BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama bagi anak mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga memiliki peranan yg cukup besar dalam sepanjang hidup seorang anak.), pembelajaran keluarga berpotensi memberikan manfaat tersendiri bagi sang anak, orang tua, keluarga, sekolah, dan komunitas. Hubungan keluarga lebih banyak mempengaruhi (proses) pembelajaran dan perkembangan anak daripada hubungan anak dengan yang lainnya. Hubungan anak dengan anggota keluarga lainnya membentuk cara anak menjalin hubungan di luar rumah(hutagalung, 2007). Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. (Santrock 2003).
Pada hakekatnya keluargalah wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak remaja yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya, selain sebagai pembentukan masing-masing anggota terutama anak peranan terpenting dalam keluarga memenuhi kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun psikis. Tahap perkembangan psikologi dalam kehidupan seseorang individu dan itu semua bergantung pengalaman dalam keluarga (Syamsu Yusuf, 2001) Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pada masa ini adalah remaja mencari jati diri. Pencaharian jati diri merupakan proses dari perkembangan pribadi anak. Masa remaja merupakan masa pencaharian suatu identitas menuju kedewasaan. Untuk membantu remaja pada masa transisi ini yang sangat berperan disini adalah keluarga,) Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Jadi disini keluargalah yang bertanggung jawab dalam perkembangan sosial anak. (Kartini kartono, 2003) Dalam menghadapi masa ini, keluarga menjadi figure atau contoh yg baik bagi seorang remaja. Adanya aturan atau sanksi yang logis dan tepat menjadi hal yg baik bagi remaja untuk bersikap atau bertindak lebih bijaksana. Tentunya hal ini didukung adanya kasih sayang dari keluarga agar kebutuhan secara emosional seorang anak dapat terpenuhi. Adanya kebutuhan emosional membuat seseorang menjadi lebih hangat, peka. Peristiwa perceraian dalam keluarga senantiasa membawa dampak yang cukup mendalam. Kasus ini menimbulkan stress, tekanan, dan menimbulkan perubahan fisik dan mental. Keadaan ini dialami oleh semua anggota keluarga, tidak terkecuali orang tua sebagai pelaku perceraian itu.langsung akan memberikan dampak terhadap anak dan keluarga Perceraian tidak hanya membawa dampak bagi orang tua saja, tetapi juga
pada anak terutama remaja. Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang sering disebut juga sebagai masa krisis dimana mulai terjadi proses pembentukan jati diri. Pada masa peralihan ini status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Masa remaja juga merupakan periode yang penting dimana terjadi perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai cepatnya perkembangan mental yang cepat terutama diawal masa remaja dan semua perkembangan tersebut memerlukan penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap, nilai dan minat baru. Pada masa krisis ini, remaja itu berkembang ke arah kematangan seksual, memantapkan identitas sebagai individu yang terpisah dari keluarga dan menghadapi tugas menentukan cara.(hurlock 2000). Mencari mata pencaharian sendiri. Para remaja belum diberi banyak hak istimewa orang dewasa sampai mereka menginjak usia belasan lebih lanjut.di sebagian besar negara bagian, mereka tidak dapat bekerja secara penuh,tidak dapat menandatangani dokumen resmi,minum-minuman beralkohol,menikah, atau memberikan hak suara. Dalam akhir periode pubertas atau perubahan awal masa remaja awal, terdapat gejala-gejala yang disebut gejala-gejala negative phase,dimana periode pubertas khususnya sering disebut sebagai negative phase. Adapun gejala-gejala negative phase menurut Hurlock sebagi berikut: keinginan untuk menyendiri, berkurang kemauan untuk bekerja, kejenuhan, kegelisahan, pertentangan social, penentangan terhadap kewibawaan orang dewasa, kepekaan perasaaan,kurang percaya diri, mulai timbul minat pada lawan seks, kepekaan perasaan susila; dan kesukaan berkhayal dalam (Papalia 2000) menyebutkan bahwa kestabilan keadaan perasaan dan emosi sebagai perasaan yang sangat peka, remaja dalam mengalami badai dan topan dalamkehidupan perasaan dan emosinya atau
biasa disebut dengan istilah stromand stress. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap remaja yang sesekali gairah sangat dalam bekerja dan tiba-tiba berganti lesu,kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. Termasuk dalam ciri ini adalah Seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Oleh sebab itu tentunya remaja yang hidup dalam perceraian orangtua akan sangat berdampak bagi remaja, mulai dari tidak bisa menerima kenyataan pada perubahan akibat perceraian sampai pada masalah sehari-hari yang dialami oleh remaja itu sendiri. (Cole, 2004). Adapun dampak jangka panjang adalah anak dengan orang tua bercerai menghadapi kemungkinan kegagalan perkawinan yang lebih besar ketika mereka dewasa dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga yang utuh. Ini mungkin disebabkan oleh kecenderungan si anak yang lebih besar, sebagai orang dewasa, untuk jatuh pada pola interaksi pasangan yang sama dengan yang disaksikannya antara kedua orang tuanya.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah, maka terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran konsep diri remaja yang orang tuanya telah bercerai? 2. Bagaimana kondisi psikologis remaja setelah orang tuanya bercerai? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang ingin di capai terhadap masalah ini yaitu mendapatkan gambaran secara meneluruh mengenai konsep diri pada pada reamaja yang orangtuanya telah bercerai. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.Mafaat teoritis Penelitian ini dapat menjadi bahan analisis untuk mengembangkan teori-teori yang sudah ada. Selain itu, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan psikolog dalam memahami konsep diri remaja yang orang tuanya telah bercerai. 1.4.2. Manfaat praktis Penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat bagi kita semua dalam membantu individu yang orang tuanya mengalami perceraian serta mengembangkan kehidupan yang lebih berarti.