BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan kemampuan akademik, dan juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan satu sistem

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

2013 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG SIFAT BAHAN DAN KEGUNAANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. penelitian dan melaksanakan eksperimen.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suci Eniawati, 2013

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

Ikmila Mak ruf, Yusuf Kendek, dan Kamaluddin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran. kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan dalam berbagai aspek

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Corey, ( 1998 : 91 ) adalah suatu proses dimana. dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau menghasilkan respons

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

di susun dari berbagai sumber oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku. Aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan guru dan anak didik adalah aktivitas yang bertujuan. Apapun yang dilakukan bersama guru dan siswa harus merupakan rencana untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Djamarah (2007:38) mengatakan bahwa belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tidak pula sepi dari berbagai aktivitas. Proses pembelajaran yang dilakukan didalam kelas merupaka aktivitas menstransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Guru diharapkan mampu mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar dan potensi yang dimiliki siswa serta guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir (psikis) maupun dalam berbuat (fisik). Menurut Sanjaya (2008:132) bahwa aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, tetapi juga meliputi aktivitas yang bersipat psikis

9 seperti aktivitas mental. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikatornya adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciriciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya. Kegiatan belajar / aktivitas belajar sebagai proses terdiri atas enam unsur yaitu tujuan belajar, peserta didik yang termotivasi, tingkat kesulitan belajar, stimulus dari lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, dan pola respons peserta didik, Sudjana (2005:105). Berdasakan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa merupakan proses perlibatan siswa dalam pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam mencarai informasi dan mengemukakan gagasan atau jawaban, aktivitas siswa bertanya kepada guru dan siswa lain, keberanian dalam mengungkapakan pendapat/gagasan dalam kelompoknya. B. Hasil Belajar Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan suatu proses yang bersifat kompleks. Dalam proses tersebut seseorang diharapkan pada tuntutan untuk melakukan pembedaan (diskriminasi) dan penyimpulan, Sumiati & Asra (2011:32). Dimyati dan Mujiono (2002:3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

10 perkembangan mental yang lebih bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannnya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar. Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (2004:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Pengertian hasil belajar menurut Sukmadinata (2005), prestasi atau hasil belajar (achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penugasan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penugasan, pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik. Berdasarkan pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang telah dialami siswa baik berupa sikap maupun tingkah laku. Indikator ketercapaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu: (a) kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman, (b) afektif meliputi sikap dan partisipasi, dan (c) psikomotorik meliputi keterampilan dan kreativitas. C. Model-model Pembelajaran Model pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan mempertimbangkan apakah suatu model pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu, guru dapat memilih model pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa mencapai tujuan. Model pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa aktif dalam upaya memperoleh

11 kemampuan hasil belajar. Model pembelajaran dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi. Agar dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang relevan dengan situasi tertentu perlu dipahami keadaan model pembelajaran tersebut, baik ketepatan maupun tata caranya. Berikut ini beberapa contoh model-model pembelajaran : 1. Model Pembelajaran Inquiry dan Discovery Metode inquiry dan discovery pada dasarnya dua metode pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya penyelidikan, sedangkan Discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat memperoleh suatu penemuan, Sumiati & Asra (2011:103). Metode pembelajaran ini berkembang dari ide John Dewey (1913) yang terkenal dengan Problem Solving Method atau metode pemecahan masalah. 2. Model Pembelajaran CTL ( Contextual Teaching and Learning) Pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarakannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment), Agus (2011: 39).

12 3. Model Pembelajaran Tematik Model pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Pembelajaran tematik hanya diajarkan pada siswa sekolah dasar kelas rendah (kelas 1, 2, dan 3), karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), perkembangan fisiknya tidak pernah bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, social, dan emosional, Agus (2011: 23). Strategi pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman belajar siswa, yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa tekanan dan ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. 4. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Hal ini akan memungkinkan terjadinya penggabungan dan pemeriksaan ide sendiri dalam suasana yang tidak tertekan. Pembelajaran kooperatif mengacu kepada kaidah pembelajaran yang melibatkan siswa dengan berbagai kemampuan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil guna mencapai satu tujuan yang sama, Lukmanul (2011: 54). Pada pembelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya tergantung dari guru dan kemampuan individu secara utuh, tetapi juga dari pihak yang terlibat dalam pembelajaran itu. Sasarannya adalah tahap pembelajaran yang maksimum bukan saja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk temanteman lain dalam kelompok.

13 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk memilih model pembelajaran kooperatif karena model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam kelompok dan individual. D. Model Pembelajaran Kooperatif STAD Menurut Agus (2011:63) Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri serta meningkatkan kemampuan siswa melalui aktivitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendudukung dalam memecahkan masalah. Melalui model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relative sama atau sejajar. Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Muslim dkk dalam Widyantini (2008) pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ada 4 macam model pembelajarn kooperatif yang dikemukakan oleh Arends dalam Agus (2011:63), yaitu: 1. Student Team Achievement Division (STAD) 2. Group Investigastion

14 3. Jigsaw 4. Structural Approach Sedangkan dua pendekatan lain dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah: 1. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD). 2. Team Acclerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK sampai SD). Menurut Kunandar (2009:364) menyatakan bahwa STAD adalah: Para siswa didalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masing-masig terdiri atas 4 atau 5 anggota kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota yang heterogen, baik jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuannya. Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok. Tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, dan kepada kelompok yang meraih prestasi tinggi atau memperoleh skor sempurna diberi penghargaan. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif a. Belajar bersama dengan teman. b. Selama proses pembelajaran terjadi tatap muka antar teman. c. Saling mendengarkan pendapat diantara anggota kelompok. d. Belajar dalam kelompok kecil. e. Saling mengemukakan pendapat. f. Keputusan tergantung kepada siswa.

15 g. Siswa aktif. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif: Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan menurut Slavin dalam http://karmawati-yusuf.blogspot.com diantaranya sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif, ditunjukkan dengan adanya aktivitas dan kerjasama siswa dalam kegiatan belajar mengajar. E. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif STAD Berikut ini tahapan pelaksanaan pembelajaran koope ratife tipe STAD menurut Eggen dalam Agus (2011:74): 1. Pembelajaran (instruction) Materi yang disampaikan pada saat pembelajaran biasa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan, penjelasan, dan pemodelan kemampuan atau penerapan konsep, prinsip, penyamarataan, peraturan-peraturan dan penyediaan buku praktik. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan memperhatikan dengan baik selama pembelajaran karena akan membantu siswa dalam tes.

16 2. Membentuk Kelompok (Transition to Teams) Guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakn 4 hingga 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. 3. Belajar Kelompok dan Pengawasan (Team Study and Monitoring) Selama murid bekerja dalam kelompok, guru harus mengawasi murid untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajar murid untuk bekerja sama. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD satu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompoknya. 4. Kuis/tes Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan. Saat kuis/tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Kuis/tes dikerjakan setiap individu. 5. Poin Peningkatan Individu Poin peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terlebih dahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Selisih skor siswa tersebut kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan di bawah ini sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok. 6. Penghargaan Kelompok Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkahlangkah pembelajaran kooperatif adalah: a. Pembelajaran. b. Membentuk kelompok. c. Belajar kelompok dan pengawasan. d. Kuis/tes

17 e. Poin peningkatan individu f. Penghargaan kelompok. F. Hasil Penelitian Yang Relevan Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD: Sumariah (2011) penelitiannya dilakukan pada tahun 2011 mahasiswa Universitas Lampung dengan judul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Cooperattive Learning Tipe Student Achievement Division (STAD) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VI Semester 1 SDN 1 Pringsewu Utara Kecamatan Pringsewu Tahun Ajaran 2011/2012 tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan pemahaman materi IPS melalui pembelajaran Cooperative tipe Student Team Achievement Division (STAD) kelas VI SDN 1 Pringsewu Utara. Metode dalam penelitian ini dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Cooperative tipe STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sedangkan Wartini (2012) penelitian yang dilakukan Wartini pada tahun 2012 mahasiswa Universitas Lampung dengan judul: Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Pelajaran IPS Pada Siswa Kelas IV SDN 2 Lematang

18 Tahun Pelajaran 2011/2012 tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan akivitas dan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif, serta untuk mengetahui keadaan hasil belajar pada pembelajaran melalui model kooperatif. Penelitian ini dilakukan menggunakan prosedur penelitian 3 siklus. Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan perangkat tes, lembar observasi (aktivitas siswa dan aktivitas guru). Dalam pengumpulan aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa diperoleh dari penilaian hasil tes pada setiap siklus yang mewakili tiap-tiap indikator. G. Kerangka Pikir Dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) siswa kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok, siswa cenderung kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan pendekatan pembelajaran yang dipergunakan guru kurang sesuai dengan materi yang disampaikan kepada siswa. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik memerlukan dukungan dari semua komponen yang ada. Karena metode pembelajaran yang digunakan guru masih sangat bersifat tradisional yaitu ceramah dan tanya jawab, mengingat taraf pengetahuan siswa dalam memahami materi pokok belum maksimal maka digulirkan pembelajaran kooperatif. Melalui pembelajaran kooperatif menjadikan siswa kelas V SDN 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

19 H. Hipotesis Tindakan Berdasarakan pada tinjauan pustaka dan kerangka pikir diatas, hipotesis tindakan penelitian ini adalah: 1. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok. 2. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok. 3. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD dengan benar, maka dapat meningkatkan kinerja guru pada mata pelajaran IPA kelas V SD Negeri 01 Suka Agung Barat Kecamatan Bulok.