Jumlah kasus ini diperoleh dari data pengunjung Klinik VCT dan melakukan test HIV melalui pemeriksaan laboratorium rapid test.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 - Mei 2010. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal) b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor resiko penularan c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan tempat dirujuk
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan infeksi opurtunistik e. Untuk mengetahui distribusi proporsi status perkawinan penderita HIV/AIDS berdasarkan jenis kelamin f. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan g. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan h. Untuk mengetahui distribusi proporsi status perkawinan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan i. Untuk mengetahui distribusi proporsi pekerjaan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita HIV/AIDS berdasarkan infeksi opurtunistik k. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan infeksi opurtunistik 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas Tanjung Morawa terkait dalam penentuan kebijakan dan pelayanan kesehatan tentang karakteristik penderita HIV/AIDS di klinik VCT Puskesmas Tanjung Morawa
1.4.2. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut serta menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis khususnya tentang HIV/AIDS.