I. PENDAHULUAN. akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia berhasil meningkatkan produksi padi secara terus-menerus. Selama

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan menyangkut ketersediaan dan keterjangkauan terhadap

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

I. PENDAHULUAN. mutu hidup serta kesejahteraan masyarakat. Salah satu upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

1. PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan antara lain dengan meningkatkan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. pokok sebagian besar penduduk di Indonesia. karbohidrat lainnya, antara lain: (1) memiliki sifat produktivitas tinggi, (2) dapat

I. PENDAHULUAN. empiris, baik pada kondisi ekonomi normal maupun pada saat krisis. Peranan pokok

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

KOMISI PEMILIHAN UMUM KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM. NOMOR : 430/Kpts/KPU/TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. diarahkan untuk dapat sekaligus memecahkan masalah-masalah ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan.

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

Benih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu dari 11 (sebelas)

Tanaman pangan terutama padi/beras menjadi komoditas yang sangat strategis karena merupakan bahan makanan pokok bagi bangsa Indonesia.

Adopsi dan Dampak Penggunaan Benih Berlabel di Tingkat Petani.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memiliki peran yang sangat besar dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Eksistensi pertanian pun perlu dijaga untuk dapat menjawab tantangan di masa

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

BUPATI TANGGAMUS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

DAMPAK PEMBANGUNAN JARINGAN IRIGASI TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN, DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian untuk mengetahui daya saing produk benih padi hasil Program Pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Pentingnya sektor pertanian dalam menunjang ketahanan ekonomi telah terbukti

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tembakau merupakan salah satu komoditas ekspor, produksi tembakau selain

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

KAJIAN PENGGUNAAN VARIETAS UNGGUL PADI BERLABEL DI KECAMATAN CURUP SELATAN KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI, USAHATANI DAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG PENGEMBANGAN JAGUNG

SEBARAN DAN POTENSI PRODUSEN BENIH PADI UNGGUL MENDUKUNG PENYEDIAAN BENIH BERMUTU DI KALIMANTAN SELATAN

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Universitas Lampung (UNILA) adalah

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis letak Kabupaten Tanggamus pada sampai dengan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

I. PENDAHULUAN. rakyat akan pangan, meningkatkan pendapatan petani, membantu. memantapkan swasembada pangan serta meningkatkan produksi tanaman

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu negara, terutama negara

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu Negara, terutama Negara berkembang. Kekurangan pangan yang terjadi secara meluas di suatu Negara akan menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial dan politik yang dapat menggoyahkan stabilitas Negara tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa kelangkaan pangan sangat berpengaruh terhadap krisis ekonomi, sosial dan politik (Suryana,2002). Oleh karena itu, sejak awal kemerdekaan, Indonesia selalu berupaya keras untuk meningkatkan produksi pangan, terutama beras. Sampai saat ini, baik secara psikologis maupun politis, kebijakan pangan di Indonesia masih merupakan issue yang sangat penting yang akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan (Amang dan Sapuan, 2000). Kecukupan pangan terutama beras denga harga terjangkau telah menjadi tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian, guna menghindari kelaparan serta gejolak ekonomi dan politik. Hal yang sama juga terlihat tahun 2007 pemerintah khususnya Departemen Pertanian telah mengeluarkan kebijakan peningkatan produktivitas padi dalam menjawab mahalnya harga beras di tingkat konsumen. Salah satu unsur utama dalam kebijakan tersebut adalah pemberian benih yang bermutu kepada petani, hal ini diasumsikan dari salah satu faktor penurunan produksi disebabkan oleh pemakaian benih padi yang tidak berlabel/tidak bermutu (Sudaryanto, 1999).

Salah satu penyebab lambatnya peningkatan produksi padi di Indonesia diduga akibat masih rendahnya penggunaan benih berlabel (bermutu) di tingkat petani. Memang perlu disadari bahwa benih berlabel tidak diikuti dengan penggunaan input lainnya secara seimbang. Dalam sepuluh tahun terakhir (1996-2005), rata-rata penggunaan benih padi berlabel di indonesia masih cukup rendah, yaitu baru mencapai 22,02% (Tabel 1). Namun demikian, tampaknya penggunaan benih berlabel cenderung meningkat, terbukti pada dua tahun terakhir sudah mencapai 26-27%. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih terbuka peluang meningkatkan produksi padi nasional melalui permasalahan penggunaan benih berlabel. Tabel 1. Perkembangan luas panen padi berdasarkan penggunaan benih berlabel di Indonesia, tahun 1996-2005 Tahun Luas Panen Berlabel Tidak Berlabel (Ha) Ha % Ha % 1996 11.550.045 2.232.252 19,33% 9.317.793 80,67% 1997 11.126.396 2.562.959 23,03% 8.563.437 76,97% 1998 11.716.499 2.445.960 20,88% 9.270.540 79,12% 1999 11.963.204 2.356.055 19,69% 9.607.149 80,31% 2000 11.793.475 2.250.442 19,08% 9.543.033 80,92% 2001 11.499.997 3.069.239 26,69% 8.430.758 73,31% 2002 11.521.166 1.945.375 16,89% 9.575.791 83,11% 2003 11.488.034 2.490.796 21,68% 8.997.238 78,32% 2004 11.922.974 3.058.007 25,65% 8.864.967 74,35% 2005 11.818.913 3.214.913 27,20% 8.604.000 72,80% Rata-rata 11.640.070 2.562.600 22,02% 9.077.471 77,98% Sumber : Ditjen Tanaman Pangan, 2005 Benih merupakan salah satu input produksi yang mempunyai kontribusi cukup signifikan terhadap hasil produksi. Dengan demikian, dalam suatu sistem produksi pertanian diperlukan adanya ketersediaan benih dengan varietas yang berdaya hasil tinggi dan mutu yang baik. Daya hasil yang tinggi serta mutu

yang terjamin pada umumnya terdapat pada varietas unggul. Namun manfaat dari suatu varietas akan dirasakan oleh petani atau konsumen lainnya apabila benihnya tersedia dalam jumlah yang cukup dengan harga yang sesuai. Dengan demikian, dalam pertanian modern, benih berperan sebagai delivery mechanism yang menyalurkan keunggulan teknologi kepada clients (petani dan konsumen lainnya). Beberapa permasalahan yang terkait dengan kinerja sistem dan kelembagaan benih antara lain : (i) struktur industri dan produksi benih dinilai tidak kondusif dalam menciptakan sistem usaha dan pasar yang sehat, (ii) konsekuensinya adalah tingkat harga yang tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar petani yang direfleksikan oleh tingkat partisipasi dan penggunaan benih berkualitas (berlabel) yang sangat rendah, (iii) efektifitas sistem distribusi yang lemah karena benih tidak selalu tersedia dipasaran saat petani membutuhkan, (iv) tidak tersedianya benih di lapangan karena risiko pemasaran yang tinggi sepenuhnya ditanggung oleh pengecer, (v) faktor eksternal yang ikut berpengaruh terhadap ketersediaan dan penggunaan benih, yaitu masih relatif rendahnya tingkat efisiensi dan diversifikasi industri benih serta kinerja ekonomi perberasan yang kurang kondusif bagi pemanfaatan benih berkualitas (Rozany, 2003). Berbagai benih tanaman pangan kini ditawarkan kepada petani dengan daya tarik produktivitas tinggi. Sementara minat perusahaan benih untuk mengembangkan benih dalam negeri masih rendah. Menurut Ketua Wahana Masyarakat Tani apabila tidak ada perubahan mendasar untuk mendorong

tumbuhnya industri benih dalam negeri, khususnya benih padi, maka 10 tahun mendatang pertanian Indonesia sepenuhnya bergantung pada benih impor. (Kompas, 16 Juni 2007). Sebagai gambaran umum, saat ini luas areal persawahan di seluruh Indonesia, mencapai 6 juta hektar. Bila hanya 600 ribu hektar atau 10 % dari keseluruhan areal persawahan tersebut akan ditanami padi hibrida, maka paling tidak dibutuhkan pasokan benih padi hibrida sebanyak 4.500 ton per musim tanam. Selanjutnya bila dalam satu tahun terdapat dua kali musim tanam, berarti kebutuhan benih padi hibrida per tahun mencapai 9.000 ton.bila produksi benih padi nasional dapat terus ditingkatkan, maka dengan sendirinya tingkat ketergantungan Indonesia terhadap pasokan benih padi hibrida impor, akan semakin berkurang. Dengan demikian, kemandirian benih nasional akan lebih cepat terwujud (Putu, 2009). Para petani penangkar benih padi di Lampung Tengah mengakui jika mereka sudah mendapat support dari Pemerintah dan pengusaha dibidang pertanian. Para petani di daerah ini sudah dapat menangkar benih padi hibrida yang sangat dibutuhkan oleh sesama petani di tanah air dengan hasil menyamai petani di Cina antara tiga ton sampai empat ton per hektar. Sayangnya penangkaran itu baru pada areal seluas 52 Ha sehingga hasilnya baru terbatas pada jumlah 120 ton. Pada musim tanam di bulan depan, areal penanaman akan diperluas menjadi 500 Ha sehingga menghasilkan kurang lebih 1.250 ton benih padi hibrida jenis Bernas Super maupun Bernas Rokan. Bekerja sebagai petani penangkar benih padi hibrida sangat menguntungkan. Dalam setiap kali

panen di areal satu hektar bisa mendapatkan penghasilan bersih Rp 20 juta. Padahal sebelum mereka terlibat sebagai penangkar padi Hibrida, pendapatan mereka dari menanam padi biasa, sangat minim tidak lebih dari Rp 5 juta. Melalui penangkaran benih padi Hibrida yang hasilnya dibeli langsung oleh perusahaan mitra mereka dalam hal ini PT. Sumber Alam Sutera (SAS),pendapatannya naik empat kali lipat (Anonim, 2009). Luas penangkaran yang terealisasi di Provinsi Lampung sepanjang tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Realisasi luas penangkaran dan produksi benih di Provinsi Lampung tahun 2009 No Kelas Benih Luas Penangkaran (Ha) Produksi Benih (kg) 1. Benih Dasar 26,85 47,110 2. Benih Pokok 289,00 539,780 3. Benih Sebar 4.868,50 11.039,870 4. Hibrida 285,00 181,550 Total 5.469,35 11.808,310 Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2009 Pada Tabel 2 terlihat bahwa luas penangkaran benih padi di provinsi Lampung berbeda-beda untuk masing-masing jenis benih padi. Benih sebar (label biru) memiliki luas penangkaran tertinggi, karena benih ini merupakan benih padi yang ditanam oleh para petani padi pada umumnya. Sementara untuk benih dasar (label putih) memiliki luas penangkaran yang paling rendah, karena jenis benih ini merupakan jenis benih padi yang dibudidayakan oleh para petani penangkar benih untuk menghasilkan benih pokok (label ungu).

Penggunaan berbagai macam varietas benih padi hibrida di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat jumlah penggunaan benih padi pada masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah merupakan Kabupaten yang menggunakan benih padi tertinggi di Provinsi Lampung karena Kabupaten Lampung Tengah merupakan sentra produksi padi dan merupakan sentra wilayah penangkaran benih padi di Provinsi Lampung. Unila sebagai lembaga pendidikan memiliki Tri Dharma perguruan tinggi. Salah satu dari Tri Dharma tersebut yaitu penelitian. Salah bentuknya yaitu penelitian pengembangan usaha produksi benih padi unggul oleh Universitas Lampung. Produksi benih ini sendiri akan memberikan kontribusi dalam penyediaan pemenuhan kebutuhan benih padi bagi petani Provinsi Lampung. Meskipun kontribusinya belum begitu besar, namun bukan tidak mungkin bahwa proyek ini akan memiliki prospek yang banyak berkontribusi dalam dunia pertanian di masa depan. Dalam memproduksi benih padi Unila melakukan kerjasama dengan beberapa kelompok tani yang ada di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus.Adapun data perkembangan produksi benih padi Unila tahun 2008-2009 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Penyebaran pemakaian/penggunaan benih padi di Provinsi Lampung dalam hektar, tahun 2009 No Varietas Kabupaten/ Kota Jumlah % Lampung Tangga Lampung Lampung Lampung Lampung Way Tulang Bandar Metro Pesawa Barat mus Selatan Timur Tengah Utara Kanan Bawang Lampung ran 1. Ciherang 4.443 2.100 9.018 4.850 15.300 5.396 3.800 2.898 121 1.087 625 49.638 49,05 2. IR 64 25 105 302 310 381 256 140 613-248 175 2.555 2,52 3. Cilamaya muncul 35-650 - - - - 264 4 8-961 0,95 4. Cigeulis - 68 - - 265 - - 188 2 105 14 642 0,63 5. Bernas super - - 208 80 90 50-125 - 76,5-630 0,62 7. Mokongga 3,75 100-110 - - - 332 24 20 14 604 0,60 8. Gilirang - - - 45 - - - - - - - 45 0,04 10. Rokan 65 - - 50 - - - - - - - 115 0,11 11. Yuwono - 15 - - - - - 125 - - 2 142 0,14 12. SL 8/ 11 - - 100-10 - - - - - - 110 0,11 13. Intani 2-50 104-40 5.695 75 615 - - 75 6.654 6,58 14. Bernas prima - - - - 25 3.325 - - - - - 3.350 3,31 15. Cisadane - - - - - 40 - - - - - 40 0,04 16. IR 42 - - 2.000 - - - - 10 - - - 2.010 1,99 17. Mira - 50 - - - - - - - - - 50 0,05 18. Celebes - - - - - - 135 - - - 135 0,13 19. Membramo - - - - - - - 185 - - - 185 0,18 20. Way apo buru - - - - 100 - - - - - - 100 0,10 21. Ciliwung 40 93-105 270 3.824 24 1.163 11 78-5.608 5,54 22. Lokal / dll 411 270 1.870 2.700 10.260 2.460 212 265 15 13 140 18.615 18,40 JUMLAH 5.023 2.851 14.252 8.250 26.741 21.046 4.251 6.918 177 1.636 1.045 92.189 100 Sumber: UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Provinsi Lampung, 2009

Tabel 4. Data benih Community Development program I-MHERE Unila tahun 2008-2009 No Jenis Varietas Produksi 2008 Produksi 2009 Jumlah (Kg) % Jumlah (Kg) % 1. Ciherang 24.841 50% 39.182 40% 2. Cigeulis 12.421 25% 9.796 10% 3. Mayang 4.968 10% 9.796 10% 4. Mira I 4.968 10% 9.796 10% 5. Yuwono 2.484 5% - - 6. Cilamaya Muncul - - 19.591 20% 7. Ciliwung - - 9.796 10% Total 49.682 100% 97.955 100% Sumber : Laboratorium Benih Unila, 2009 Unila melakukan penelitian benih padi mulai tahun 2007. Unila memproduksi beberapa jenis varietas benih padi meliputi : Ciherang, Cigeulis, Mayang, Mira I, Yuwono, Cilamaya Muncul, dan Ciliwung. Kabupaten Tanggamus memiliki 20 Kecamatan. Kecamatan Pulau Panggung merupakan wilayah penangkaran benih padi produksi Unila. Adapun produksi padi per kecamatan di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Kecamatan Pulau Panggung sebagai daerah pengembangan usaha penangkaran benih padi cukup tinggi yaitu 48,79 ton/ha. Kabupaten Tanggamus dipilih menjadi wilayah penangkaran benih padi dengan mempertimbangkan potensi lahan di daerah ini cukup potensial untuk dijadikan sebagai station penangkaran. Potensi lahan ini berguna sebagai acuan untuk menghasilkan calon benih padi yang bemutu. Disamping itu, potensi sosial dan potensi kompetitor Kabupaten Tanggamus juga turut mendukung dipilihnya daerah ini sebagai lokasi pengembangan penangkaran. Potensi sosial ini termasuk

didalamnya ialah kemampuan dan keterampilan petani, serta komitmen petani untuk menjalankan usaha penangkaran. Sementara potensi kompetitior dilihat dari acuan bahwa selama ini daerah penangkaran benih padi berpusat di Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur, dimana perintisnya yaitu produsen benih yang melakukan kemitraan dengan petani seperti PT. Sang Hyang Seri, PT. Pertani (PERSERO) di Lampung Timur serta PT. Sumber Alam Sutera (SAS) yang berlokasi di Lampung Tengah. Tabel 5. Luas panen, produksi, dan produktivitas per Kecamatan di Kabupaten Tanggamus tahun 2010 Luas Panen (Ha) Produksi No. Kecamatan (Ton) 1. Wonosobo 2.987 15.093 50,53 2. Semaka 3.964 19.634 49,53 3. Bandar Negeri Semuong 2.302 11.620 50,48 4. Kota Agung 1.575 7.984 50,69 5. Pematang Sawa 3.176 13.038 41,05 6. Kota Agung Barat 4.083 20.721 50,75 7. Kota Agung Timur 3.400 17.238 50,70 8. Pulau Panggung 2.054 10.021 48,79 9. Ulu Belu 1.012 4.631 45,76 10. Air Naningan 552 2.446 44,31 11. Talang Padang 2.206 11.218 50,85 12. Sumberejo 1.523 7.729 50,75 13. Gisting 1.364 6.909 50,65 14. Gunung Alip 2.250 11.396 50,65 15. Pugung 4.157 20.890 50,25 16. Bulok 2.205 10.937 49,60 17. Cukuh Balak 1.825 8.686 47,59 18. Kelumbayan 1.131 5.365 47,44 19. Limau 884 4.199 47,50 20. Kelumbayan Barat 601 2779 46,24 Jumlah 43.251 212.535 49,14 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tanggamus, 2009 Produktivitas (Ton/Ha)

Pola penangkaran benih Unila merupakan pola penangkaran konvensional, dimana hasil yang diharapkan yaitu : (i) Mampu melibatkan banyak masyarakat, (ii) Meningkatkan kemampuan petani dalam usaha penangkaran benih padi, dan (iii) Transfer teknologi kepada masyarakat. Pola penangkaran benih padi yang dilakukan oleh Unila dengan petani di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus merupakan bentuk hubungan kemitraan, dimana petani memiliki hak dan kewajiban yang telah disepakati. Petani penangkar dalam hal ini merupakan anggota kelompok tani yang telah berkoordinasi untuk menjalin kontrak /hubungan kemitraan dengan Unila. Adapun hak petani penangkar pola kemitraan ini antara lain yaitu : (i) Memperoleh pinjaman sarana produksi (benih, pupuk, dan pestisida) tanpa bunga, (ii) Mendapatkan bantuan teknis berupa pembinaan dan pengawasan di lapangan, dan (iii) Memperoleh insentif harga beli benih padi sebesar 5% - 10% dari harga pasar. Kewajibannya yaitu : (i) Mematuhi prosedur pembinaan dan pengawasan penangkaran, (ii) Mematuhi perjanjian untuk menyetor hasil panen sebagai calon benih, dan (iii) Mendaftrakan sertifikasi benih. PT. Andall Hasa Prima merupakan lembaga mitra Unila dalam pemasaran hasil produksi benih Community Development. Hingga saat ini Unila belum bisa memproduksi benih penjenis (benih yang dibuat langsung oleh pemulia tanaman) karena Unila belum memiliki tenaga ahli yang dapat memproduksi benih penjenis. Unila memperoleh benih penjenis melalui kerjasama dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) berupa benih padi varietas mayang, mira, dan kestari. Sementara

kerjasama lain dengan BBP (Balai Besar Padi) yang berlokasi di Sukamandi, Subang Jawa Barat berupa benih padi varietas ciherang, cigeulis, cilamaya muncul, ciliwung, dan mekongga. Perkembangan industri benih di Indonesia tentu memberikan pengaruh terhadap perekonomian Indonesia, dimana dengan adanya industri benih maka produksi benih juga meningkat dan kebutuhan benih dalam negeri dapat dipenuhi. Jika sebelum adanya industri benih ini, kebutuhan benih dalam negeri ditutupi dari impor benih maka saat ini kebutuhan itu dapat tertutupi oleh produksi benih domestik. Hal ini menunjukkan bahwa hadirnya industri-industri benih di Indonesia memberikan manfaat yang baik bagi perkembangan roda perekonomian dan pendapatan nasional. Menjamurnya industri benih tentu juga berdampak pada menjamurnya usaha penangkaran benih yang dilakukan oleh petani. Hal ini berarti terjadi diversifikasi usahatani padi sawah, jika selama ini petani hanya menghasilkan gabah maka saat ini petani telah mampu memproduksi benih padi itu sendiri. Pegetahuan petani tentang budidaya padi juga akan bertambah dengan adanya kegiatan penangkaran benih padi melalui pembinaan-pembinaaan dari instansi terkait. Kemampuan Unila dalam mengembangkan usaha penangkaran benih padi di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus merupakan hasil kerja peneliti yang memiliki kontribusi dalam memenuhi kebutuhan benih padi di provinsi Lampung yang mencapai 40.000 ton per tahunnya. Sehingga prospek usaha penangkaran benih padi ini baik untuk dikembangkan secara mandiri oleh Unila kedepannya. Hal ini bukan berarti Unila tidak lagi menjalin kerjasama dengan pihak

luar. Namun sangat diharapkan Unila mampu menjadi lembaga pendidikan sekaligus juga mampu menjadi lembaga produsen benih di Provinsi Lampung. Dengan demikian Unila mampu menciptakan input, output, dan pemasaran benih padi yang berkesinambungan bagi kompetensi kelembagaan Unila di masa mendatang. Keberhasilan Unila dalam usaha tersebut tentu tidak lepas dari sumbangsih peneliti yang dimiliki oleh Unila, sehingga sudah selayaknya para peneliti di Unila memberikan ide-ide yang dapat diwujudkan bagi pengembangan usaha penangkaran benih padi sebagai modal dalam memperbaiki kualitas dan juga kompetensi Unila pada taraf nasional maupun internasional. Saat ini Unila baru mampu memproduksi benih padi tanpa adanya kemampuan memasarkan secara individu, misalnya dengan membentuk lembaga pemasaran berupa kios saprodi milik Unila sendiri. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian tentang analisis kelayakan usaha penangkaran benih padi program pengembangan industri benih (PPIB) Unila di Kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem produksi Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila? 2. Bagaimana tingkat kelayakan Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila dalam melakukan usaha penangkaran dengan melaksanakan kegiatan pemasaran secara mandiri? 3. Bagaimana risiko produksi dari usaha penangkaran benih padi yang dilakukan oleh Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) antara musim tanam rendeng dan musim tanam gadu?

B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui sistem produksi Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila. 2. Mengetahui tingkat kelayakan Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila dalam melakukan usaha penangkaran dengan melaksanakan kegiatan pemasaran secara mandiri 3. Mengetahui risiko produksi usaha penangkaran benih padi Program Pengembangan Industri Benih (PPIB) Unila antara musim tanam rendeng dan musim tanam gadu. C. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Para petani penangkar benih padi dalam melakukan usaha penangkaran benih padi. 2. Unila sebagai lembaga pendidikan dan penelitian bagi pengembangan usaha penangkaran benih jenis tanaman pangan lainnya guna berkontribusi memenuhi kebutuhan benih. 3. Instansi terkait sebagia masukan kebijakan dalam pertanian di masa mendatang. 4. Penelitian lain sebagai bahan referensi penelitian sejenis serta pihak-pihak lain yang membutuhkan.