BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Eka Atika Sari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Fiqih merupakah ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kajian Teori Model Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cara untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. bentuk pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, mungkin sejak lahir sampai akhir hayat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan berperan untuk mencetak sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran merupakan persiapan kita di masa depan, dalam hal ini masa depan kehidupan anak yang ditentukan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, sekolah ingin mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Pembelajaran ini merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang akan dilaksanakan dengan menuangkan berbagai macam ilmu pengetahuan kepada siswa. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di sekolah dasar yang dimaksudkan agar siswa mempunyai banyak pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam di sekitarnya, yang akan diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar merupakan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang alam sekitar, yang telah dipelajari dari fakta-fakta, prinsip-prinsip dan proses penemuan. Pengetahuan siswa tentang alam tersebut dapat mencetak siswa dalam bersikap ilmiah. Namun materi Ilmu Pengetahuan Alam yang diberikan harus sesuai dengan usia dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Materi Ilmu Pengetahuan Alam yang akan diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkatan kelas, sehingga penguasaan pengetahuan tentang Ilmu Pengetahuan Alam dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi kelestarian lingkungan alam sekitar. IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori (Abdullah,1998:18). 6

7 IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah. Pada prinsipnya, mempelajari IPA adalah sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7). 2.1.1.1 Tujuan Pembelajaran IPA Mata pelajaran IPA SD/MI betujuan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-nya. 2. Dapat mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran diri tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, dapat memecahkan masalah dan membuat keputusan. 5. Meningkatkan kesadaran untuk dapat berperan dan ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

8 6. Meningkatkan kesadaran untuk dapat menghargai lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan. 7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. (Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 13-14). 2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai Berikut: 1. Makhluk hidup dan proses kehidupannya yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi padat, cair, dan gas. 3. Energi dan perubahannya yaitu meliputi gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana 4. Bumi dan alam semesta yaitu meliputi tanah, bumi, tata surya, dan bendabenda langit lainnya. (Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen Pembinaan TK dan SD, 2007: 14). 2.1.1.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Standar kompetensi (SK), merupakan ukuran kemampuan minimal yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dicapai, diketahui, dan mahir dilakukan oleh peserta didik pada setiap tingkatan dari suatu materi yang diajarkan.

9 Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar (KD), merupakan penjabaran standar kompetensi (SK) peserta didik yang cakupan materinya lebih sempit dibandingkan dengan standar kompetensi (SK) peserta didik. Tabel 1.1 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Kelas IV Semester II SDN Blotongan 01 Salatiga Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 11. Memahami hubungan 11.1 Menjelaskan hubungan antara antara sumber daya alam sumber daya alam dengan dengan lingkungan, lingkungan. teknologi, dan 1.2 Menjelaskan hubungan antara masyarakat. sumber daya alam dengan teknologi. 2.1.2. Model Pembelajaran scramble Model pembelajaran merupakan strategi yang akan digunakan oleh guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sikap belajar siswa, mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan dalam pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal (Isjoni, 2009: 8). Berbagai macam model pendekatan dalam pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran scramble. Scramble merupakan model pembelajaran dengan membagikan lembar kartu soal dan kartu jawaban yang jawabannya harus disusun sehingga bisa menjadi sebuah jawaban yang tepat/benar. Model pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran Word Square. Word Square dalam arti bahasa terdiri atas dua suku kata diantaranya Word yang berarti Kata dan Square yang berarti Pencari. Jadi menurut bahasa arti dari Word Squre adalah pencari kata. Dalam model pembelajaran, Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan

10 kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang perbedaanya jawaban sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Sedangkan scramble, jawaban sudah dituliskan namun dengan susunan huruf yang acak, dan siswa diberi tugas untuk menyusun huruf-huruf jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Istilah scramble berasal dari bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia yang berarti perebutan, peperangan, dan perjuangan. Seperti yang diungkapkan oleh fadmawati (2009) pembelajaran model scramble adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok dengan mencocokan kartu pertanyaan dengan kartu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan soal, sedangkan soeparmo (1998:60) berpendapat bahwa model scramble adalah salah satu permainan bahasa, yang pada hakikatnya permainan bahasa ialah merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Scramble merupakan model mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang disediakan. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal jawaban yang ada. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble terdiri atas bermacammacam bentuk yakni: a. Scramble huruf, yakni sebuah permainan menyusun huruf-huruf yang telah dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna misalnya : Alpjera = Pelajar Ktarsurt = Struktur

11 b. Scramble kalimat, yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak. Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat dan benar. Contohnya : kota akan ke saya - pergi = saya akan pergi ke kota c. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna. Misalnya: 1. Hasilnya berupa berbagai jenis kertas. 2. Dengan menggunakan mesin diproses menjadi kertas. 3. Kayu dipotong-potong dan dihaluskan. 4. Dibuat bubur kertas dan dicampur dengan perekat dan pemutih. Melalui pembelajaran model scramble, siswa dapat dilatih berkreasi menyusun huruf, kalimat, atau wacana yang acak susunannya sehingga dapat menjadi susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan aslinya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble berbentuk permainan acak huruf, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran model scramble ini adalah sebuah model yang menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok. Dalam model pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok agar dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah mencari penyelesaian soal. Model permainan ini diharapkan dapat memacu hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA. 2.1.2.1 Langkah-langkah Pembelajaan Dengan Model Scramble. Pembelajaran model scramble memiliki kesamaan dengan model pembelajaran lainnya. Dimana siswa dikelompokan secara acak berdasarkan kemampuan tinggi, rendah, besar, atau jika memungkinkan anggota kelompok

12 berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda. Model pembelajran scramble ini dapat dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Guru menyiapkan sebuah wacana, kemudian guru mengeluarkan kalimatkalimat yang terdapat di dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat. b. Guru membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang diacak hurufnya sesuai dengan materi bahan ajar yang telah dibagikan guru sebelumnya dan membagikan kartu soal tersebut. c. Siswa di dalam kelompoknya masing-masing, diminta untuk mengerjakan soal dan mencari kartu jawaban untuk jawaban yang cocok, sebelumnya huruf-huruf jawaban telah diacak sedemikian rupa. d. Siswa diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang telah ditentukan guru. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, belum dicantumkan sintaks pembelajaran kooperatif secara keseluruhan langkah-langkah pembelajaran di dalam kegiatan belajar mengajar meliputi dari kegiatan awal, inti dan akhir. Peneliti juga menggunakan langkah-langkah model pembelajran scramble dan menggabungkannya dengan sintaks pembelajaran kooperatif sebagai berikut: A. Kegiatan Awal 1. Guru membuka pelajaran, dan memeriksa kesiapan peserta didik. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 3. Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan dan direncanakan. B. Kegiatan Inti 4. Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok.

13 5. Guru membagikan lembar kerja dan kartu nama benda yang diacak hurufnya. 6. Siswa di dalam kelompok masing-masing, diminta untuk menyusun kartu nama benda terlebih dahulu, kemudian mengisi kolom yang telah tersedia. 7. Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa mengarahkan jika masih terdapat hal-hal yang belum dipahami siswa. 8. Setelah siswa selesai mengerjakan lembar kerja, guru kemudian meminta perwakilan dari tiap-tiap kelompok untuk maju ke depan dan mempresentasikan hasil kerja masing-masing kelompok. C. Kegiatan Penutup 9. Guru memberikan penguatan terhadap hasil diskusi. 10. Guru mengadakan evaluasi. 2.1.2.2 Tujuan Penggunaan Model Pembelajaran Scramble dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Adapun tujuan dari penggunaan model scramble dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam adalah sebagai berikut : 1. Agar siswa dapat berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mengerjakan soal. 2. Supaya siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Melatih siswa agar bisa bekerja sama di dalam kelompok. 2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Scramble a. Kelebihan Model Scramble 1. Setiap anggota kelompok dapat bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam setiap anggota kelompoknya, dan setiap anggota kelompok juga harus mengetahui bahwa semua anggota

14 kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya, setiap anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan setiap anggota kelompok juga akan diminta pertanggung jawaban secara individual materi yang ditangani dalam kelompoknya, sehingga dalam teknik ini setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu dikelompoknya diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya. 2. Model pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka juga dapat berkreasi sekaligus dapat belajar dan berfikir, mempelajari sesuatu secara santai dan tidak membuatnya stres atau merasa tertekan. 3. Selain untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, model pembelajara scramble ini juga dapat memupuk rasa solidaritas siswa di dalam kelompoknya. 4. Materi yang diberikan melalui salah satu model permainan ini biasanya mengesankan dan sulit untuk mereka lupakan. 5. Sifat kompetitif di dalam model ini dapat mendorong siswa berlombalomba untuk maju. b. Kekurangan Model Pembelajaran Scramble 1. Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajarnya. 2. Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

15 3. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit diimplementasikan oleh guru. 4. Model permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan menggangu kelas yang berdekatan. 2.1.3 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.3.1 Belajar Pengertian belajar dapat ini dapat ditemukan dalam berbagai sumber. Meskipun kita melihat terdapat perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya menurut Slameto (2003: 2). Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditinjau dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, dan kecakapan yang merupakan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar Sudjana (1989: 5). Menurut Agus Suprijono (2009: 2) belajar adalah proses yang menghasilkan penyesuaian tingkah laku. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap belajar. Belajar sejak manusia lahir sampai akhir hayat Buharuddin (2007:11). Dari beberapa pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa tokoh pada intinya bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

16 oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya dan terjadinya perubahan perilaku yang ditunjukkan dari hasil belajar itu. 2.1.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar Menurut Muhibbin Syah (2010), Secara global, faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa bisa kita bedakan menjadi 2 macam, yaitu: a. Faktor eksternal (faktor yang terdapat dari luar diri siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa. b. Faktor internal (faktor yang terdapat dari dalam diri siswa) yaitu keadaan jasmani dan rohani siswa. c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi pelajaran. a. Faktor Internal Siswa Terdapat dua aspek yang ada dari dalam diri siswa yaitu: aspek fisiologis (aspek yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (aspek yang bersifat rohaniah). 1. Aspek Fisiologis Dimana kesehatan siswa sangat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyerap informasi dalam belajar. 2. Aspek Psikologis a. Inteligensi Siswa Tingkat kecerdasan atau inteligensi (IQ) yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

17 b. Sikap Siswa Sikap (attitude) siswa yang positif di dalam merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. c. Bakat Siswa Kemampuan individu siswa untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan. d. Minat Siswa Kecenderungan dan kegairahan siswa yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. e. Motivasi Siswa Keadaan internal organisme siswa yang mendorong untuk berbuat sesuatu. b. Faktor Eksternal Siswa a. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial siswa yaitu di sekolah seperti guru-guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakilnya) dan teman-teman sekelas, orang tua (keluarga) dan masyarakat sekitar juga dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. b. Lingkungan Nonsosial Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar siswa, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan oleh siswa. Faktor-faktor ini juga menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. 2.1.3.3 Hasil Belajar Hasil belajar adalah tindakan, atau suatu pencapaian tujuan dalam pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 4). Sebagai hasil belajar

18 menurut Slameto (2002: 3) adalah perubahan yang dapat terjadi dari dalam diri seseorang yang berlangsung secara berkesinambungan, dan tidak statis. Menurut Nasution (1996) hasil belajar adalah kesempurnaan yang telah dicapai seseorang dalam berpikir, merasa dan berbuat. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik perlakuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hamalik (1995: 48) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar maka akan terjadi perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Dimyati (2002: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes. Dari pendapat para ahli tentang hasil belajar maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Melainkan yang telah

19 dicapai sebagai tanda atau simbol keberhasilan dari usaha belajar (hasil aktivitas belajar) yang menghasilkan perubahan, pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai. 2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan metode scramble antara lain: 1. Mariyana litta (2011) tentang peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks melalui teknik scramble siswa kelas V SDN Bedali 05 Kabupaten Kediri. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik scramble dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks. Siswa semakin aktif dan tidak takut untuk mengekspresikan ide-ide yang dimilikinya. Selain menambah pengetahuan, siswa juga bermain sambil belajar, hal ini terlihat pada waktu siswa melaksanakan kerja kelompok. Selain itu penilaian hasil juga mengalami peningkatan, ini terbukti dari nilai pratindakan sampai penilaian proses siklus 1 ketuntasan klasikal adalah 50% dan pada siklus 2 ketuntasan klasikal mencapai 100%. Pada penilaian hasil pratindakan ketuntasan klasikal mencapai 40%, pada siklus 1 mencapai 50% dan pada siklus 2 adalah 100%. 2. Febri Belandina Lay (2011) tentang Penerapan model pembelajaran scramble untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA pada mata pelajaran PKN SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang kota Malang. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut; nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 69,54%, sebanyak 11 siswa (33,33%) belum tuntas karena masih berada dibawah kriteria penilaian, sebanyak 22 siswa (66,66%) tuntas karena sudah mencapai kriteria ketuntasan oleh karena itu perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa kelas VA SDN Madyopuro 4 adalah 74,54%, sebanyak 9 siswa (27,27%) yang belum tuntas atau belum mencapai kriteria ketuntasan, sedangkan sebanyak 24 siswa

20 (72,72%) yang sudah tuntas karena telah mencapai kriteria ketuntasan. Dengan melihat pada nilai rata-rata siswa pada tiap siklus maka pada siklus II nilai siswa mengalami peningkatan. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Scramble ini dapat meningkatkan hasil belajar PKN siswa kelas VA SDN Madyopuro 4 Kota Malang. Dari hasil analisis judul yang pernah digunakan penelitian diatas ternyata model scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi belajar siswa. Sehingga hal tersebut dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari penelitian di atas, penulis menggunakan model scramble guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di dalam penelitian ini. 2.3 Kerangka Pikir Prestasi belajar merupakan tolak ukur dari tingkat kecerdasan seseorang maupun masyarakat. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang diantaranya adalah model pembelajaran yang digunakan guru dan keaktifan belajar siswa. Cara belajar siswa juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran dan tujuan pengajarannya. Cara belajar yang baik dapat memungkinkan siswa untuk dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik pula. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) inilah yang merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengenal masalah-masalah yang menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep pada pembelajaran IPA dan untuk mengetahui usaha dalam mengatasinya. Ketika akan melakukan kegiatan belajar mengajar, guru juga harus menggunakan model pembelajaran yang mudah diterima oleh siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar siswa. Selain model belajar yang dilakukan oleh guru, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa

21 adalah efektif dan efisien yang dapat dilihat dari keaktifan, kreatifitas dan kemandirian siswa. Guru juga harus mampu menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan berbagai model pembelajaran. Untuk itu peneliti akan menggunakan model pembelajaran Scramble untuk mengatasi kurangnya keaktifan belajar siswa. Model pembelajaran Scramble ini digunakan agar dapat membangkitkan semangat belajar siswa dalam mempelajari mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, sehingga siswa akan menjadi lebih aktif lagi pada saat pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berlangsung. Mengenai penerapan model pembelajaran scramble maka terdapat suatu pendapat dari penulis, tampak seperti pada bagan 2.1.

22 Kondisi awal Tindakan Guru : Mengajar dengan model ceramah Menerapkan model pembelajaran scramble Siswa : Hasil belajar siswa rendah Siklus I: Menerapkan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran Siklus II: Menerapkan model pembelajaran scramble dalam pembelajaran Kondisi Akhir Diduga melalui penerapan model scramble dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada mata pelajaran IPA kelas 4 SDN Blotongan 01 Salatiga. Bagan 2.1 Skema Kerangka Pikir

23 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dapat diupayakan melalui penggunaan model pembelajaran scramble pada siswa kelas 4 di SDN Blotongan 01 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.