PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Tugas Akhir ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

ANALISA TERBENTUKNYA TEGANGAN SISA DAN DEFORMASI PADA PENGELASAN PIPA BEDA JENIS MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-351

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: G-10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, (Sept, 2012) ISSN: G-40

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

ANALISA PENGARUH LAS TITIK DAN URUTAN PENGELASAN TERHADAP DISTORSI DAN TEGANGAN SISA PADA PENGELASAN SAMBUNGAN PIPA ELBOW DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Analisis Kekuatan Konstruksi Sekat Melintang Kapal Tanker dengan Metode Elemen Hingga

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

PENENTUAN PERBANDINGAN DIAMETER NOZZLE TERHADAP DIAMETER SHELL MAKSIMUM PADA AIR RECEIVER TANK HORISONTAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Pengaruh Jeda Waktu Antar Sequence Sambungan T-Joint dengan MIG Robotic Welding terhadap Distorsi pada Mild Steel

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

ANALISA KEKUATAN TARIK PENYAMBUNGAN PELAT DENGAN KETEBALAN BERBEDA PADA TYPE SAMBUNGAN BUTT JOINT

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penyambungan antara drum dengan tromol menggunakan teknologi

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng

Persentasi Tugas Akhir

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB II LANDASAN TEORI

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Analisa Pengaruh Diameter Nozzle Terhadap Besar Tegangan Maksimum Pada Air Receiver Tank Horisontal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODE PENELITIAN

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

Pengaruh Waktu Tahan pada Perlakuan Panas Pasca Pengelasan terhadap Kekerasan dan Kuat Tarik Baja Karbon ASTM A106 Grade B

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI SUHU PREHEAT TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL SA 516 GRADE 70 YANG DISAMBUNG DENGAN METODE PENGELASAN SMAW

Analisis Kekuatan dan Deformasi Piston Mesin Bensin-Bio Etanol dan Gas dengan Injeksi Langsung untuk Kendaraan Nasional dengan Simulasi Numerik

ANALISA PENGARUH TEGANGAN SISA DAN DISTORSI PADA PENGELASAN BUTT JOINT DAN T JOINT DENGAN VARIASI TEBAL PLAT

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

PENGARUH WAKTU TEKAN DAN HASIL GUMPALAN TERHADAP KEKUATAN GESER PADA LAS TITIK. Abstract

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KUAT ARUS LISTRIK DAN SUDUT KAMPUH V TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN TEKUK ALUMINIUM 5083 PENGELASAN GTAW

Dimas Hardjo Subowo NRP

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

Gambar 2.1.(a) Geometri elektroda commit to Gambar user 2.1.(b) Model Elemen Hingga ( Sumber : Yeung dan Thornton, 1999 )

Simulasi Perpindahan Panas pada Lapisan Tengah Pelat Menggunakan Metode Elemen Hingga

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

DASAR-DASAR PENGELASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB II KERANGKA TEORI

VARIASI POSISI PENGELASAN DAN GERAKAN ELEKTRODA TERHADAP BAJA VCN 150

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

Journal of Mechanical Engineering Learning

Transkripsi:

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN PIPA YANG MENEMBUS PELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Ir. Budie Santosa, MT*, Arga Setya Anggara** * Dosen Jurusan Teknik Perkapalan ** Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Sukolilo Surabaya 6111 Email: arc_gha@na.its.ac.id ABSTRAK Studi tentang penentuan welding sequence terbaik pada pengelasan pipa yang menembus pelat. Studi ini dilakukan dengan cara pemodelan dengan menganalisa deformasi dan tegangan sisa berdasarkan iterasi regangan yang timbul akibat distribusi suhu yang tidak merata selama proses pengelasan dan pendinginan sampai mencapai suhu ruangan. Pemodelan yang dilakukan berdasarkan metode elemen hingga pada struktur las dalam program ANSYS 11 model 3 dimensi yang kemudian divalidasi dengan hasil pengujian struktur las yang sama. Material untuk pengujian adalah material ASTM A16 grade B untuk pipa dan A516 grade 7 untuk pelat. Pemodelan dan pengujian dilakukan dengan WPS standard PAL Indonesia. Pemodelan akan dilakukan dengan memvariasi welding sequence, antara lain welding sequence menerus, simetri, dan loncat. Dari variasi yang dilakukan akan dipilih welding sequence terbaik, yaitu variasi yang mempunyai deformasi dan tegangan sisa yang paling minimal. Kata kunci : deformasi, tegangan sisa, welding sequence ABSTRACT A study about determination of the best welding sequence on pipe penetrating a plate welded. This study was done by modeling a deformation and residual stress analysis based on strain iterations were appear sequential by unequal temperature distribution on welding process and cold process until reach room temperature. Modeling were using finite elements method on weld structure in ANSYS 11 software, 3 dimension model will be validating with the test result from same weld structure. The test material is ASTM A16 B grade for pipe and A516 7 grade for plate. The model and test were using PAL Indonesia WPS. The model will do welding sequence variations, they are continuing welding sequence, symmetry, and jump. By that variation will decide the finest welding sequence, it has a minimum deformation and residual stress. Keywords : deformation, residual strees, welding sequence PENDAHULUAN Penggunaan sambungan bentuk pipa pada umumnya digunakan untuk konstruksi gudang, pabrik, menara, jembatan, offshore, bangunan kapal, serta berbagai macam pipa saluran dan sistem perpipaan lainnya. Di antara elemen elemen pipa serta simpul-simpul penyambungan pipa hampir semuanya dilakukan dengan pengelasan, maka sudah barang tentu salah satu masalah yang sangat penting dan dapat menentukan sifat dan kekuatan sambungan las adalah adanya deformasi dan tegangan sisa yang terjadi baik selama proses pengelasan maupun setelah material mengalami pendinginan. Proses pengelasan menyebabkan pemanasan tinggi yang tidak merata pada bagian bagian yang akan disambung tersebut, dimana area dari benda kerja yang dilas mengalami pemanasan hingga mencapai ±16 oc, kemudian mengalami penurunan suhu secara bertahap. Pemanasan lokal dan laju pendinginan bertahap menyebabkan perubahan volumetric yang akhirnya menghasilkan penyebaran panas, deformasi dan tegangan 1 sisa. Timbulnya deformasi dan tegangan sisa kemudian menjadi perhatian serius. Sebagai contoh, masalah yang terjadi pada pengelasan pipa yang menembus pelat (pipa pendek/sleeve yang menembus sekat/wrang) yang terletak di sistem perpipaan ballast, sistem perpipaan ventilasi untuk ruang muat (pipa udara yang menembus geladak), pipa/ nozzle neck pada pressure vessel maupun nonpressure vessel (pipa yang menembus tangki). Deformasi dan tegangan sisa yang terlalu besar pada sambungan las, akan mempengaruhi tegangan patah getas dan kekuatan tekuk struktur las. Untuk itulah perlu dilakukan simulasi metode elemen hingga (finite element method) pada tahap desain. Sehingga tegangan sisa dan deformasi yang terjadi dalam pengelasan dapat diminimalisasi. DASAR TEORI Konsep dasar yang melandasi metode elemen hingga bukan merupakan hal yang baru, yaitu prinsip diskritisasi yang sebenarnya sudah dipergunakan dalam banyak usaha manusia. Mungkin usaha terhadap pendiskritan atau membagi-bagi benda dalam ukuran-

ukuran yang lebih kecil supaya lebih mudah pengelolaannya, timbul dari keterbatasan manusia yang mendasar, yaitu mereka tak dapat melihat atau memahami benda-benda disekelilingnya di alam semesta dalam bentuk keseluruhan atau totalitas. Bahkan kita sering sekali harus menengok beberapa kali untuk mendapatkan suatu gambaran metal yang digabung-gabungkan dari benda-benda disekitar kita. Dengan kata lain kita mendiskritkan ruang di sekitar kita ke dalam segmensegmen kecil, dan hasil rakitan akhir yang kita visualisasikan adalah suatu tiruan dari lingkungan kontinyu yang nyata. Umumnya pandangan yang digabungkan seperti elemen keselahan. Metode elemen hingga merupakan metode numerik yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam bidang rekayasa seperti geometri, pembebanan dan sifat-sifat dari material yang sangat rumit. Hal ini sulit diselesaikan dengan solusi analisa matematis. Pendekatan metode element hingga adalah menggunakan informasi-informasi pada titik simpul (node). Dalam prosese penentuan titik simpul yang di sebut dengan pendeskritan (discretization), suatu sisitem di bagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, kemudian penyelesaian masalah dilakukan pada bagian-bagian tersebut dan selanjutnya digabung kembali sehingga diperoleh solusi secara menyeluruh. Elemen dalam ANSYS bisa dikategorikan kedalam 2-D atau 3-D dan terdiri dari elemen titik, elemen garis, elemen area dan elemen solid. Dan elemenelemen ini dapat dikombinasikan sesuai dengan yang dibutuhkan. LINE element bisa digunakan sebagai 2-D atau 3-D. Beam atau struktur pipa, sebaik 2-D model untuk 3-D aksisimetris pelat. 2-D SOLID analisis digunakan untuk struktur datar yang tipis (plane stress), struktur yang memiliki penampang melintang konstan (plane strain), atau struktur solid aksisimetris. 3-D SHELL model digunakan untuk struktur tipis di ruang 3- D. 3-D SOLID model analisis digunakan untuk struktur tebal di ruang 3-D yang tidak memiliki penampang melintang konstan ataupun sumbu simetri. Dalam pemodelan struktural pipa yang berupa profil digunakan LINE element METODOLOGI PENELITIAN Urutan pelaksanaan pemodelan yang akan dilakukan adalah mengikuti diagram alir sebagai berikut : Gambar 1. Diagram Alir Metodologi Proses pengerjaan tugas akhir ini dilakukan secara sistematis berdasarkan urutan kerja yang dilakukan oleh penulis : Study Literatur Pengujian Spesifikasi Material Spesimen Material Pipa Carbon Steel Pipe (high temperature service) ASTM A16 Grade B NPS 3 Out Side Diameter = 9 mm Material Pelat Wall Thickness = 8 mm Length of Pipe Speciment = 48 mm Weight Class = STD (standard weight wall thickness) Carbon Steel Plate (high temperature service) ASTM A516 Grade 7 2 Plate Speciment Dimension :

L = 3 mm B = 3 mm T = 1 mm suhu pada setiap langkah yang dihitung pada analisis thermal digunakan sebagai masukan untuk perhitungan tegangan sisa. Tegangan sisa yang terjadi merupakan akumulasi tegangan sisa dari interval pendinginan setelah proses pengelasan menuju suhu ruang. Parameter Pengelasan Prosedur yang digunakan dalam pemodelan ini mengggunakan metode pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding). SMAW adalah jenis pengelasan yang paling banyak digunakan untuk sarana pengelasan pada banyak galangan di Indonesia, untuk itulah digunakan prosedur pengelasan yang sama agar hasil dari pemodelan dapat digunakan untuk menghasilkan hasil lasan yang paling optimal. Adapun prosedur pengelasan yang digunakan secara spesifik adalah sebagai berikut : Pembuatan geometri model Untuk perhitungan distribusi tegangan sisa dalam pengelasan pipa yang menembus pelat dilakukan pemodelan dengan model 3 dimensi. Data teknis dan ukuran sambungan yang digunakan diambil dari standard ASTM. Penggambaran model 3 dimensi untuk pengelasan pipa yang menembus pelat dilakukan dengan menggambar pipa, membuat pelat yang dilubangi sebesar diameter luar pipa pada tengah pelat, kemudian pipa dipenetrasikan ke pelat. Detail model 3 dimensi pengelasan pipa yang menembus pelat dengan bantuan software ANSYS 11, adalah seperti gambar dibawah ini : Tipe Pengelasan Metal Arc Welding). Kecepatan Pengelasan Kuat arus Voltage = SMAW (Shielded = 2 mm/detik = 11 Ampere = 25 volt Efisiensi SMAW =.75 Diameter elektroda = 3.2 mm Gambar 2. Modeling Hasil pengujian Data yang diperoleh dari pengujian adalah perubahan suhu berdasarkan fungsi waktu data deformasi yang terjadi akibat proses pengelasan. Pembuatan model dan analisa model dengan menggunakan program komputer ANSYS Meshing Meshing dilakukan bergantian untuk pengelasan pipa yang menembus pelat dengan material Carbon Steel Pipe A 16 Grade B dan Carbon Steel Plate A 516 Grade 7. Untuk perhitungan distribusi suhu meshing menggunakan elemen tipe SOLID 87 (tetra hedral thermal solid), untuk perhitungan tegangan digunakan tipe elemen untuk struktur yaitu SOLID 92 (tetrahedral structural solid). Tugas Akhir ini menggunakan bantuan software Ansys untuk pengujian yang akan dilakukan. Untuk itu pertama kali yang harus dilakukan adalah pembuatan model yang akan digunakan. Model yang sudah jadi kemudian dibagi menjadi elemen-elemen kecil untuk memudahkan dalam pengujian dengan ansys dan perhitungan selanjutnya. Secara umum langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Ansys adalah sebagai berikut : Penggambaran model ANSYS sesuai dengan standar yang digunakan. Model thermal untuk perhitungan distribusi suhu Model struktur untuk perhitungan tegangan sisa Dalam analisis perhitungan tegangan sisa dibuat model struktur mekanik menggunakan tipe elemen SOLID 9 untuk pipa, dan elemen SOLID 7 untuk pelat. Distribusi 3 Beban dan syarat batas Gambar 3. Meshing Perhitungan distribusi suhu dan perhitungan tegangan sisa dilakukan berdasarkan asumsi adanya beban termal akibat suhu pengelasan. Suhu las yang dianggap merata pada

seluruh kampuh kemudian mengalami penurunan suhu akibat konveksi dengan udara luar dan konduksi di daerah sambungan las. Bagian ujung dari sisi pelat dipegang dan ditahan sehingga tidak ada pergerakan Analisa hasil running program komputer ANSYS deformasi menggunakan dial gauge. Selain itu dalam melakukan simulasi diperlukan data parameter pengelasan seperti besarnya tegangan, arus dan kecepatan pengelasan termasuk persiapan sisi pengelasan berikut bentuk geometrinya. Analisa yang dilakukan dalam tugas akhir ini ada dua yaitu analisa termal dan analisa struktural. Analisa termal dilakukan karena pada saat proses pengelasan, pipa dan pelat mendapat beban thermal (panas) sampai suhu lebur pada daerah pengelasan dan daerah lain tidak mendapat perlakuan yang sama, sedangkan analisa struktural digunakan untuk mengetahui perilaku tegangan sisa dan deformasi akibat persebaran panas yang tidak merata setelah mendapat beban termal pada saat pengelasan. Validasi Model Untuk menjamin bahwa permodelan yang dilakukan sudah benar maka validasi model dilakukan dengan mengacu pada percobaan yang telah dilakukan. Validasi dilakukan dengan menggunakan hasil dari experimen yang berupa data perubahan suhu terhadap waktu dan data perubahan deformasi. Simulasi dengan variasi welding sequence Setelah model dinyatakan valid maka simulasi dilanjutkan dengan variasi welding sequence. Variasi ini digunakan untuk mengetahui besarnya deformasi dan tegangan sisa yang paling minimal. Welding Sequence yang divariasikan adalah sebagai berikut : Gambar 6.Titik acuan pengukuran suhu (8 cm dari weld center) Berikut ini adalah diagram perubahan suhu tiap waktu pada titik acuan : Temperatur (C) Perubahan Temperatur Pengelasan 17 16 15 14 13 12 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 Time (sec) Perubahan Temperatur Pengelasan Gambar 7.Perubahan temperatur tiap waktu Perubahan deformasi Deformasi Pengelasan 4 3.5 3 2.5 2 1.5 Deformasi pada Pipa Gambar 4.Variasi welding sequence HASIL DAN PEMBAHASAN 1.5 Hasil pengujian Data yang didapat dari hasil pengujian berupa data perubahan temperatur selama pengelasan berlangsung dan data tentang deformasi pada pipa dan pelat yang diukur pada titik titik yang telah ditentukan. Data temperatur pengelasan diukur dengan menggunakan thermo couple sedangkan untuk mengukur besarnya Gambar 8.Deformasi pada Pipa 4

Deformasi Pengelasan Validasi Hasil Analisa Distribusi Thermal 1.4 1.2 1.8.6.4 Deformasi pada Pelat (TA.ke sisi pelat) Deformasi pada Pelat (TA.ke sudut pelat) Hasil analisa dalam tugas akhir baik hasil dari analisa termal maupun analisa struktural akan divalidasi dengan menggunakan hasil percobaan. Validasi harus dilakukan ini untuk mengetahui apakah pemilihan elemen, pemberian kondisi batas, proses pembebanan dan material properties sudah benar..2 2 4 6 8 Gambar 9.Deformasi pada Pelat Hasil Pemodelan Thermal Hasil Pemodelan thermal yang pertama dalam tugas akhir ini digunakan untuk memvalidasikan pemodelan dengan pengujian yang telah dilakukan. Dibawah ini dapat dilihat grafik perubahan suhu dari hasil simulasi dalam software Ansys 11. Hasil dari analisa termal dan struktural akan divalidasikan dengan hasil percobaan, yaitu distribusi temperatur sebagai fungsi dari waktu mulai dari awal pengelasan sampai proses pendinginan, dan deformasi pada pemodelan akan divalidasikan dengan deformasi percobaan Hasil pemodelan dianggap telah mendekati benar apabila grafik atau kurva yang dihasilkan memiliki kecenderungan bentuk yang sama. Demikian juga nilainya apabila tidak terlalu jauh perbedaannya, maka sudah bisa dianggap benar. Adapun hasil analisa yang akan divalidasikan adalah sebagai berikut : Temperatur (K) 49 47 45 43 41 39 37 35 33 31 29 27 25 1 2 3 4 5 6 Time (sec) Pengelasan Ansys Gambar 12.Validasi pemodelan thermal Validasi Hasil Analisa Struktural Gambar 1.Perubahan Suhu terhadap waktu dari hasil simulasi Validasi struktural di gunakan untuk menentukan apakah pemberian beban dan juga pemberian derajat kebebasan sudah bisa mewakili keadaan sebenarnya atau tidak. Hal ini bisa dilihat dengan cara membandingkan hasil deformasi percobaan dengan deformasi ansys. Validasi Struktural (Deformasi pada Pipa) 4. 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1. Hasil dari Ansys Hasil dari Percobaan.5 Gambar 11.Distribusi Thermal pada Simulasi Ansys Gambar 13.Validasi Struktural (Deformasi pada pipa) 5

Deformasi Axial pada Pelat Validasi Struktural (Deformasi pada Pelat) 1.4 1.4 1.2 1.2 1 1..8.6 Hasil Ansys (TA.ke sisi pelat) Hasil Ansys (TA.ke sudut pelat) Hasil pengujian (TA.ke sisi pelat) Hasil Pengujian (TA. ke sudut pelat).8.6.4 Deformasi Axial (TA.ke sisi pelat) Deformasi Axial (TA. Ke sudut pelat).4.2.2 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 14.Validasi Struktural (Deformasi pada Pelat) 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 16.Deformasi axial pada pelat (variasi 1) Analisa Struktural Variasi 1 (Welding Sequence Menerus) Gambar 17.Deformasi Axial Variasi 1 Gambar 14.Welding Sequence Menerus Berdasarkan hasil running Ansys dapat dilakukan analisa deformasi dan analisa distribusi tegangan sebagai berikut : 6 4 Distribusi Tegangan pada Pipa (Variasi I) 3.5 3. Deformasi Axial pada Pipa 2-2 2.5 2. 1.5 Deformasi Axial -4-6 1..5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Jarak dari Weld Center (mm ) Gambar 18.Distribusi Tegangan pada pipa (variasi 1) Distribusi Tegangan pada Pelat (Variasi I) Gambar 15.Deformasi axial pada pipa (variasi 1) 5 4 3 2 1-1 2 4 6 8 1-2 -3-4 Gambar 19.Distribusi Tegangan pada pelat (variasi 1) 6

Deformasi Axial pada Pelat 1..9.8.7.6.5.4.3 Deformasi Axial (TA.ke sisi pelat) Deformasi Axial (TA.ke sudut pelat).2.1 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 2. Variasi 1 Gambar 23.Deformasi axial pada pelat (variasi 2) Analisa Struktural Variasi 2 (Welding Sequence Simetri) Gambar 21.Welding Sequence Simetri Berdasarkan hasil running Ansys dapat dilakukan analisa deformasi dan analisa distribusi tegangan sebagai berikut : Gambar 24.Deformasi Axial Variasi 2 Distribusi Tegangan pada Pipa (Variasi 2) Deformasi Axial pada Pipa 3 3.5 3. 2.5 2. Deformasi Axial 1.5 1..5 Gambar 22.Deformasi axial pada pipa (variasi 2) 2 1-1 -2-3 -4 Gambar 25.Distribusi Tegangan pada pipa (variasi 2) 7

Distribusi Tegangan pada Pelat (Variasi 2) 3 Deformasi Axial pada Pipa 2 2.5 1-1 -2 2. 1.5 1. Deformasi Axial -3 Gambar 27. Distribusi Tegangan pada pelat (variasi 2).5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Gambar 3.Deformasi axial pada pipa (variasi 3) Deformasi Axial pada Pelat.6.5.4.3.2 Deformasi Axial (TA.ke sisi pelat) Deformasi Axial (TA.ke sudut pelat).1 2 4 6 8 Gambar 28. Variasi 2 Gambar 31.Deformasi axial pada pelat (variasi 3) Analisa Struktural Variasi 3 (Welding Sequence Loncat) Gambar 29.Welding Sequence Loncat Gambar 32. Deformasi Axial Variasi 3 Berdasarkan hasil running Ansys dapat dilakukan analisa deformasi dan analisa distribusi tegangan sebagai berikut : 8

Distribusi Tegangan pada Pipa (Variasi 3) 15 1 5-5 -1-15 Perbandingan Hasil Analisa dan Penentuan Welding Sequence Terbaik Berdasarkan analisa pada masing-masing welding sequence di atas, kita dapat mengetahui besarnya tegangan sisa dan deformasi yang terjadi pada masingmasing variasi. Berikut akan ditampilkan tabel rekapiltulasi diformasi axial dan distribusi tegagan yang diperoleh dari running struktural ansys beserta penentuan variasi terbaik, dilihat dari deformasi dan tegangan minimum yang terjadi. -2 Gambar 33.Distribusi Tegangan pada pipa (variasi 3) Distribusi Tegangan pada Pelat (Variasi 3) 15 1 5-5 -1-15 Gambar 34.Distribusi Tegangan pada pelat (variasi 3) Gambar 36. Variasi 3 KESIMPULAN Dari tabel diatas terlihat bahwa tegangan aksial, circumferential, maupun von mises pada variasi III memiliki nilai yang paling kecil dari ketiga variasi yang lain. Tegangan sisa pada ansys ditunjukkan pada tegangan von mishes. Dari tabel diatas terlihat bahwa tegangan Von Mishes minimum terjadi pada variasi III welding sequence loncat, sedangkan Deformasi terkecil terjadi pada variasi III. Maka dapat disimpulkan, welding sequence terbaik pada pengelasan pipa yang menembus pelat adalah welding sequence Loncat. DAFTAR PUSTAKA Amarna, L, Pengaruh Residual Stress Pada Pengelasan Pipa, Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 1988. Ansys 9 Documentation, Ansys Theory Reference Ansys 9 Documentation, Ansys Thermal Analysis Guide Cronje, M, Finite Element Modelling of Shielded Metal Arc Welding, Department of Mechanical Engineering Stellenbosch University, South Africa, 25. \Purwanto S, Analisa Distorsi, Tegangan Sisa, dan Distribusi Panas Dengan Metode Elemen Hingga Pada Pengelasan Sambungan Pipa, JTP, FTK, ITS, Surabaya, 27. Sujono Jusuf, J, Sistem Dalam Kapal, Diktat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 1976. Wirjosoedirdjo, J S, Dasar Dasar Metode Elemen Hingga, Erlangga, Jakarta, 1979. Wiryo Sumarto, H dan Okumura, T, Teknologi Pengelasan Logam, Pradnya Paramita, Jakarta, 1996. 9