BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

I. PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. hutan yang dialih-gunakan menjadi lahan usaha lain. Agroforestry adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Desa Kepuharjo salah satu desa yang berada di Kecamatan Cangkringan

BAB I PENDAHULUAN. ekologi maupun sosial ekonomi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Sistem Agroforestri Istilah agroforestri mulai mendapat perhatian dunia internasional secara global sejak tahun 1970-an (van Maydel

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan yang signifikan dalam iklim global. GRK adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan merupakan suatu asosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan lindung menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan bagi masyarakat bukanlah hal yang baru, terutama bagi masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGAH JULI 2009 SEBESAR PERSEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2 Persentase responden berdasarkan kelompok umur

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Madura pada tahun 2012 mencapai ,71 km 2. Hutan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. hasilhutan non kayu adalah hasil hutan yang didapat secara langsung.air bersih

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

Studi Praktek Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan Rakyat dan Agroforestry. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut UU No. 41 tahun 1999, hutan rakyat merupakan jenis hutan yang dikelompokkan ke dalam hutan hak. Hal ini menunjukan bahwa hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah yang telah dibebani hak milik, dan tidak diusahakan pada tanah negara. Tetapi lebih menekankan pada kepemilikan lahan. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh diatas tanah milik dengan luas minimal 0,25 ha, dengan penutupan tajuk didominasi oleh tanaman perkayuan (lebih dari 50 %), dan atau tanaman tahun pertama minimal 500 batang. (SK Menteri Kehutanan Nomor 49/KPTS-II/1997). Menurut Peraturan Menteri Kehutanan P.03/MENHUT-V/2004, hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya dengan ketentuan luas minimun 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan tanaman lainnya lebih dari 50 %. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik yang terdiri dari pohon-pohon berkayu yang diusahakan secara monokultur atau campuran, baik yang ditanam atas usaha sendiri maupun dengan bantuan pemerintah (Hayono, 1996). Kamus Kehutanan (1990) dalam Awang (2001), hutan rakyat adalah hutan yang terdapat pada lahan milik rakyat atau milik adat (ulayat) yang secara terus menerus diusahakan untuk usaha perhutanan yaitu jenis kayu-kayuan, baik tumbuh secara alami maupun hasil tanaman. 2.1.2. Ciri-ciri Hutan Rakyat Dalam usaha pengembangan hutan rakyat sampai saat ini, dapat dinyatakan bahwa usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar, tetapi juga tidak pernah mati. Usaha hutan rakyat ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

7 1. Usaha hutan rakyat dilakukan oleh petani, tengkulak, dan industri dimana petani masih memiliki posisi tawar lebih rendah. 2. Petani belum dapat melakukan usaha hutan rakyat menurut prinsip usaha dan kelestarian yang baik. 3. Bentuk hutan rakyat sebagian besar berupa budidaya campuran, yang diusahakan dengan cara-cara sederhana. 4. Pendapatan hutan rakyat bagi petani masih diposisikan sebagai pendapatan sampingan dan bersifat insidentil dengan kisaran tidak lebih dari 10 % dari pendapatan total (Suharjito 2000). 2.1.3. Pola Hutan Rakyat Anonim dalam Budiharto (2003), menyebutkan bahwa hutan rakyat tersusun atas jenis-jenis vegetasi yang sangat beragam. Dominasi dari setiap jenis akan menentukan pola hutan rakyat yang ada. Berdasarkan jenis yang mendominasi ruang tumbuh, hutan rakyat dapat diklasifikasikan menjadi 6 pola yaitu : 1. Pola tanaman pangan, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman pangan. 2. Pola silvopastur, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman yang dapat menghasilkan pakan ternak/hijauan makanan ternak. 3. Pola kayu bakar, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis pohon-pohonan yang kayunya menghasilkan energi. 4. Pola hortikultura, hutan rakyat jenis ini didominasi oleh jenis tanaman buahbuahan. 5. Pola perdagangan/industri, hutan rakyat ini didominasi oleh jenis tanaman kayu perdagangan. 6. Pola kayu-kayuan, hutan rakyat ini didominasi oleh kayu-kayuan yang bisa menghasilkan bahan bangunan kayu perkakas. 2.1.4. Peranan Hutan Rakyat Djajapertjunda (2003) menyatakan bahwa hutan rakyat adalah sama halnya seperti hutan-hutan lainnya yang tanamannya terdiri atas pohon-pohon sebagai jenis utamanya, maka peranannya pun tidak banyak berbeda, yaitu :

8 a. Ekonomi : untuk memproduksi kayu dan meningkatkan industri kecil sebagai upaya untuk meningkatkan peranan jaringan ekonomi rakyat. b. Sosial : guna membuka lapangan kerja c. Ekologi : Sebagai penyangga kehidupan masyarakat dalam mengatur tata air, mencegah bencana banjir, erosi dan sebagai prasarana untuk memelihara kualitas lingkungan hidup (penyerap CO 2 dan produsen O 2 ). d. Estetika : memberikan keindahan alam. e. Sumber : merupakan sumberdaya alam untuk ilmu pengetahuan, antara lain ilmu biologi, ilmu lingkungan dan lain-lain. 2.1.5. Pengelolaan Hutan Rakyat Lembaga Penelitian IPB (1990) menyatakan bahwa kerangka dasar pengelolaan hutan rakyat melibatkan beberapa sistem, yaitu sistem produksi, sistem pengelolaan hasil dan sistem pemasaran hasil. Sistem produksi mengatur agar tercapainya keseimbangan produksi dalam jumlah, jenis dan kualitas tertentu serta tercapainya kelestarian usaha dari para pemilik lahan hutan rakyat. Sedangkan sistem pemasaran hasil mengatur tingkat penjualan yang optimal yaitu keadaan dimana semua produk yang dihasilkan dari hutan rakyat terjual di pasaran. Dalam pengelolaan hutan rakyat, pada umumnya sistem silvikultur yang baik, seperti penggunaan bibit, pengaturan jarak tanam dan pemeliharaan belum sepenuhnya diterapkan, sehingga pertumbuhan pohon dan mutu yang dihasilkan kurang baik. Menurut Awang (2001), dilihat dari susunan jenisnya terdapat dua model pengelolaan hutan rakyat yaitu : 1. Hutan rakyat monokultur Hutan rakyat monokultur atau sebagian besar didominasi satu jenis tanaman keras saja. Pada hutan ini cenderung tidak ada tanaman pangan di dalam hutan rakyat. 2. Hutan rakyat campuran Hutan rakyat ini ditumbuhi lebih dari satu jenis tanaman. Pada hutan ini mungkin ditanami tanaman pangan, buah-buahan dan sayur-sayuran (agroforestry).

9 Lundgren dan Raintree (1982) mendefinisikan agroforestri sebagai istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu, dan lain-lain) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. 2.2. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Hutan Rakyat Menurut Kartasubrata (1986), pendapatan rumah tangga menurut sumbernya dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu pendapatan kehutanan dan pendapatan non-kehutanan. Pendapatan kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di hutan, sedangkan pendapatan non-kehutanan adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan di luar kehutanan. Mubyarto (1998) menyatakan pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh oleh seluruh anggota keluarga, baik suami, istri maupun anak. Menurut Sayogyo (1982) dalam Kusumaningtyas (2003), pendapatan rumah tangga dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Pendapatan dari usaha bertani. b. Pendapatan yang mencangkup usaha bertanam padi, palawija, dan kegiatan pertanian lainnya. c. Pendapatan yang diperoleh dari seluruh kegiatan termasuk sumber-sumber mata pencaharian di luar pertanian. Beragam alternatif dapat digunakan untuk menentukan garis kemiskinan antara lain : konsumsi beras (kg per orang), konsumsi sembilan bahan pokok, pengeluaran rumah tangga (Rp per orang), konsumsi kalori dan protein (orang per hari). Garis kemiskinan mempunyai ciri-ciri yaitu spesifikasi atas tiga garis kemiskinan yang mencangkup konsepsi nilai ambang kecukupan, menghubungkan tingkat pengeluaran rumah tangga dengan ukuran kecukupan pangan (kalori dan protein). Untuk kehidupan di pedesaan ada tiga klasifikasi yaitu :

10 1. Miskin, dikatakan miskin apabila pengeluaran rumah tangga di bawah 320 kg nilai tukar beras/orang/tahun. 2. Miskin sekali, pangan tak cukup, jika pengeluaran dibawah 240 kg nilai tukar beras/orang/tahun. 3. Paling miskin, dapat digolongkan ke dalam paling miskin jika pengeluaran di bawah 180 kg nilai tukar beras/orang/tahun (Sajogyo 1977 dalam Indaryanti dkk 2006). Sajogyo dalam Sitorus dkk (1996) menyatakan. Lapisan pengeluaran rumah tangga di desa, 240-320 kg nilai tukar beras/orang/tahun disebut ambang kecukupan, sedangkan untuk kota angka-angka tersebut sebesar 360-480 kg nilai tukar beras/orang/tahun. 2.3. Motivasi Petani dalam Penanaman Hutan Rakyat Maslow (1999) dalam Puspita (2006) menyatakan bahwa dalam arti tertentu setiap keadaan organisme apapun merupakan suatu keadaan motivasi. Teori motivasi yang sehat menganggap motivasi sebagai suatu hal yang konstan, tiada akhir, berubah-ubah dan kompleks, dan merupakan sesuatu yang hampir universal dari setiap keadaan organisme. Dalam penelitiannya Nurozi (1993) menyatakan bahwa motivasi petani adalah proses psikologi yang mencerminkan interaksi antara persepsi, kebutuhan, sikap, keputusan, dan sebagainya yang terjadi pada diri petani. 2.4. Penelitian Terdahulu Berikut adalah beberapa penelitian-penelitian mengenai hutan rakyat yang telah dilakukan dari tahun 2007-2011 yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Penelitian-penelitian terdahulu Peneliti Rata-rata Pendapatan Hutan Rakyat (Rp. Jt/thn) Kontribusi (%) Tahun Handoko, AD 2,183833 6,12 2007 Rachman 6,933274 60,6 2008 Sultika 7,928117 33,02 2009 Rachman, RM 18,010221 79,5 2010 Firani, SD 13,978565 69,93 2011 Kelas 1 4,525556 22,9 Pambudi, RA Kelas 2 9,8 29,1 Kelas 3 20,55 61,5 2012 Kelas 4 44,94 79,1

11 Penelitian mengenai hutan rakyat yang dilakukan Handoko (2007) di Kecamatan Jatirogo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur menyimpulkan bahwa kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 6,12% dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp. 2.183.833,-/tahun. Komoditas yang diusahakan adalah jati dengan mayoritas dikelola dengan menggunakan sistem monokultur. Rachman (2008) melalui penelitiannya menyimpulkan bahwa hasil usaha hutan rakyat di Desa Sukadamai, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat memberikan kontribusi sebesar 60,6% dari pendapatan total rumah tangga dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp. 6.933.274,- /tahun. Sultika (2009) dalam penelitiannya di Desa Sidamulih, Kecamatan Pamarican dan Desa Bojong, Kecamatan Langkaplancar, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa kontribusi hutan rakyat adalah sebesar Rp. 7.928.117,-/tahun atau sebesar 33,02% dari total pendapatan rumah tangga. Menurut penelitian Rachman (2010) yang dilakukan di Desa Cigudeg, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat menyimpulkan bahwa hutan rakyat memberikan kontribusinya sebesar 79,5% dari pendapatan total rumah tangga dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 18.010.221,-/tahun. Komoditas yang menjadi andalan di daerah penelitian ini adalah buah-buahan seperti durian, petai, jengkol, dan pisang. Penelitian mengenai hutan rakyat yang dilakukan Firani (2011) di Desa Padasari, Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat menyimpulkan bahwa kontribusi kayu hutan rakyat terhadap pendapatan total rumah tangga adalah 59,58% dengan pendapatan rata-rata dari hutan rakyat sebesar Rp. 12.004.861,-/tahun dengan komoditas yang diusahakan adalah suren, mahoni dan mindi. Selain itu pada penelitian ini petani juga memperoleh manfaat dari hasil hutan non kayu hutan rakyat dari tanaman-tanaman perkebunan seperti vanili, cengkeh dan lada sebesar 10,35% dari pendapatan total Rp 1.973.704,-/tahun. Pada penelitian ini menunjukkan hasil rata-rata pendapatan hutan rakyat responden pada masing-masing kelas. Untuk pendapatan hutan rakyat pada kelas

12 1 sebesar Rp. 4.525.556,-, pada kelas 2 sebesar Rp. 9.800.000,-, pada kelas 3 sebesar Rp. 20.550.000,- dan pada kelas 4 sebesar Rp. 44.940.000,-. Dapat dilihat bahwa hutan rakyat dalam perjalanannya ini semakin menampakkan perannya. Kontribusinya cukup besar terutama dalam usaha peningkatan pendapatan rumah tangga petani secara langsung.